Dunia Islam

Saudi Dan Turki Mengkhianati Palestina

Sikap pemimpin Saudi dan Turki terhadap penjajah Yahudi memperjelas pengkhianatan mereka terhadap perjuangan umat Islam di Palestina. Sebagaimana yang dilansir situs aa.com.tr (3/3) pada hari Kamis (3/3) Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengatakan negaranya tidak memandang Israel sebagai musuh, melainkan sebagai sekutu potensial dalam banyak kepentingan. Pernyataan ini disampaikan Bin Salam dalam wawancaranya dengan majalah Amerika The Atlantic. Ini adalah tanggapan atas kemungkinan Kerajaan mengikuti contoh UEA dalam menjalin hubungan dengan Israel.

Bin Salman menjelaskan, “Kami tidak melihat Israel sebagai musuh. Kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dalam banyak kepentingan yang dapat kami capai bersama, tetapi beberapa masalah harus diselesaikan sebelum mencapai itu (dia tidak merinci).”

Dia menambahkan, “Setiap negara memiliki kebebasan penuh untuk melakukan apa pun yang ingin dilakukan sesuai keinginannya. Mereka memiliki hak penuh untuk melakukan apa pun yang mereka anggap cocok untuk UEA.”

Israel telah mencapai kesepakatan normalisasi pada 2020 dengan UEA, Bahrain, Maroko dan Sudan. Empat negara Arab ini mengikuti Mesir dan Yordania yang telah lama menyatakan hubungan resmi dengan Israel. Banyak pihak yang menduga Saudi berada di balik normalisasi negara-negara Arab akhir-akhir ini. Normalisasi, yang berarti pengakuan penjajah Yahudi, jelas merupakan bentuk tikaman terhadap umat Islam.

Pengumuman oleh agen kerdil Amerika ini semakin menunjukkan hubungan sebenarnya dari rezim boneka itu dengan entitas Yahudi. Ini sekaligus mengakiri beberapa dekade penyesatan rezim Saudi yang seolah-olah berpihak pada perjuangan rakyat Palestina. Seperti halnya rezim-rezim yang lain, mencoba menipu umat, seolah mereka peduli terhadap tanah yang diberkati, tempat Isra’ Rasulullah saw. dan kiblat yang pertama dari dua kiblat!

Pertanyaannya, bagaimana bisa dikatakan mereka peduli terhadap tempat-tempat suci, apalagi membebaskan Al-Aqsa dan tanah yang diberkati, sementara mereka  menganggap perampas tanah Palestina  sebagai sekutu, bukan musuh?! Hubungan yang diungkapkan oleh Putra Salman ini membuka topeng rezim Saudi dan rezim-rezim lainnya di Dunia Islam. Tanpa ada rasa malu atau keraguan, mereka mengabaikan bahkan mencampakkann aspirasi dan harapan umat, yang merindukan pembebasan tanah Palestina.

Hal yang sama ditunjukkan oleh Erdogan, pemimpin Turki Sekuler.  Presiden Turki Erdogan menerima kepala entitas Yahudi, Isaac Herzog, di Ankara pada 3/9/2022, dalam resepsi agung. Seolah-olah Erdogan ingin menebus dosa-dosanya karena beberapa kritiknya terhadap kebijakan entitas Yahudi! Namun, tindakannya menegaskan kekuatan hubungannya dengan entitas orang-orang Yahudi yang merebut salah satu tanah tersayang umat Islam. Setelah pembicaraan, Erdogan mengklaim, “Meningkatkan hubungan Turki (Israel) sangat penting untuk menyebarkan stabilitas dan perdamaian di kawasan itu dan kunjungan bersejarah presiden (Israel) akan menjadi titik balik baru dalam hubungan antara kedua belah pihak.”

“Saya mengatakan kepada Herzog bahwa kedua belah pihak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk bekerjasama di bidang energi, ekonomi dan pertahanan,” katanya.

Erdogan juga menyampaikan tentang “pentingnya solusi dua negara” . Beberapa media juga melaporkan tentang pendalaman kerjasama intelijen antara Turki dan (Israel) dalam beberapa bulan terakhir. Terkait dengan perdagangan, Erdogan menyatakan volume pertukaran perdagangan antara Turki dan (Israel) tahun lalu tercatat meningkat 36%, mencapai 8,5 miliar dolar dan menyatakan keyakinannya akan meningkat hingga 10 miliar dolar. “Hubungan Turki (Israel) akan berjalan dalam beberapa langkah, mulai dari masalah gas hingga banyak masalah. Jadi kami mulai mengambil langkah-langkah ini,” ujarnya.

Mengapa Erdogan melakukan semua ini?! Apakah entitas Yahudi telah berhenti membunuh dan menangkap orang-orang Palestina, menyita tanah mereka, menghancurkan rumah mereka, menodai Masjid al-Aqsa yang diberkati, mengepung Jalur Gaza dan meluncurkan agresi terhadapnya?! Mungkinkah seseorang dapat membebaskan Palestina sambil memperkuat hubungan politik, intelijen dan komersialnya dengan perampasnya?!

Usulan penyelesaian krisis Palestina dengan solusi dua negara jelas merupakan pengkhianatan. Sebabnya, solusi dua negara berarti pengakuan terhadap entitas penjajah Yahudi yang merampas tanah Palestina yang diberkati.

Dalam kunjungan pemimpin entitas penjajah  Yahudi ini, prospek pembelian gas Israel oleh Turki menjadi pembicaraan penting. Erdogan mengatakan kunjungan  ini menandai “era baru” dan bahwa kedua negara dapat bekerjasama untuk membawa gas alam Israel ke Eropa, menghidupkan kembali sebuah gagasan yang pertama kali dibahas lebih dari 20 tahun yang lalu.

Israel, yang memompa gas dari ladang raksasa di Mediterania Timur, mengatakan perusahaannya dapat memasok gas untuk Turki jika menyediakan infrastruktur. Namun,  dia tidak mengomentari gagasan Erdogan yang lebih ambisius untuk menghubungkannya dengan Eropa.

Amerika serikat sendiri lebih suka proyek gas ini melalui Turki, negara yang selama ini di bawah kendalinya. Sebelumya, proyek “Mediterania Timur” ini direncanakan melalui Yunani dan Siprus, tidak melewati Turki. Amerika khawatir hal ini akan mengurangi kendalinya dan akan memperkuat hubungan Eropa dan Israel. Untuk itu Amerika ingin proyek gas  ini melewati Turki, sekutu dekat yang berada di orbitnya. Dengan demikian Amerika bisa mengamankan hegemoninya atas Mediterania timur dan mencegah hegemoni Eropa.

 

Lahir dari Rahim Kolonialisme

Rezim Saudi dan rezim-rezim lainnya merupakan agen Barat. Mereka lahir dari rahim kolonialisme. Sama dengan entitas Yahudi. Karena itu wajar jika mereka berjalan bersama, bersekutu dan tidak menganggap Yahudi sebagai musuh. Sebabnya, penjajah yang membentuk entitas Yahudi adalah mereka juga yang membentuk para pengkhianat sebagai penguasa di atas puing-puing reruntuhan Khilafah Islam setelah pembagian negeri-negeri kaum Muslim.

Para penguasa pengkhianat ini jelas saja akan melindungi kepentingan penjajah dan memperkuat entitas Yahudi sebagai basis terdepan bagi Barat di negeri-negeri Islam. Tidak mengherankan jika mereka mengeluarkan pernyataan permusuhan yang terang-terangan terhadap umat Islam. Bahkan penentangannya terhadap akidah umat Islam!

Sudah saatnya bagi para pemilik kekuatan, para pemimpin militer dan tentara kaum Muslim segera bangkit menumbangkan para pengkhianat ini, lalu menghapus rezim-rezim yang diciptakan oleh kaum kafir penjajah dan kemudian mendirikan Khilafah Rasyidah ‘alaa minhâj an-nubuwwah. Inilah yang akan membebaskan umat dan melawan musuh-musuhnya sehingga tempat-tempat suci dan al-Aqsa yang dirampas dapat dikembalikan. Khilafah juga akan menyatukan umat dalam satu institusi yang akan mengembalikan kejayaannya serta mengakhiri era gelap ini; mengakhiri masa pilu saat ruwaybidhah (para penguasa bodoh) berbicara dan sok-sokan mengurusi tentang masalah-masalah umat. [AF]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 5 =

Back to top button