
Menghadirkan Keadilan Dalam Keluarga
Islam adalah diin yang menjunjung tinggi keadilan, baik dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat maupun keluarga. Islam mengharuskan penguasa berlaku adil kepada rakyatnya dan sebaliknya. Demikian halnya dalam keluarga. Suami harus bersikap adil kepada istrinya. Istri haruas adil kepada suaminya. Orangtua harus adil kepada anak-anaknya. Demikian pula sebaliknya.
Hanya saja, masih saja ada yang memandang bahwa berlaku adil itu adalah setara atau sama persis. Bagaimana sebenarnya prinsip keadilan dalam pandangan Islam? Bagaimana pula seharusnya sikap adil ini kita hadirkan dalam keluarga kita?
Makna Adil dalam Pandangan Islam
Keadilan merupakan sifat yang melekat pada Islam. Jika keadilan Islam diimplementasikan dalam masyarakat maka akan terwujud cara pandang dan perlakuan yang sama terhadap individu masyarakat. Tidak ada diskriminasi. Tidak ada pengurangan dan pengunggulan hak satu sama lain. Inilah keadilan hakiki yang akan terwujud sebagai implikasi penerapan syariah Islam dalam masyarakat (Hamad Fahmi Thabib, Hatmiyah Inhidaam ar-Ra sumaliyah al-Gharbiyah).
Jika keadilan Islam ini diimplementasikan dalam keluarga maka akan terpenuhi seluruh hak-hak yang dimiliki anggota keluarga. Orangtua dituntut untuk menunaikan hak anak-anaknya sesuai dengan ketentuan syariah. Sebaliknya, anak-anak pun harus memenuhi hak-hak orangtuanya. Sikap adail inilah yang Allah tuntut dari kita (Lihat, misalnya: QS Shad [38]: 26).
Wajib Bersikap Adil
Banyak ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk bersikap adil. Di antaranya QS al-Maidah ayat 8, QS al-Hadid ayat 25 dan QS an-Nahl ayat 90:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Sungguh Allah menyuruh kalian berlaku adil, berbuat kebajikan, memberikan bantuan kepada kerabat. Sebaliknya, Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Bersikaplah adil di antara anak-anak kalian dalam hibah, sebagaimana kalian menginginkan mereka berlaku adil kepada kalian dalam berbakti dan berlemah-lembut” (HR al-Baihaqi).
Orangtua juga dituntut berlaku adil kepada anak-anaknya. Rasulullah saw. bersabda: “Bertakwalah kamu kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu.” (HR al-Bukhari).
Bersikap adil merupakan kewajiban setiap Muslim, termasuk di dalam keluarga. Orangtua dituntut bersikap adil kepada anak-anaknya. Demikian pula sebaliknya. Penunaian hak ini tidak hanya berkaitan dengan materi saja, tetapi juga yang bersifat non-materi, seperti rasa sayang. Perasaan sayang memang tidak mengharuskan dalam jumlah yang sama persis. Ini memang secara manusiawi sulit dilakukan. Akan tetapi, tidak boleh juga terlalu condong kepada yang satu dan mengabaikan yang lain (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 129).
Menghadirkan Keadilan dalam Keluarga
Sikap adil atau keadilan ini harus selalu kita hadirkan dalam kehidupan keluarga kita. Lalu apa yang harus kita lakukan agar sikap adil ini selalu hadir dalam keluarga?
- Menanamkan rasa takut hanya kepada Allah SWT.
Setiap orangtua memiliki kewajiban untuk menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib tunduk dan patuh pada ketetapan-Nya. Kita berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan dalam diri anggota keluarga untuk berusaha menghiasi diri dengan akhlak terpuji, termasuk bersikap adil semata-mata karena Allah SWT. Ia yakin benar bahwa Allah Maha Melihat dan Mahatahu atas semua yang tampak ataupun yang tersembunyi, bahkan yang terbersit dalam hati sekalipun. Karena itu setiap anggota keluarga akan selalu menjaga sikap adil, memenuhi hak-hak dirinya dan hak-hak orang lain dan menjauhi sikap menzalimi orang lain.
- Menjelaskan bahwa sikap adil adalah kewajiban dan berpahala.
Penting untuk menanamkan bahwa sikap adil adalah akhlak terpuji yang merupakan bagian dari hukum syariah. Karena itu wajib setiap anggota keluarga Muslim untuk menghiasi diri dengan sikap adil. Ia pun paham bahwa sikap adil ini bernilai pahala dan menjadi amal shalih yang akan membawa dirinya ke dalam surga yang telah Allah SWT janjikan.
Kita juga harus menanamkan sikap sebaliknya, yaitu menzauhi kezaliman. Setiap anggota keluarga harus memiliki komitmen kuat agar tidak berlaku zalim. Rasulullah saw. mengingatkan, “Bertakwalah kalian semua kepada Allah dan takutlah kalian dari perbuatan zalim. Sungguh kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada Hari Kiamat.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
- Memahamkan syariah sejak dini.
Anak harus dikenalkan dengan syariah Islam sejak dini. Mereka juga harus dibiasakan menjalankan perintah Allah dengan benar, seperti shalat dan ibadah lainnya. Selanjutnya orangtua harus menjelaskan tentang ahkam al– khamsah. Demikian halnya berkaitan dengan akhlak seperti berbakti kepada ibu bapak, jujur, bersikap adil, sabar dan sebagainya. Dibarengi pula dengan mengajarkan adab lainnya seperti makan dengan tangan kanan, berdoa sebelum dan sesudah makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, tidak menyakiti hewan dan sebagainya.
Langkah yang paling mudah untuk memperkaya pemahaman Islam keluarga kita adalah dengan istiqamah menghadiri majelis-majelis ilmu yang membahas tentang Islam kâffah, memahami dan menerapkannya dalam kehidupan , kemudian mendakwahkannya ke tengah-tengah umat. Ini semua akan menjadi benteng yang kokoh agar tetap teguh memegang syariah Islam.
- Memuji anak yang bersikap adil atau tidak zalim.
Pada dasarnya setiap orang akan merasa senang dan bahagia ketika dipuji dalam hal positif. Jadi, tidak ada salahnya untuk memberikan pujian dan penghargaan saat anak menunjukkan usahanya dalam bersikap adil dan tidak berlaku zalim terhadap saudaranya ataupun teman-temannya. Memberikan pujian yang tulus akan memperkuat perilaku positif dan mendorong mereka untuk terus berusaha berlaku adil dan bersabar. Meskipun hasilnya belum sempurna, misalnya, apresiasi atas usaha mereka akan memberikan motivasi untuk terus belajar dan berusaha.
Kadang anak kita yang besar merasa tidak diperhatikan karena kita disibukan dengan mengurusi adiknya yang sedang sakit. Atau sebaliknya, adik marah karena ibunya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kakaknya yang sedang ujian dan membutuhkan bantuan ibunya untuk belajar. Maka dari itu mereka perlu dipahamkan dengan cara yang baik bahwa adil bukan berarti harus sama. Adil justru memberikan sesuatu sesuai kebutuhan, sedangkan setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Ketika buah hati kita bisa ikhlas menerima, alangkah baiknya jika kita memberikan apresiasi dengan memuji atau memeluk dia sebagai penghargaan atas apa yang dia lakukan.
- Konsisten dan memberikan keteladanan.
Ketika terjadi inkonsistensi pada kedua orangtuanya, maka biasanya anak akan berusaha mencari sisi yang paling menguntungkan. Misalnya saja jika seorang ibu menegur dengan tegas, sementara sang ayah melindungi, maka anak akan ‘lari’ kepada ayahnya. Sebaliknya, jika seorang ayah memberi hukuman karena perilaku buruk anak, namun ibunya tidak tega, diam-diam membela sang anak, maka anak akan mencari perlindungan kepada sang ibu. Akibatnya, yang terjadi pada anak bukanlah mempelajari suatu nilai tertentu, namun belajar lari dan mencari tempat yang aman.
Sikap inkonsisten akhirnya akan merusak segalanya. Ibarat pepatah: Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ketika kita memberi kelonggaran sedikit saja, keteladanan yang sebelumnya sudah kita bangun akan rusak sehingga kita harus mengulangnya dari awal. Karena itu orangtua harus selalu konsisten dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Mereka juga harus memberikan keteladanan kepada anak-anak tentang bagaimana seharusnya bersikap adil dan tidak zalim kepada yang lain.
Khatimah
Alhasil, mari kita didik dan bina anak-anak kita sejak dini dengan pemahaman Islam yang lurus. Temtu agar mereka senantiasa menjadikan akidah dan syariah Islam sebagai pijakan dalam melangkah. Dengan itu mereka senantiasa menghiasi diri mereka dengan akhlak mulia. Dengan itu pula insya Allah mereka akan menjadi generasi yang shalih, mandiri dan tangguh.
Buruknya perilaku generasi hari ini tidak lepas dari kesalahan pola asuh orangtua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaqfah, termasuk dalam perkara akhlak. Oleh karena itu, upaya penanaman akhlak terpuji pada anak harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan syariah dan Khilafah. Dengan demikian upaya orangtua mengemban amanah pendidikan anaknya akan menjadi lebih mudah.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Najmah Saiidah]