Kegagalan Negara Sekular India
Setelah lebih dari seperempat abad, Mahkamah Agung India akhirnya memutuskan terkait kontroversi situs Masjid Babri. Sebelum putusan hari Sabtu, pihak berwenang memperketat keamanan di seluruh negeri. Di negara bagian terbesar di India, Uttar Pradesh, sekolah ditutup karena kemungkinan kerusuhan. Laporan berita lokal mengatakan bahwa pembatasan pertemuan publik diberlakukan di Delhi dan Mumbai, dua kota terbesar di India. Modi meminta agar tenang di malam sebelum putusan. Dia menulis di Twitter: “Kita harus menjaga keharmonisan bersama”; “Ingat, bahwa apa pun keputusan yang diambil terkait Ayodhya oleh Mahkamah Agung, maka itu tidak akan menjadi kekalahan atau kemenangan bagi siapa pun.”
Di luar Mahkamah Agung pada hari Sabtu, pecah teriakan “Jay Shri Ram!” Juga berbagai seruan dukungan atas Dewa Rama. Kami akan membangun kuil di sana setelah pengumuman putusan. Beberapa peluru ditembakkan, tanda kemenangan bagi kaum tradisional Hindu.
Para politisi India telah lama menganggap sekularisme sebagai kunci untuk memungkinkan umat Islam dan Hindu hidup bersama secara damai. Namun, tindakan Pemerintah Modi mengungkapkan wajah sebenarnya, bukan hanya rezim India, tetapi juga bagi sekularisme itu sendiri. Konsep sekularisme modern terkait erat dengan filsafat liberalisme, yang mengklaim memberikan kebebasan bagi semua orang. Memang, individu yang hidup secara kolektif dalam masyarakat tidak dapat melakukan apa yang mereka inginkan tanpa memperhatikan orang lain. Artinya, setiap filsafat politik yang realistis harus mewakili keseimbangan antara individu dan masyarakat. Inilah yang gagal dilakukan oleh liberalisme. Hasilnya, individu dengan kekuatan atau pengaruh yang lebih besar pasti mendominasi dengan mengorbankan seluruh masyarakat. Ini adalah alasan sebenarnya mengapa rezim Hindu saat ini mampu menginjak-injak hak-hak kaum Muslim dengan nyaman dan aman. Sungguh, semua ini bertentangan dengan pandangan Islam yang menjamin perlindungan bagi agama lain.
Allah SWT (yang artinya): (Itulah) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, “Tuhan kami hanyalah Allah.” Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa (TQS al-Hajj [22]: 40). [Kantor Berita HT, 14/11/2019].