Kapitalisme-Liberal: Musuh Sejati Umat
Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)
Memahami musuh yang nyata, penting bagi umat Islam. Dengan itu umat diharapkan bersatu—dalamikatan akidah—merumuskanperjuangan untuk menghadapi musuh nyata yang terus menggerogoti mereka. Musuh umat Islam jelas bukan sesama kaum Muslim. Musuh kaum Muslim saat ini adalah idelogi Kapitalisme-Liberal dan para pengembannya. Ideologi destruktif inilah yang terbukti menimbulkan kekacauan kehidupan umat manusia.
Inti Kapitalisme-Liberal
Inti Kapitalisme-Liberal adalah sebagai berikut:
Capitalism is an economic system characterized by private or corporate ownership of capital goods, by investments that are determined by private decision, and by prices, production, and the distribution of goods that are determined mainly by competition in a free market (Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang dicirikan oleh kepemilikan barang modal atau pribadi; oleh investasi yang ditentukan oleh keputusan pribadi; juga oleh harga, produksi dan distribusi barang yang ditentukan terutama oleh persaingan di pasar bebas)(https://www.merriam-webster.com/dictionary/capitalism).
Liberalism is a theory in economics emphasizing individual freedom from restraint and usually based on free competition, the self-regulating market, and the gold standard. c : a political philosophy based on belief in progress, the essential goodness of the human race, and the autonomy of the individual and standing for the protection of political and civil liberties (Liberalisme adalah sebuah teori di bidang ekonomi yang menekankan kebebasan individu dari pengekangan dan biasanya didasarkan pada persaingan bebas, pasar yang mengatur sendiri dan standar emas; sebuah filsafat politik yang didasarkan pada kepercayaan akan kemajuan, kebaikan esensial umat manusia dan otonomi individu serta berdiri untuk perlindungan kebebasan politik dan sipil) (https://www.merriam-webster.com/dictionary/liberalism).
Landasan Kapitalisme-Liberal adalah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Penganutnya berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya. Ideologi ini menetapkan adanya pemeliharaan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi. Dari kebebasan hak milik ini dihasilkan sistem ekonomi Kapitalisme. Inilah yang paling menonjol dalam ideologi ini. Oleh karena itu ideologi tersebut dinamakan ideologi Kapitalisme; diambil dari aspek yang paling menonjol dalam ideologi itu.
Kapitalisme-Liberal saat ini masih bisa tegak karena ditopang oleh negara. AS, Barat dan sekutunya telah menjaga ideologi ini siang-malam. Mereka pun mengekspor ideologi mereka ke negeri-negeri kaum Muslim. Tujuannya: Pertama, memalingkan umat Islam dari syariah kâffah. Kedua, menghegemoni dan menyedot sumberdaya alam negeri kaum Muslim. Ketiga, memalingkan umat Islam dari musuh mereka yang nyata. Keempat, menghalangi kebangkitan Islam dengan menghalangi umat untuk menegakkan kembali Khilafah.
Landasan Kapitalisme-Liberal jelas lemah dan jauh dari fitrah manusia. Pengabaian agama jelas bertolak belakang dengan Islam. Jika akar Kapitalisme-Liberal sudah rusak, tentu sistem dan aspek turunannya pun rusak. Karena itu umat Islam harus terus membongkar kerusakannya. Umat pun harus menjadikan ideologi ini sebagai musuh bersama bagi mereka.
Mengapa Musuh?
Pertama: Karena Kapitalisme-Liberal adalah ideologi penjajah. Ideologi ini telah mendorong pengemban utamanya—AS dan Barat—melakukanpenjajahan di seluruh dunia. Karena itu ideologi ini merupakan ideologi penjajah. Ideologi penjajah inilah yang menjadikan AS dan Barat menjadi rakus, sombong dan banyak melakukan intervensi ke berbagai negara di dunia. Negara-negara kapitalis penjajah terus mencari daerah-daerah jajahan baru untuk mengeruk kekayaannya. Upaya itu dilakukan di antaranya melalui senjata/intervensi militer.
Fakta sejarah telah menunjukkan bahwa selama Perang Dunia I dan II tidak ada rasa aman. Huru-hara, pertumpahan darah, penghilangan nyawa dan bencana kemanusian tak terkira. Indonesia pun pernah menjadi korban penjajahan negara-negara imperialis.
Kedua: Karena Kapitalisme-Liberal terus disebarkan secara paksa ke seluruh dunia melalui penjajahan. Cara baku negara pengemban Kapitalisme-Liberal untuk mengimplementasikan ideologi mereka adalah melalui penjajahan (imprealisme). Penjajahan itu bisa dalam bentuk pemaksaan dominasi politik, militer, budaya dan ekonomi terhadap negara-negara jajahan. Jalan imprealisme ini tetap meskipun rezim dan UU di negara jajahan berubah. Alhasil, penjajahan adalah bagian integral dari Kapitalisme-Liberal.
Imperialisme adalah anak Kapitalisme. Imperialisme tua dilahirkan oleh Kapitalisme tua. Imperialisme modern dilahirkan oleh Kapitalisme modern. Watak kuno imperialisme tua itu menghantam ke kanan dan ke kiri. Menjalankan stelsel monopoli dengan kekerasan dan kekejaman. Mengadakan sistem paksa. Membinasakan ribuan jiwa manusia. Menghancurkan kerajaan-kerajaan. Membasmi miliunan cengkeh dan pala. Ia melahirkan aturan contigenten (pajak berupa hasil bumi) dan levarantien (hak monopoli hasil bumi) yang sangat berat dipikul oleh rakyat (Ir. Soekarno, Mencapai Indonesia Merdeka, hlm 10-11).
Gambaran negara penjajah diwakili oleh Inggris dan Amerika Serikat. Inggris dikenal sebagai Imperium Britania. Masa keemasannya pada tahun 1815-1914 saat masa kekuasaan Raja George III sampai Raja George V. Inggris mengklaim sebagai polisi dunia yang dikenal sebutan Pax Britannica. Kontrolnya di wilayah jajahan begitu kuat. Luas jajahannya 26.000.000 km2 yang memiliki sekitar 400 juta penduduk bagian dari Imperium Britania. Ada sekitar 94 negara yang pernah dijajah Inggris meliputi Asia, Afrika, Amerika dan Oseania.
Amerika Serikat, pasca Perang Dunia II, dikenal begitu aktif melakukan ekspansi, baik dalam rangka hegemoni maupun penjajahan atas nama perdamaian dunia. AS berhasil masuk ke Afganistan dan Irak dengan alasan memerangi teroris dan senjata pemusnah massal. Pangkalan militernya ada di Timur Tengah dan negara-negara lainnya.
Di Dunia Islam—di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau di Asia Tengah dan Asia Tenggara—negara-negara penjajah di bawah pimpinan AS juga memaksakan dominasi politik, militer dan ekonominya untuk mengeksploitasi manfaat-manfaat material di negara-negara tersebut. Mereka juga berupaya menyebarkan Kapitalisme pada banyak bidang. Di antaranya dengan menginisiasi berbagai konferensi internasional seperti konferensi tentang HAM, kesetaraan gender, dll.
Di Timur Tengah, AS pun memaksakan dominasi budaya melalui apa yang dikenal dengan “rekonstruksi peradaban”, “dialog antaragama”, “titik temu peradaban”, dll. AS pun berupaya intensif mengubah atau mengganti kurikulum pendidikan untuk memutuskan keterikatan kaum Muslim dengan peradaban dan budaya mereka.
Ketiga: Karena Kapitalisme-Liberal menjadi biang persoalan di dunia. Kapitalisme-Liberal pada masa sekarang mengubah bentuk penjajahannya menjadi penjajahan gaya baru (neo-imprealisme). Pada awalnyadominasi AS lebih bertumpu pada aspek militer. Berikutnya, AS bertumpu pada aspek ekonomi semisal utang luar negeri, tekanan politik dan embargo. Lewat banyak perusahaan multinasional, AS melakukan eksploitasi sumberdaya alam Indonesia dan negeri lainnya.
Barat dan sekutunya pun mengikuti irama AS. Perusahaan multinasionalnya melakukan akses untuk bersaing merebut lahan eksploitasi. Barat paham, negeri-negeri kaum Muslimmerupakan negara kaya SDA. Semua itu dilakukan untuk memuaskan kerakusannya dan memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Kapitalisme-Liberal akhirnya memunculkan banyak persoalan baru dalam kehidupan. Di bidang ekonomi, munculkrisis berulang akibat kerapuhan ekonomi Kapitalisme. Kebebasan dalam mengksploitasi SDA mengakibatkan kerusakan alam dan ketimpangan. Pemerintahan yang mengambil ideini pun akhirnya rajin hutang dan memotong subsidi rakyat. Privatisasi dan swastanisasi badan usaha milik negara kerap dilakukan.
Di bidang politik, munculsistem demokrasi yang rusak dan merusak. Aturan yang dihasilkan lebih pro kepentingan asing dan tidak pro rakyat. Politisi akhirnya bekerja tidak untuk rakyat. Mereka lebih melayani kepentingan para pemilik modal.
Selain itu, politik adu domba digunakan untuk memecah-belah persatuan. Kelompok Islam dibagi-bagi. Satu diinjak, satu diajak. Diinjak dengan sebutan tendensius dan penghilangan karakter. Diajak dengan ragam proyek kucuran dana miliaran. Tidak aneh jika kemudian muncul istilah Islam moderat, toleran dan rahmatan lil alamin ala tafsir Barat. Gayung bersambut. Proyek itu pun dijalankan melalui lembaga keagamaan dan pemerintahan. Tujuannya jelas untuk menyesatkan umat dari pemahaman Islam kâffah yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah.
Di bidang sosial-budaya, manusia dijauhkan dari fitrahnya. Kaum perempuan dieksploitasi. Mereka dipaksa menghamba pada Kapitalisme-Liberal. Gaya hidup manusia tak lagi mencerminkan peradaban mulia. Kebebasan bertindak, berperilaku dan berpendapat dijadikan standar kehidupan. LGBT diapresiasi. Narkoba miras difasilitasi. Penghinaan terhadap agama ditoleransi. Alhasil, agama benar-benar dijauhkan dari kehidupan dan dianggap pengekang.
Keempat: Karena Kapitalisme-Liberal mendukung rezim represif di Dunia Islam. AS, Barat dan sekutunya telah berhasil menancapkan kukunya di negeri-negeri kaum Muslim. Pemimpin di negeri-negri Muslim yang diangkat sesungguhnya telah mendapatkan mandat dan restu mereka. Karena itu para pemimpin di negeri kaum Muslim itu rela menekan dan menzalimi rakyatnya sendiri demi memuaskan tuan mereka. Bukankah ini merupakan kejahatan kemanusiaan dan pertanggungjawabannya begitu berat di akhirat kelak?
Indonesia pada Orde Baru condong pada AS dan didukung penuh oleh AS. Muncullah penindasan dan pembatasan sistemis terhadap ekspresi wacana dan gerakan Islam politik. Kebijakan ini muncul pasca Soeharto mengambil alih kekuasaan pada 1967. Banyak kebijakan antagonistik terhadap Islam politik. Misalnya, pemaksaan partai Islam untuk berfusi ke PPP dan memerintahkan semua ormas Islam agar menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Rezim Orba bahkan mengerahkan kekuatan militer dan melakukan kekerasan yang acap kali menimbulkan korban jiwa untuk menghentikan oposisi kelompok Islam.
Lalu bagaimana dengan saat ini di era reformasi? Tampaknya kebijakan pengusa saat ini kepada umat Islam meniru rezim sebelumnya. Di era ini munculPerppu Ormas yang otoriter, pembubaran kelompok kritis, upaya kriminalisasi ulama dan aktifis serta berbagai upaya menutup kebangkitan Islam.
Tak hanya itu. Genderang ‘War on Terorisme (WOT)’ menjadi alasan AS dan Barat untuk terus mendukung rezim refresif di Dunia Islam. Sesunggunhnya WOT, radicalismand extremist tak lain topeng untuk memerangi Islam dan umatnya. Dukungan itu tampak pada pernyataan Mike Pence bahwa Amerika berdiri bahu-membahu dengan Mesir dalam perang melawan terorisme. Hal itu disampaikan pada saat bertemu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi di Kairo, Sabtu (20/1/2018). Mesir pun termasuk lima negara penerima bantuan militer AS terbesar. Dilansir dari situs resmi USAID https://explorer.usaid.gov/cd/EGY, Mesir dilaporkan menerima bantuan dana US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 14,8 triliun.
AS pun mendominasi Arab Saudi. Donald Trump membuat kesepakatan bantuan militer sebesar US$ 110 miliar. Hal itu ditegaskan pada kunjungan 20-21 Mei 2017. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menyebutkan bahwa pertemuan Trump dengan Raja Salman merupakan titik balik kedua negara serta sekutu mereka di kawasan Teluk.
Di sisi lain, Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdul Azis bakal menerapkan konsep ‘Islam moderat dan terbuka’, yang ramah bagi semua agama dan dunia. Dia juga menegaskan, Arab Saudi akan berbuat lebih banyak untuk mengatasi ekstremisme. Arab Saudi juga mendorong “Visi 2030” yang berisi kebijakan ekonomi dan sosial jangka panjang untuk menghilangkan ketergantungan pada minyak serta membuka kran bagi investasi asing.
Sikap AS, Barat dan sekutunya juga tampak dari dukungan mereka kepada rezim di Pakistan, Afganistan, Suriah dan negeri kaum Muslim lainnya. Mereka paham bahwa kebangkitan Islam harus sedini mungkin ditekan. Semua kelompok yang menyerukan syariah dan Khilafah juga harus segera diamputasi sebelum tujuan itu terwujud kembali.
Penutup
Penderitaan dan kesengsaraan dunia yang dihasilkan oleh negara-negara kapitalis, khususnya AS, tidak akan lenyap kecuali dengan tegaknya negara Khilafah yang akan menerapkan ideologi yang haq. Itulah ideologi Islam yang agung, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. sebagai rahmatan lil ‘alamin. Pada saat itu, keadilan Islam akan dapat menyingkapkan ketamakan Kapitalisme-Liberal yang bersifat materialistik dan metode imperialisme mereka.
Karena itu, telah jelas musuh yang nyata bagi umat Islam saat ini. Itulah Kapitalisme-Liberal. Tidak ada jalan lain untuk mengatasi Kapitalisme-Liberal ini secara fundamental, kecuali dengan melawan menghilangkanideologi ini dari muka bumi dengan mengerahkan segala daya upaya.[]