Baiti Jannati

Tips Mengajari Anak Shalat Sesuai Syariah


Ayah-Bunda, Rajab adalah bulan yang memiliki keutamaan dan keistimewaan sehingga menjadi bulan yang dinanti umat Islam untuk memperbanyak amal kebaikan dan meraih pahala. Rajab pun menyimpan peristiwa sejarah yang sangat penting bagi umat Islam yang keluarga Muslim. Salah satunya adalah peristiwa Isra‘ Mi’raj yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Peristiwa Isra‘ Mi’raj mengandung banyak nilai. Di antaranya nilai ibadah yakni penetapan kewajiban shalat lima waktu. Dari peristiwa ini bisa menjadi evaluasi, apakah shalat kita sudah benar? apakah shalat kita sudah sesuai tuntunan syariah? Apakah kita sudah memperhatikan ibadah shalat anak anak kita? Demikian seterusnya.

 

Salat Fardhu Adalah Hadiah Allah

Ayah-Bunda, sebagaimana kita ketahui bahwa saat Mi’raj, Nabi Muhammad saw. diperjalankan menuju Sidratulmuntaha, tempat Nabi bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT. Kemudian Nabi saw. naik menuju Baitul Ma’mur. Di Baitul Ma’mur, Nabi saw. bertemu dengan Allah SWT. Di sanalah Nabi saw. berdialog dengan Allah SWT. Allah SWT lalu memerintahkan kewajiban shalat lima waktu kepada Rasulullah saw. dan umat beliau. Demikianlah, shalat fardhu lima waktu adalah hadiah dari Allah SWT.

 

Sudahkah Memperhatikan Salat Anak-anak Kita?

Saat ini, tidak sedikit orangtua yang kurang memperhatikan salat anak-anak mereka. Sebagian beranggapan bahwa anak sudah shalat saja itu sudah bagus. Tidak perlu harus memperhatikan apakah salatnya sudah benar ataukah belum. Tentu saja ini anggapan yang salah. Sebagai orangtua, kita punya kewajiban mengajari anak cara shalat sesuai tuntunan syariah, yakni benar amalannya dan dikerjakan dengan khusyuk, hingga mampu mencegah mereka dari perbuatan yang keji dan mungkar (Lihat: QS al-Ankabut [29]: 45).

Semakin dini kita mengajari anak shalat, semakin menancap di benak anak, dan insyaa Allah menjadi bekal yang sangat berharga bagi masa depan mereka. Butuh waktu dan kesabaran memang, namun pengaruhnya luar biasa. Shalat menjadi bagian penting dalam hidup yang tak akan pernah mereka tinggalkan, serta menjadi kekuatan ruhiyah untuk menghadapi semua masalah kehidupan.

 

Mengajari Anak Shalat Sesuai Syariah

Ayah-Bunda, peran kita sangat dibutuhkan untuk mengajari dan membiasakan anak shalat yang benar sejak dini. Beda usia, tentu beda perlakuan. Beda karakter, beda juga cara mengajarinya. Ada yang mudah memahami dan menerapkan ilmu yang didapatkan. Ada juga yang butuh waktu lama, harus dibimbing perlahan lahan dan harus sering diingatkan. Bagaimana caranya?

Kita harus membangun iman yang kuat terlebih dulu sebelum mengajari anak tentang shalat. Proses ini bisa jadi butuh waktu yang tidak sebentar. Namun, ketika iman itu sudah kokoh tertancap, anak akan shalat karena kesadaran, bukan karena paksaan. Kita bisa memulai dengan mengenalkan Allah dengan cara yang mudah dipahami anak sesuai dengan usia mereka. Untuk anak yang masih kecil, bisa lewat lagu atau kisah sebelum tidur yang menjelaskan tentang keesaan Allah dan kisah para nabi. Untuk anak yang lebih besar, bisa dengan mengajak mereka membaca buku-buku cerita, melihat tayangan film atau diskusi langsung.

Selanjutnya kita perlu memahamkan kepada anak, mengapa kita harus melakukan ibadah shalat. Jawabannya: Karena kita diciptakan Allah dan hidup untuk beribadah kepada Allah. Shalat adalah salah satu ibadah yang diperintahkan Allah untuk kita laksanakan dan akan dihisab kelak ketika kita kembali kepada-Nya. Kita juga perlu memahamkan bahwa shalat adalah ibadah yang menempati posisi penting dalam Islam, yakni sebagai pilar (tiang) agama. Rasulullah saw. bersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Perlu dijelaskan juga bahwa shalat adalah amal yang telah ditentukan tata caranya oleh Allah dan Rasul-Nya. Shalat tidak boleh dilakukan dengan sesuka hati kita, melainkan harus sesuai tuntunan syariah-Nya.

Memberikan penjelasan yang tepat kepada anak tentang pentingnya ibadah salat haruslah dilakukan dengan bahasa yang ‘pas’. Kita perlu hindari penjelasan yang justru membuat anak takut dan terbebani. Ini karena yang hendak kita lakukan adalah proses penyadaran. Bukan pemaksaan.

 

Mengajari Anak Tatacara Shalat

Untuk anak yang masih kecil, daya pikir mereka belum sempurna. Mereka belum begitu mampu memahami apa yang kita katakan dan belum bisa maksimal mengikuti apa yang diperintahkan. Karena itu cara paling tepat adalah dengan selalu mengajak mereka melakukan apa yang kita lakukan. Mereka akan melihat dan menirukan gerakan shalat kita. Kita harus menjadi teladan terbaik bagi buah hati tercinta. Karena itu sebelum meminta anak belajar dan terbiasa shalat 5 waktu dengan benar, maka kita harus sudah lebih dulu menjalankan shalat lima waktu dengan cara yang benar.

Kita perlu memberi contoh gerakan shalat yang benar dan meminta mereka meniru dan mempraktikkannya. Sesekali kita juga bisa agak mengeraskan bacaan shalat kita sehingga anak terbiasa mendengarkan bacaan-bacaan shalat. Di luar waktu shalat kita ajak anak menghapal bacaan shalat tersebut, termasuk menghafal Surat al-Fatihah dan surat-surat pendek. Perlu juga kita ajarkan arti bacaan salat tersebut, sedikit demi sedikit dan terus diulang. Lambat-laun mereka akan hapal sendiri, karena kita sering mengulang-ulang bacaan shalat, juga artinya. Dimulai, misalnya, dari lafal Allah Akbar. Kita jelaskan maknanya, bahwa Allah adalah Mahabesar. Semua yang ada di dunia ini adalah kecil. Tidak ada yang bisa menyamai Allah. Satu hal yang pasti, saat mengajari anak bacaan shalat dan artinya, di sana terdapat pembelajaran akidah yang luar biasa. Kokoh dan kuatnya iman, menjadi kunci taatnya mereka kepada Allah dalam seluruh hukum dan aturan-Nya, kelak saat mereka dewasa.

Adapun saat anak berusia 7 Sampai 10 Tahun, kemampuan berpikirnya sudah semakin sempurna. Anak-anak akan mampu menerima perintah dan lebih mudah menyuruh mereka untuk salat, dan membiasakannya. Tentunya harus dengan bahasa yang lembut dan santun, tanpa marah-marah. Kita ingatkan mereka agar shalat dilakukan dengan bersungguh-sungguh, tidak bermain-main. Pada usia ini, kita perlu jelaskan lebih detil tata cara shalat yang benar sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Gerakan mana yang termasuk rukun shalat dan mana yang bukan rukun salat. Rukun shalat hukumnya wajib sehingga harus dilakukan, sementara gerakan yang lain hukumnya adalah sunnah. Kemudian kita pastikan tidak ada rukun shalat yang terlewat dan gerakan shalat mereka sudah sesuai syariat. Ketika kita lihat gerakan shalat anak tidak tuma’ninah i’tidal-nya, atau rukuknya tidak sempurna, atau salatnya terburu-buru, maka kita harus ingatkan mereka. Pada usia ini pula, hapalan juga harus ditambah, baik hapalan bacaan salat maupun hapalan surat-surat pendeknya. Tentu saja semua itu harus disertai mengajari arti bacaan shalat dan arti surat-surat pendek yang mereka hapal.

Terakhir, untuk anak usia di atas 10 Tahun, pada usia ini anak harus belajar arti bacaan salat seluruhnya. Paham arti bacaan shalat inilah yang akan membuat shalat menjadi lebih khusyuk, lebih meresapi makna bacaan salat. Anak-anak akan merasakan nikmatnya shalat, nikmat bisa bertemu Allah dan meminta apapun yang bisa diminta. Akhirnya, shalat akan mereka lakukan dengan penuh kesungguhan, karena keyakinan akan berjumpa Allah. Shalat dilakukan tak sekadar untuk menggugurkan kewajiban, melainkan karena mereka butuh shalat. Pada usia ini shalat juga harus diajarkan dengan cara lebih tegas dan disiplin, termasuk memberikan pukulan bagi mereka saat meninggalkan shalat (HR Abu Dawud, Ahmad, al-Hakim dll). Namun, pukulan tersebut tidak boleh melukai (ghayru mubarrih), karena tujuannya hanya li ta’diib (untuk mendidik), bukan li ta’dziib (untuk menghukum). Ini yang akan membuat anak sadar tentang kesalahannya. Kita bisa memilih pukulan yang tidak akan menyebabkan cidera, seperti mengangkat tangan tidak terlalu tinggi sebelum memukul anak supaya efeknya tidak terlalu sakit di tubuh anak. Kemudian pukul di area yang tidak akan menyebabkan luka lebam dan menimbulkan trauma. Kita perlu juga ingatkan bahwa kalau kita tidak shalat fardu lima waktu, kita akan mendapatkan dosa bahkan akan masuk neraka. Ketika mereka sudah menjalankan shalat, jangan lupa kita harus memberikan apresiasi, misalnya dengan melalui pujian dan pelukan hangat supaya mereka merasa nyaman dan lebih semangat untuk shalat.

Setelah membiasakan anak shalat sejak dini, bisa dilanjutkan dengan mengajak anak untuk shalat berjamaah. Untuk anak perempuan dan anak laki-laki yang masih sangat kecil, maka Bunda bisa mengajak anak-anak shalat berjamaah dengan Bunda di rumah. Ketika anak laki-laki ini sudah agak besar, maka ayahnyalah yang harus membawa mereka ke masjid atau mushala untuk membiasakan mereka salat berjamaah.

Demikianlah, Ayah-Bunda, Shalat adalah ladang pahala bagi yang mengerjakannya, apalagi kalau dilakukan pada awal waktu dan berjamaah. Ditambah dengan salat sunah yang memiliki hitungan pahala berlimpah. Shalat juga akan berpengaruh kepada sikap perilaku, mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ketika orangtua mengajari anak shalat sejak dini, maka insya Allah pahala juga bagi mereka sampai tutup usia, apalagi karena setiap shalat, anak akan mendoakan orangtuanya.

WalLaahu a’lam bi ash-shawaab. [Wiwing Noeraini]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 − one =

Back to top button