KH Yasin Muthahhar: Meneladani Nabi saw. Harus Total
Pengantar Redaksi:
Peringatan Maulid Nabi saw. di tengah-tengah umat selama ini tidaklah terlalu memberikan efek sosial dan politik. Hanya rutinitas dan ritualitas semata. Berbeda dengan dulu pada era Sultan Shalahuddin al-Ayyubi saat pertama kali Peringatan Maulid Nabi saw, digagas dan diselenggarakan. Peringatan tersebut mampu membangkitkan kembali ghirah umat Islam untuk berjihad dan membela agama Allah SWT.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa sebabnya? Bagaimana pula solusinya? Bagaimana sebetulnya cara yang benar menumbuhkembangkan rasa cinta umat ini kepada Nabi saw. agar berefek secara sosial dan politik, tak hanya secara individual?
Itulah di antara sejumlah pertanyaan yang disampaikan oleh Redaksi kepada KH Yasin Mutahhar dalam rubrik Hiwar kali ini. Berikut ini jawaban dan penjelasan beliau.
Kiai, apa sebetulnya latar belakang kemunculan Peringatan Maulid Nabi saw.? Bagaimana pula efek peringatan tersebut bagi umat saat itu?
Perayaan Maulid Nabi saw. secara kolosal pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (567- 622 H), penguasa Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Peringatan ini didukung oleh gubernur Irak, yaitu Malik Muzhaffar al-Kukubri. Ia memiliki hubungan dekat dengan Sultan Salahudin dan sekaligus adik iparnya.
Kebutuhan Peringatan Maulid Nabi saw. saat itu dirasakan mendesak. Pasalnya, kaum Muslimin saat itu sedang mengalami kelemahan dan kelelahan akibat perang terus-menerus menghadapi kaum Salibis Eropa. Saat itulah Shalahuddin memanfaatkan momen Peringatan Maulid Nabi saw. untuk mengingatkan kembali kaum Muslim terhadap jejak-jejak sejarah perjuangan Nabi saw. Harapannya agar bisa meningkatkan semangat jihad kaum Muslim dalam rangka menghadapi kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yerussalem dari tangan Kerajaan Salibis
Efek dari peringatan itu adalah meningkatnya semangat jihad kaum Muslim. Akhirnya, kaum Muslim di bawah pimpinan Sultan Salahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Palestina dari tangan kaum Salibis dan memenangkan peperangan.
Lalu apa nilai penting Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. saat ini?
Saat ini umat Islam dalam kondisi terpuruk akibat Islam dijauhkan dari kehidupan mereka. Dalam berbagai sendi kehidupan, Islam tidak dijalankan, kecuali hanya dalam kehidupan spiritual dan urusan-urusan individu saja.
Dalam kondisi seperti ini Peringatan Maulid Nabi saw. menjadi urgen dilakukan untuk membangkitkan semangat kaum Muslim dalam berislam dan menelusuri jejak perjuangan Rasulullah saw.
Dengan Peringatan Maulid Nabi saw. diharapkan kaum Muslim saat ini menyadari keagungan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi saw., sebagai sistem kehidupan yang menjadi solusi bagi semua problem yang tengah dihadapi.
Dengan Islam, Nabi saw. berhasil mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik dan kufur menuju cahaya Islam. Bangsa Arab yang terpuruk dan tidak diperhitungkan dalam kancah politik dunia, setelah memeluk Islam dan mengamalkannya, berubah menjadi bangsa yang bangkit dan berpengaruh menundukan bangsa-bangsa lain.
Begitu juga kaum Muslim saat ini sejatinya bisa bangkit, kuat dan berpengaruh selain bisa menyelesaikan problematika hidup mereka. Peringatan Maulid Nabi saw. adalah salah satu momentum untuk menuju itu.
Namun, saat ini Peringatan Maulid Nabi saw. seolah hanya rutinitas dan ritual semata. Bagaimana agar Peringatan Maulid Nabi saw. bisa memberikan pengaruh signifikan bagi kebaikan dan kebangkitan umat seperti dulu?
Rutinitias dan ritual Peringatan Maulid Nabi saw. harus diteruskan karena ini merupakan wujud kecintaan kita kepada Nabi saw., namun memang perlu ditingkatkan kualitasnya. Tidak berhenti pada aspek ritual semata. Tidak sekadar rutinitas tanpa makna.
Peringatan Paulid Nabi saw. harus berdampak pada perubahan sikap kita sebagai umat Nabi saw., yakni mengikuti beliau dalam segala hal. Peringatan Maulid Nabi saw. harus bisa membangkitkan umat Islam saat ini yang sedang tertidur lelap.
Kapan spirit cinta kepada Nabi saw. harus dipupuk? Apakah hanya ketika bulan Maulid saja?
Tentu harus dipupuk setiap saat, terutama pada bulan kelahiran Nabi saw. Sebabnya, cinta kepada Nabi saw. itu merupakan bukti keimanan yang hukumnya wajib. Bahkan Nabi saw. sampai bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِه وَالنَّاس أَجْمَعِيْنَ
Demi Zat Yang diriku dalam genggamannya. Siapapun tidak beriman hingga Aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, hartanya, anaknya dan seluruh manusia (HR al-Bukhari).
Apakah dengan memperjuangkan syariahnya untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan merupakan wujud cinta kepada Nabi saw?
Benar. Bahkan inilah wujud hakiki kecintaan yang sesungguhnya, yaitu menghidupkan semua Sunnah Nabi saw. Sunnah nabi adalah jalan hidup beliau. Jalan hidup beliau adalah syariah Islam
Dimana kita bisa mewujudkan rasa cinta kita kepada Nabi saw.?
Di manapun. Di segala waktu. Di segala tempat. Dalam seluruh ruang kehidupan.
Apa sebetulnya makna hakiki mencintai Nabi Muhammad saw., Kiai?
Pertama: Orang yang mencintai Nabi saw. pasti akan banyak menyebut nama beliau dengan mendawamkan membaca shalawat dan salam kepada beliau yang mulia. Man ahabba say’an aktsara min dzikrihi (Siapa yang mencintai sesuatu pasti dia banyak menyebut [nama]-nya).
Kedua: Hakikat cinta itu adalah al-ittibâ’. Mengikuti yang dicinta. Mengikuti Nabi saw. bahkan hanya bukti cinta kepada beliau, tetapi juga bukti kita cinta kepada Allah SWT. Demikian sebagaimana Allah SWT firmankan dalam QS Ali Imran [3]: 31.
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat yang mulia ini menghukumi setiap orang yang mengklaim cinta kepada Allah, namun dia tidak mengikuti tharîqah Muhammadiyyah, yakni syariat atau jalan hidup yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., maka sungguh orang itu telah berdusta dalam klaimnya hingga dia mengikuti syariah dan agama beliau dalam seluruh perkataan dan keadaannya.
Ketiga: Hakikat cinta kepada Nabi saw. adalah mengidupkan Sunnahnya. Sunnah Nabi saw. adalah jalan hidup yang telah ditempuh beliau. Nabi saw. bersabda, “Man ahyâ sunnatî fa qad ahabbannî wa man ahabbanni kâna ma’î fî al-jannah (Siapa saja yang menghidupkan Sunnahku, berarti ia telah mencintaiku. Siapa mencintaiku pasti dia akan bersmaku di surga).”
Saat ini Sunnah Nabi saw. banyak yang ditinggalkan atau mati. Sunnah Nabi saw. dalam berkeluarga, pendidikan, ekonomi, politik dan kenegaraan sudah ditinggalkan. Sebagai wujud kecintaan kita kepada Nabi saw., maka kita harus berupaya menghidupkan kembali semua sunnah itu. Tentu agar kita tergolong orang yang mencintai Nabi saw. hingga kelak Allah akan mengumpulkan kita bersama beliau di surga.
Keempat, hakikat cinta kepada Nabi saw. adalah meneladani beliau. Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Dari yang wajib sampai yang sunnah. Dari mulai cara berpakaian, cara makan, minum, cara berjalan hingga cara beliau mengatur negara.
Mengaku cinta kepada Nabi saw., tetapi memusuhi dan mengkriminalisasi pejuang syariah Islam. Bagaimana menurut Kiai?
Itu namanya dusta. Bertentangan dengan Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda. “Man ‘âda lî waliy[an] fa qad âdzantuhû bi al-harbi (Siapa saja memusuhi wali-Ku, sungguh Aku pasti umumkan perang kepada dirinya).”
Beberapa bab dalam syariah Islam seperti jihad dan khilafah dipermasalahkan dengan tuduhan menginspirasi kekerasan dan terorisme. Di sisi lain, para penuduh tersebut mengaku sebagai pengikut nabi karena sudah menjalankan syariah Islam yang lain, khususnya ibadah ritual. Bagaimana menurut Kiai?
Tidak benar itu. Pertama: Karena jihad dan khilafah adalah ajaran Islam yang dijelaskan oleh Nabi saw. sendiri baik dengan sunnah qawliyah maupun dengan sunnah fi’liyyah beliau. Di dalam kitab-kitab hadis yang di susun oleh para ulama hadis. Misalkan dalam kitab Shahîh al-Bukhâri ada kitab al-Ahkâm, artinya hukum-hukum pemerintahan. Dalam Shahîh Muslim ada kitab al-Imârah, artinya pemerintahan.
Kedua, meneladani Nabi saw. yang dikehendaki dalam Islam adalah meneladani beliau dalam seluruh sendi kehidupan. Ungkapan “Uswat[un] Hasanah” yang temaktub dalam QS al-Ahzab ayat 21 bersifat umum. Artinya, Nabi saw. adalah teladan dalam semua aspek kehidupan.
Apakah berdakwah dan berjuang menegakkan Khilafah itu bukti cinta kepada Nabi saw.?
Betul. Karena Nabi saw. sendiri berdakwah dan berjuang untuk mendirikan Daulah Islamiyah. Dari sejak awal Nabi saw. berdakwah menuju ke situ. Jadi karakter dakwah Nabi saw. bukan hanya bersifat ruhiyyah-akhlaqiyyah, tetapi juga bersifat siyasiyyah. Bisa dibaca kitab-kitab sirah, pasti akan didapatkan penjelasan tentang hal ini. Misalkan dalam kitab sirah karya Prof. Dr. Rawwas Qal’ahji, yang berjudul Qirâ’ah Siyâsiyyah li as-Sîrah an-Nabawiyyah atau dalam kitab sirah karya Dr. Muhammad ash-Shalabi.
Bagaimana tips agar Peringatan Maulid Nabi saw. bisa memberikan pengaruh sikap dan perbuatan kepada masyarakat? Bukan hanya dalam konteks individu saja, namun juga menjadi penggerak perubahan besar di masyarakat dan negara?
Pertama: Kita harus memahami latar belakang mengapa dulu Sultan Salahudin al-Ayyubi menggelar Peringatan Maulid Nabi saw. secara bersar-besaran. Saat itu, Peringatan Maulid Nabi saw. digelar dengan tujuan untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukan dan menumbuhkan semangat mereka yang sudah lelah dalam peperangan.
Kedua: Dalam Peringatan Maulid Nabi saw. membacakan pujian-pujian kepada Nabi saw. dan bershalawat untuk beliau adalah perkara mulia, utama dan harus dilakukan, karena bagian dari ibadah yang diperintahkan Allah. Namun, Peringatan juga harus diisi dengan pemaparan gamblang tentang perjuangan Nabi saw. dalam menghancurkan dominasi kekufuran dan kesyirikan. Juga harus dijelaskan cakupan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi saw. dari akar sampai daun, dari akidah sampai syariah.
Ketiga: Peringatan Maulid Nabi saw. harus dilakukan dalam rangka mancari solusi atas keterpurukan yang dialami oleh kaum Muslim sebagaimana dilakukan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Kaum Muslim hari ini, bahkan manusia secara umum, membutuhkan solusi untuk keluar dari krisis bahkan resesi yang mengancam dunia. Solusi itu hanya akan didapatkan dengan menempuh jalan hidup yang diwariskan oleh Nabi saw.
Keempat: Siapapun yang memperingati Maulid Nabi saw. haris waspada dengan upaya-upaya musuh Islam yang akan selalu menghalangi bangkitnya apa yang disebut dengan istilah Islam politik. Mereka selalu berupaya agar Islam yang dijalankan oleh kaum Muslim hanya sebatas rutinitas dan ritual semata, termasuk dalam hal ini Peringatan Maulid Nabi saw.
Semoga Peringatan Maulid Nabi saw. yang gelar oleh kaum Muslim di seantero dunia Islam bisa menumbuhkan kesadaran umat akan keagungan Islam, bisa membangkitkan ghirah umat memperjuangkan syariah Islam sebagai jalan hidup yang telah dijalankan dan dicontohkan oleh Baginda Nabi saw. []