Dari Redaksi

Membangun Kembali Optimisme Dan Kemauan Umat

Alhamdulillah, umat Islam baru saja merayakan Hari Raya Idul Fitri. Hari Kemenangan. Terkait dengan kemenangan sejati umat Islam, dua perkara penting yang selalu dibangun Rasulullah saw. di tengah umat dalam perjuangan Islam adalah sikap optimis dan kemauan. Dua hal ini memang saling berhubungan. Sikap pesimis jelas akan memperlemah kemauan melakukan sesuatu. Sebaliknya, optimisme yang kuat akan mengokohkan kemauan untuk melakukan sesuatu.

Membangun sikap optimisme itu antara lain tampak dalam kisah perang Khandak atau disebut juga Perang Ahzab. Perang Khandaq merupakan salah perang yang terberat yang dihadapi oleh kaum Muslim saat itu. Perang ini terjadi pada awal Syawal tahun kelima Hijrah. Saat itu kaum Muslim harus menghadapi Pasukan Ahzab (koalisi), yang terdiri  kafir Quraisy Makkah, suku-suku Arab lain sekutu Quraisy dan Yahudi Bani Nadir. Kafir Quraisy berkomplot dengan Bani Sualim, Kinanah, penduduk Tihamah dan al-Ahabisy. Mereka menggelar pertemuan di Marru Dzahraan, sekitar 40 kilometer dari Makkah, untuk melakukan serangan besar-besaran.

Secara kasatmata pertarungan ini tidak seimbang. Pasukan koalisi kafir saat itu jumlahnya lebih dari 10 ribu orang. Mereka membawa 300 ekor kuda dan 1500 ekor unta. Sebaliknya, jumlah pasukan kaum Muslim menurut Ibnu Ishaq dalam Siirah Ibnu Hisyaam hanya 3000 personel. Dalam menghadapi serbuan ini, kaum Muslim mengadopsi strategi dari Sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari Persia, Salman al-Farisi. Kaum Muslim membangun parit yang panjangnya mencapai 5,5 kilometer, lebarnya sekitar 4,5  meter dan kedalaman lebih kurang 3  meter. Pekerjaan berat ini selesai dikerjakan bersama dalam waktu 9 hari.

Dalam kondisi yang sangat sulit ini, Rasulullah saw. membangun optimisme yang luar biasa di tengah-tengah Sahabatnya, bahwa Islam akan menaklukkan dunia. Islam akan menaklukkan negara-negara adidaya pada saat itu. Bayangkan itu disampaikan Rasulullah saw. saat umat Islam baru membangun Negara Islam yang masih berusia lima tahun, dengan wilayah yang relatif masih sangat kecil.

Ketika para Sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, Rasulullah saw. mulai memukul batu tersebut dengan membaca, “Bismillah.” Lalu memukul batu tersebut dan berhasil menghancurkan sepertiganya. Rasulullah saw. berkata “Allâhu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Syam. Demi Allâh, sekarang saya melihat istana yang merah.”

Rasulullah saw. pun melanjutkan dengan pukulan kedua. Beliau pun bertakbir, “Allâhu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Persia. Demi Allah! Saya melihat istananya yang putih.”

Beliau melanjutkan dengan pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan ketiga, beliau mengucapkan, “Allâhu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”

Sikap optimisme, bahkan di kala sangat sulit ini, telah memberikan visi jauh ke depan bagi para Sahabat Rasulullah saw. dan kaum Muslim berikutnya, bahwa Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia. Islam juga adalah agama politik yang akan menundukkan negara-negara adidaya dunia. Negara Islam akan menjadi negara adidaya dunia. Itu terbukti.

Sikap optimisme Rasulullah saw. ini telah membangkitkan kaum Muslim dalam keadaan sulit sekalipun. Bukan sembarang sikap optimisme, tetapi sikap optimisme yang dibangun atas dasar keimanan. Yakin 100 persen tanpa ragu atas apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. yang tak mungkin dusta. Yakin 100 persen tanpa ragu akan kekuasaan Allah SWT. Keyakinan akan kekuasaan Allah SWT dan pertolongan-Nya kepada kaum Muslim telah memperkuat kemauan (iraadah) yang kuat dari umat Islam untuk mewujudkan janji-janji kemenangan umat Islam dari Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah saw.

Saat ini dua sikap ini, optimisme dan kemauan kuat, sedang berupaya dilumpuhkan oleh musuh-musuh Islam. Terutama oleh negara-negara kafir penjajah yang tidak ingin umat Islam ini bangkit. Dibangunlah opini seolah-olah: tegaknya kembali Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah adalah sesuatu yang mustahil; penerapan syariah Islam secara total tidak memungkinkan lagi saat ini; persatuan Dunia Islam di bawah naungan Khilafah tidak akan bisa terwujud karena negeri-negeri Islam sekarang sudah mengadopsi nation-state (negara-bangsa), dan ini sulit dan mustahil untuk diubah.

Negara-negara kafir penjajah ini tentu saja menggunakan antek-antek mereka, para penguasa negeri-negeri Islam yang tunduk pada Barat untuk memperkuat opini negatif ini.

Karena itu umat Islam harus melawan semua ini. Umat Islam tidak boleh pesimis terhadap kemenangan Islam meskipun saat ini harus menghadapi tantangan yang berat. Rasulullah saw. sudah mencontohkan sikap sabar dan istiqamah dalam perjuangannya meskipun harus menghadapi sikap kafir Quraisy yang keji dan kejam. Mereka menyiksa para pejuang Islam. Mereka membangun opini negatif tentang ajaran Islam, Rasulullah saw. dan para Sahabatnya. Bahkan mereka melakukan boikot total terhadap umat Islam. Namun demikian, semua itu tidak membuat Rasulullah saw. berhenti dalam berjuang. Sebabnya, tegaknya Islam dengan terus berdakwah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Lihatlah, semuanya berujung manis, dengan kemenangan Islam dan tegaknya Daulah Islam di Madinah.

Yang dibutuhkan umat Islam saat ini adalah kemauan yang kuat dan sungguh-sungguh. Keyakinan dan kerinduan untuk meraih kemuliaan dalam Islam membutuhkan amal yang sungguh-sungguh dengan mengikuti sunnatullah dan kaidah kausalitas (sababiyah). Tidak cukup yakin. Tidak cukup berdoa. Wajib ada ikhtiar terindera untuk meraih tujuan mulia ini. Inilah yang juga dilakukan oleh Muhammad al-Fatih dan kaum Muslim sebelumnya; melakukan amal nyata yang cerdas, sungguh-sungguh dan pantang menyerah.

Muhammad al-Fatih juga menyadari, untuk meraih kemenangan Allah dibutuhkan ketaatan dan kedekatan dengan Allah SWT (taqarrub ilaa AlLaah). Inilah jalan turunnya kemenangan dari Allah SWT (nashrulLaah). Hal itu dimulai dari dirinya sendiri. Sang Panglima itu tidak pernah berhenti berdoa agar dirinya, pasukannya dan umat Islam diberi kemenangan. Shalat tahajud menghiasi malam-malamnya. Pasukannya pun dipastikan oleh dirinya sendiri agar tidak berbuat maksiat, yang bisa menghalangi datangnya pertolongan Allah SWT.

Inilah juga jalan optimisme untuk negeri ini. Kembali kepada Islam, yakin akan janji kemenangan dari Allah SWT, berusaha dengan sungguh-sungguh tidak putus asa, dan senantias membangun keterikatan dengan syariah Islam. Sekarang, masih ada kabar gembira Rosulullah yang tersisa untuk kita: penaklukan Roma, kembalinya Khilafah, dan peperangan terhadap Yahudi. Inilah kesempatan emas generasi kita, untuk meraih janji kemuliaan dari Allah, dan menorehkan Kembali sejarah dengan tinta emas.  AlLaahu Akbar! [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × three =

Back to top button