
Jatuhnya Assad Jadi Pukulan Berat
Aktivis Hizbut Tahrir Abdul Hakim Abdullah menyatakan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah menjadi pukulan yang sangat berat bagi Iran.
“Jatuhnya rezim Suriah merupakan pukulan yang sangat berat bagi Iran di semua tingkatan,” ujarnya sebagaimana diberitakan alraiah.net, Rabu (1/1/2025).
Dalam aspek politik, misalnya. Menurut Abdul Hakim, Iran telah kehilangan posisi strategis yang telah lama dinyanyikan oleh kelompok garis keras ketika revolusi meluas ke Mediterania, tidak hanya di pihak partainya di Lebanon, yang oleh rezim dianggap sebagai poros fundamental dalam bekerjasama dengannya.
Abdul Hakim juga menyebut, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Tengah, setelah pembicaraan dengan pemimpin pemerintahan baru Suriah Ahmad al-Syara, mengharapkan Damaskus untuk sepenuhnya mengakhiri “peran apa pun” bagi Iran.
“Sekutu presiden terguling Bashar al-Assad, Komandan Garda Revolusi Hussein Salami, menilai ‘apa yang terjadi di Suriah merupakan pelajaran pahit yang harus kita ambil hikmahnya’,” sebut Abdul Hakim.
Iran juga, lanjutnya, kehilangan cara untuk mendukung partainya di Lebanon setelah meninggalkan partainya dan membiarkannya sendiri menghadapi pukulan mematikan dari orang-orang Yahudi. Akibatnya, Iran akan kehilangan perannya di Lebanon.
Dalam aspek material, jelas Abdul Hakim, Iran juga mengalami kerugian. Pasalnya, Iran kehilangan sejumlah besar uang yang dihabiskan di Syam dan hak istimewa yang dibuat bersama rezim Assad di segala bidang.
Memang benar, jelasnya, dalam beberapa hari mendatang, Iran mungkin akan dituntut kompensasi atas perang kotor, selain pemerasan politik, serta pembicaraan tentang perannya sebagai negara yang berada di luar hukum internasional dan dukungan terhadap rezim otoriter.
Yang paling berbahaya, jelas Abdul Hakim, adalah pandangan rakyat Iran terhadap rezimnya setelah petualangannya di Arab Spring. Rakyat Iran menjadi marah di jalanan. Sebagai akibatnya, akan terjadi kerusuhan dalam negeri besar-besaran yang menyebabkan rezim menjalani hari-hari terlemahnya. Bahkan rezim akan terpaksa melakukan penyesuaian besar-besaran, mengubah kebijakan utama dalam negerinya, dan akan melakukan perubahan besar untuk mencoba menyerap kebencian dalam negeri.
“Tantangan dalam negeri yang akan dihadapi rezim Iran meningkatkan kemungkinan keruntuhannya,” ujar Abdul Hakim mengutip pernyataan Sascha Sheehan, dekan di Universitas Baltimore. []