Nisa

Melepas Ramadan, Memperkuat Perjuangan Dakwah Muslimah

Selalu saja terselip rasa sedih bercampur gembira ketika kita akan menghadapi Idul Fitri. Sedih karena kita akan berpisah dengan  Ramadan, bulan yang penuh limpahan pahala.  Bergembira karena kita berjumpa dengan Idul Fitri.  Karena itu jangan sampai  berkah Ramadan ini  berlalu begitu saja. Kita harus terus pelihara, pupuk dan tumbuh-suburkan  sekalipun Ramadan telah berlalu.

Sebagai  seorang ibu, tentu kita memiliki peran yang sangat besar dalam membimbing dan membersamai anak-anak kita selepas  Ramadan agar semangat kita dan anak-anak tetap bergelora menjalani berbagai kebaikan.

Selain itu sebagai bagian dari masyarakat  seorang ibu atau Muslimah pada umumnya memiliki kewajiban untuk berdakwah di tengah-tengah umat.  Apalagi selepas bulan Ramadan ini. Ghirah  kaum Muslimah masih tinggi untuk meraih ilmu.  Maka dari itu, menjadi lahan dakwah kita untuk menyampaikan Islam dan mengupayakan agar Islam hidup di tengah-tengah umat  sebagai rahmatan lil ‘alamin.

 

Dakwah Sebagai Poros Hidup

Kondisi kita sekarang memang tidak sama, bahkan jauh berbeda dengan masa Rasulullah saw. dan Sahabat. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak bisa berjuang  untuk umat dan Islam.  Justru di sinilah tugas kita semua untuk berjuang bersama-sama, yakni mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah umat. Di bawah naungan Islam seluruh umat manusia akan hidup tenteram dan sejahtera. Ini semua akan terwujud dengan melakukan dakwah Islam.

Dakwah adalah misi agung dan  mulia. Ia merupakan misi para nabi dan rasul yang mulia.  Dakwah merupakan amal yang terbaik. Dakwah mengajak umat pada lurusnya iman dan umat bisa menjadi sebaik-baiknya umat.  Dengan dakwah, amal islami di dalam pribadi dan masyarakat akan terpelihara.

Dalam perjalanannya, dakwah  tak akan pernah sepi dari rintangan dan cobaan.  Cita-cita yang besar memang membutuhkan curahan tenaga, perhatian dan pastinya pengorbanan yang juga besar. Tanpa itu semua, keinginan menggapai kemuliaan hidup hanyalah  mimpi belaka.

Karena itu setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, harus memiliki pemahaman yang kuat bahwa  dakwah  harus menjadi  poros hidup. Rasulullah saw. pun telah mencontohkan betapa dakwah menjadi poros hidup beliau.   Dulu pembesar kaum Quraisy pernah membujuk paman Nabi saw., Abu Thalib, yang sangat disegani dan melindungi keponakannya.  Saat itu, kaum Quraisy memberikan dua pilihan kepada Abu Thalib: meminta Rasulullah saw. untuk menghentikan dakwahnya atau beliau diserahkan kepada mereka lalu dibunuh.  Ancaman tersebut membuat Abu Thalib meminta Rasulullah saw. untuk berhenti berdakwah.  Namun, apa yang dikatakan Rasulullah saw.?  “Demi Allah. Saya tidak berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan saudara akan mengucilkan saya.”

Mendengar hal itu, Abu Thalib tidak bisa menahan rasa harunya. Ia pun langsung berkata, “Teruskanlah. Demi Allah, aku akan terus membelamu,” kata Abu Thalib.

Berita itu pun sampai ke telinga kaum Quraisy. Tanpa menunggu lama mereka langsung menyusun strategi selanjutnya.  Lalu mereka mengirim utusannya untuk kembali  mendatangi Abu Thalib untuk meminta  Rasulullah menghentikan aktivitas dakwah.  Beliau menyatakan dengan tegas, “Andai mereka dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, maka hingga Allah memenangkan agamanya atau aku binasa di jalannya, aku tak akan meninggalkan dakwah ini.” (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, I/266).

Sudah seharusnya, kita sebagai umat Islam menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan, menanamkan dalam diri kita, bahwa kita adalah para pembela dakwah.  Tanpa dakwah, Islam tidak akan tegak. Dakwah merupakan pilar kebaikan individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan merupakan suatu keniscayaan.

Apalagi saat bulan Ramadan, umumnya umat berada pada tingkat ghirah  atau semangat Islam yang tinggi. Dengan itu  mudah bagi kita mengajak umat untuk mengkaji Islam. Tentu saja kesempatan ini  jangan sampai  kita lewatkan. Selepas Ramadan pun  biasanya ghirah ini masih melekat  kuat. Inilah saat yang sangat mendukung untuk mengajak  umat kembali ke jalan Allah SWT dan memuliakan agama-Nya.

Kita ajak mereka berpikir tentang kondisi  umat Islam  saat ini di tengah berbagai kesulitan yang menimpa.   Kita jelaskan rusaknya sistem sekuler-kapitalisme yang saat ini tengah mengungkung negeri ini. Ini yang menjadikan penguasa sama sekali tidak peduli  dengan  nasib rakyatnya. Semakin tampak jelas kezaliman yang dilakukan kepada rakyatnya.

Penting menyadarkan umat tentang permasalahan besar yang dialami kaum Muslim saat ini. Tidak lain adalah ketiadaan penerapan syariah Islam secara kaaffah dan ketiadaan junnah (perisai) kaum Muslim, yaitu Khilafah. Khilafah inilah yang menjadi agenda penting kita.

Kita wajib menyeru manusia ke jalan Islam. Kita wajib mengoreksi  kebijakan penguasa yang bertentangan dengan syariah Islam.   Kita wajib mengajak umat dan keluarga kita untuk semakin giat beramar makruf nahi mungkar. Apalagi  ketika kemungkaran semakin merajalela.

 

Perjuangan Dakwah  Harus Tetap Membara

Bulan bertabur pahala yang segera  berlalu jangan sampai kehilangan maknanya.  Justru kita harus terus menjaga kesinambungan aktivitas kebaikan yang bernilai pahala tersebut pada hari-hari selepas Ramadhan.  Mengapa?  Karena setelah Ramadan berlalu tidak ada lagi pahala  yang dilipatgandakan, setan-setan pun tidak lagi dibelenggu.   Tentu kita harus berusaha lebih keras lagi dan semakin memaksimalkan aktivitas-aktivitas  kebaikan kita,  terutama  perjuangan dakwah kita, agar Ramadan yang telah kita jalani selama sebulan penuh kemarin menjadi lebih bermakna.

In syaa Allah banyak teladan yang  kita dapatkan. Banyak generasi pilihan pada masa Rasulullah, para Sahabat, Shahabiyaat dan generasi setelahnya.  Puasa Ramadhan  bukan halangan bagi mereka  untuk tetap melakukan ragam amal shalih,  melakukan aktivitas dakwah, bahkan  berjihad  li-ilaa-i kalimatilLaah (meninggikan kalimat Allah):  Laa Ilaaha IllalLaah Muhammad RasuululLaah.

Sudah selayaknya setiap Ramadhan, bahkan selepas Ramadhan, umat Islam saat ini senantiasa membangkitkan semangat perjuangan untuk menegakkan syariah Islam yang hari  ini dicampakkan, dan mengembalikan sistem Islam sebagai sistem kehidupan yang harus diterapkan dan ditegakkan oleh umat Islam.

Semoga semangat perjuangan kita semakin bangkit menyaksikan berbagai kezaliman dan penindasan  yang dilakukan oleh para penguasa di negeri tercinta ini.  Karena itu sudah saatnya bagi kita untuk senantiasa meningkatkan intensitas ibadah, kepedulian dan ruh perjuangan menegakkan syariah Islam. Tentu dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.  dan para Sahabat beliau.

Semua ini menjadi lahan dakwah kita untuk menyampaikan Islam kepada ibu-ibu dan juga para  remaja putri.  Kita ajak mereka berpikir tentang kondisi  umat Islam  saat ini, di tengah berbagai kesulitan yang menimpa, temasuk mahal dan  langkanya beberapa kebutuhan pokok yang biasanya mudah didapat.  Apalagi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Bahkan selepasnya pun sering harga kebutuhan pokok tidak kembali turun.   Ini semua menjadi kesempatan kita untuk menjelaskan rusaknya sistem sekuler-kapitalis yang saat ini tengah mengungkung negeri ini, yang menjadikan penguasa sama sekali tidak peduli  dengan  nasib rakyatnya. Semakin transparan  kezaliman yang mereka lakukan kepada rakyatnya.

Ketika mereka mampu mengindera fakta bahkan mereka alami sendiri, ini akan memudahkan bagi kaum ibu dan remaja putri ini untuk memahami situasi yang ada, bahwa kondisi rakyat saat ini tengah dizalimi  penguasa.   Di sinilah peluang yang sangat besar bagi kita untuk menjelaskan dan memahamkan ke tengah-tengah umat, termasuk para ibu,  tentang Islam; bagaimana Islam menjamin kebutuhan pokok rakyatnya; bagaimana peran negara terhadap umatnya; dan banyak lagi.  Proses pencerdasan ini kita lakukan terus-menerus. Dengan itu umat secara keseluruhan benar-benar paham tentang Islam. Selanjutnya mereka bersemangat untuk mengkaji  Islam dan hukum-hukumnya  lebih mendalam lagi. Pada akhirnya mereka bersemangat pula untuk mendakwahkan dan menerapkan Islam dalam kehidupan. Ini semua akan menjadi pendorong yang sangat kuat untuk melakukan perjuangan penegakan Islam kaaffah.    Mereka akan dengan sukarela berada di garda terdepan dalam barisan yang rapi  agar  syariat Islam bisa tegak kembali di muka bumi ini.

 

Khatimah

Perjuangan dakwah ini merupakan pembuktian dari ketakwaan—yang kita raih dengan berpuasa selama Ramadhan—dan pembuka pintu keberkahan.

Keberkahan dari langit dan bumi dipastikan oleh Allah SWT akan dibuka untuk penduduk negeri yang secara kolektif bertakwa kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupannya.  Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  ٩٦

Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun, ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu  Kami siksa mereka karena apa yang telah mereka kerjakan (QS al-A’raf [7]: 96).

 

WalLaahu a’lam. [Najmah Saiidah]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

seventeen − three =

Back to top button