Baiti Jannati

Membentengi Anak Dari Ancaman Judi Online

Ayah-Bunda, setiap orangtua tentu sangat menginginkan anak anaknya menjadi sosok yang berkepribadian Islam kuat,  taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam seluruh aspek kehidupannya. Namun, sistem kehidupan sekuler kapitalistik yang diterapkan hari ini telah menumbuhsuburkan kemaksiatan, termasuk judi online.  Mendidik anak untuk taat kepada Allah pun menjadi lebih sulit.

Mengajak anak untuk menghindari aktivitas judi bukan perkara yang mudah.  Saat  anak-anak mengakses internet, sangat mudah mereka terjebak pada judi online. Ini karena mereka tak mampu membedakan antara game online dan judi online. Wajar jika akhirnya anak-anak pun banyak yang menjadi korban. Menurut catatan data, jumlah korban judi online di Indonesia yang telah dipetakan Pemerintah mencapai 2,37 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, 2 persen di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 10 tahun (Kompas.com, 19 Juni 2024). Sungguh sangat miris.

Ayah-Bunda, apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua untuk membentengi anak anak kita dari ancaman judi online?

 

Perkuat Iman

Iman adalah benteng paling kuat bagi setiap Mukmin. Iman yang kokoh akan mendorong setiap Mukmin berusaha menjauhkan diri dari semua yang Allah larang. Karena itu sejak dini Ayah-Bunda harus dengan sabar membangun keimanan yang benar pada diri anak. Ini adalah fondasi yang harus ditanamkan dengan kukuh.  Anak Muslim harus mengetahui bahwa Tuhannya adalah Allah SWT; bahwa hidup di dunia ini adalah untuk beribadah menyembah Allah SWT.

Mereka juga harus mengenal Muhammad saw. sebagai nabi dan utusan Allah, sekaligus sosok teladan terbaik bagi seluruh manusia. Sejak dini, perkenalkan anak-anak dengan al-Quran sebagai satu-satunya pedoman hidup. Ceritakan pula kepada mereka tentang para malaikat, surga dan neraka. Tanamkan keyakinan bahwa ketaatan pada seluruh syariah Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan pada kebaikan di dunia dan nikmat tak terhingga di  surga. Sebaliknya, maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan pada kesengsaraan di dunia dan azab yang pedih di neraka.

 

Ajak Terikat Pada Seluruh Syariah

Ayah-Bunda juga harus mengajari anak untuk terikat pada seluruh syariah Allah (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 208). Ajarkan bahwa syariah Allah itu mencakup berbagai hal dan mengatur kehidupan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Di sinilah Ayah-Bunda bisa  mengajarkan anak akan keharaman judi (Lihat: QS al-Maidah [5]: 90).

Keharaman judi sudah sangat gamblang karena dicela oleh al-Quran, bahkan diungkapkan dengan kalimat ‘perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan’. Ini menunjukkan bahwa judi adalah haram secara pasti.

Kita tanamkan kepada anak keyakinan bahwa judi adalah perbuatan yang sangat buruk dan jika dilakukan akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Kita ajak anak untuk berpikir, betapapun senangnya mereka dengan sebuah permainan, maka itu harus ditinggalkan jika hal itu dilarang Allah. Hanya itulah yang akan menyelamatkan mereka dari azab pedih di akhirat kelak.

Kita perlu juga membangun pemahaman bahwa Allah Maha melihat; bahwa Allah tidak pernah tidur dan lengah. Allah selalu mengawasi kita.  Sekalipun Ayah-Bunda tak ada di samping mereka, Allah terus mengawasi mereka. Inilah yang akan membuat kita tak was was saat tidak sedang bersama anak-anak. Mereka akan berusaha untuk taat pada seluruh perintah dan larangan-Nya di manapun mereka berada.

 

Ajari Anak Memahami Fakta

Tak kalah penting, Ayah-Bunda harus mengajari anak memahami fakta judi online. Perlu dijelaskan kepada mereka,  mana game online dan mana judi online. Hal ini karena bentuk aplikasi judi online kebanyakan mirip dengan game online sehingga terjadi gamifikasi perjudian di era digital. Ajak anak waspada ketika menemukan permainan yang di dalamnya ada penukaran koin atau top up, karena itu sudah termasuk seperti ranah judi online.

Pahamkan juga kepada anak bahaya judi online. Dari aspek kesehatan fisik, judi online akan menyebabkan penurunan aktivitas fisik, juga pola hidup tidak sehat seperti makan tidak teratur dan  kurang tidur. Hal ini karena waktu yang dihabiskan untuk bermain dan memantau perkembangan judi online. Dari aspek sosial, kecanduan judi online akan menyebabkan remaja menjadi anti sosial, juga cenderung menghindari bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Malas belajar. Malas mengerjakan tugas sekolah. Bahkan menimbulkan perilaku buruk lainnya seperti mencuri uang supaya bisa tetap bermain judi online. Dari aspek psikologis, judi online juga dapat menyebabkan  stress, depresi dan kecemasan.

Hal yang paling berbahaya dari judi online ini karena menyebabkan anak akan ketagihan. Terus-menerus melakukan perbuatan dosa. Hal itu akan diikuti dengan dosa-dosa lainnya, seperti berbohong, mencuri, melalaikan ibadah seperti shalat fardhu, dan ibadah-ibadah yang lainnya.

 

Ajak Anak untuk Bijak Menggunakan Gadget.

Ayah-Bunda, gadget adalah pintu masuk anak terjerumus pada judi online. Karena itu Ayah-Bunda harus benar-benar fokus dalam pengawasan gadget ini. Untuk anak-anak yang masih kecil, yang belum mampu membedakan baik dan buruk, maka penggunaan gadget ini harus dalam pengawasan ketat Ayah-Bunda. Jangan berikan mereka handphone (HP) karena mereka belum membutuhkannya.  Ayah-Bunda bisa memberikan alat alat bermain yang edukatif. Ayah-Bunda juga bisa memilihkan tayangan-tayangan yang baik dan bermanfaat dengan menontonnya bersama sama. Jauhkan mereka dari game-game yang mengandung unsur keburukan seperti perjudian, kekerasan, pornografi dll.

Adapun untuk anak-anak yang sudah lebih besar, sudah menjelang usia balig ataupun sudah balig, maka akalnya sudah bisa membedakan baik dan buruk. Saat itulah  kita perlu mengajari mereka agar mampu bijak dalam menggunakan gadget. Jauhkan anak dari konten negative. Ajak mereka mencari konten konten  yang memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan terlebih ilmu agama, juga konten yang mampu  mencerdaskan akal dan mengasah jiwa mereka, yang mendorong mereka melakukan amal-amal shalih. Ajak anak menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah, mengajak dan menebar kebaikan kepada sesama.

 

Kita Tak Sendiri

Membentengi anak dari judi online tak bisa dilakukan sendirian. Ayah-Bunda harus menjalin sinergi dengan melibatkan orang orang di sekitar anak untuk ikut serta dalam upaya penjagaan ini.

Kita bisa meminta pengasuh anak atau khadimat di rumah untuk   menjaga anak-anak sementara kita sedang keluar rumah. Kita perlu cari khadimat yang bisa kita percaya, punya kepribadian Islam yang kokoh dan memiliki persepsi yang sama dengan kita terhadap bahaya judi online ini.

Kita juga harus bekerjasama dengan pihak sekolah tempat anak-anak kita belajar untuk melakukan penjagaan ini. Kita juga bisa mengikutkan anak-anak kita di kajian-kajian keislaman di sekitar rumah. Hal itu terbukti sangat efektif dalam menjaga anak untuk selalu taat syariah. Guru anak di sekolah, guru mengaji anak, orangtua dari teman anak-anak, tetangga di sekitar rumah, keluarga besar seperti kakek, nenek, om, tante dll. Semuanya adalah orang-orang yang bisa dilibatkan dalam upaya penjagaan ini.

Tentu saja kita tak boleh egois. Jangan hanya anak kita. Namun, anak-anak Muslim lainnya juga harus kita selamatkan dari bahaya judi online ini. Mereka adalah aset umat. Merekalah penerus estafet kepemimpinan bangsa dan negara. Merekalah calon-calon pemimpin negeri ini.  Apa yang terjadi dengan masa depan negeri ini jika generasi mudanya  lemah dan tak berkualitas karena sakit baik secara fisik, sosial dan juga mental?

Generasi muda Islam harus kita selamatkan dari semua bentuk judi yang meresahkan ini. Tentu saja, untuk menyelamatkan generasi tak cukup hanya dengan peran orang tua. Butuh pula kontrol masyarakat dan peran penting negara dalam menerapkan sistem Islam secara sempuna. Negara ini harus mampu memberantas judi online ini hingga sampai akar-akarnya, sekaligus memberlakukan sanksi tegas sesuai syariah Islam kepada para pemainnya, pihak yang mempromosikannya, hingga para  bandar judinya. Mungkinkah berharap pada sistem hari ini untuk melakukan itu semus? Tentu tidak. Hanya negara dalam sistem Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah yang mampu melakukan itu semua.

Terakhir, harus kita sadari bahwa anak-anak yang taat kepada Allah SWT akan lahir dari orangtua yang taat pula. Alhasil, yuk perbaiki diri, berusaha  untuk lebih taat kepada Allah dalam seluruh aktivitas kita. Terus belajar Islam kaaffah dan ikut serta dalam Upaya memperjuangkan penerapannya.  Tak lupa, mari kita terus mendoakan anak anak kita. Semoga mereka menjadi anak-anak yang shalih-shalihah, dan semoga Allah senantiasa  melindungi mereka dari berbagai hal yang akan membahayakan mereka.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Wiwing Noeraini]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 − five =

Back to top button