Mengajari Anak Mengidolakan Nabi Saw.
Mayoritas anak saat ini hanya tahu informasi yang sangat sedikit tentang Rasulullah saw. Itu sebabnya mereka tidak mengenal beliau Akibatnya, beliau tidak menjadi idola bagi mereka. Biasanya anak hanya tahu dari apa yang diajarkan oleh guru di sekolah saat pelajaran agama yang hanya dua jam sepekan. Itu jika mereka bersekolah di sekolah umum.
Bagaimana dengan di rumah? Harus kita akui, tidak banyak orangtua yang mengenalkan Rasulullah saw. Hampir tiap hari anak dibiarkan bahkan kadang dibiasakan untuk berinteraksi dengan sosok sosok idola lainnya. Mungkin bisa berjam-jam dalam sehari anak menghabiskan waktunya untuk bercengkerama dengan idola-idola tersebut melalui TV, atau berbagai tayangan di Youtube.
Selanjutnya, mereka pun akan sangat senang dan kagum dengan tokoh tokoh animasi semisal Doraemon, Boboiboy, Upin-Ipin dan lainnya. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya meniru perilaku tokoh- yang dikaguminya tersebut. Bisa jadi juga mereka sangat kagum dengan para youtuber cilik yang mereka lihat setiap hari, dengan semua kontennya yang sering tidak mendidik.
Bagaimana dengan anak yang sudah remaja? Tak jauh beda. Mereka mengidolakan artis-artis Korea yang notabene adalah orang-orang kafir. Mereka mengidolakan para pemain sepakbola. Mereka rela begadang semalaman dan mengabaikan banyak hal, termasuk ibadah shalatnya, hanya demi menonton pertandingan yang digelar. Demikian seterusnya. Inikah yang kita inginkan? Tentu tidak.
Bersama dengan Orang yang Dicintai
Idola adalah sosok yang sangat disenangi, dikagumi bahkan juga dicintai. Seseorang pasti ingin selalu dekat dan bersama dengan idolanya. Ia akan meniru perilakunya dan berharap menjadi seperti sang idola. Di sinilah pentingnya ayah-bunda mengarahkan anak-anaknya, siapa seharusnya yang seharusnya dijadikan idola.
Demikian halnya ketika seseorang mengidolakan Rasulullah saw. Dapat dipastikan ia akan sangat mengagumi dan mencintai beliau; akan berusaha meniru perilaku beliau; dan berharap akan bersama dengan beliau. Mungkinkah harapan ini akan terwujud? In syaa Allah.
Rasulullah saw. telah mengabarkan bahwa seseorang akan bersama dengan yang dia cintai pada Hari Kiamat nanti. Dalam sebuah riwayat diceritakan, ada Seorang ‘Araby datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu ada orang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia belum pernah dapat menyamai amalan mereka?” Nabi saw. menjawab:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Seseorang itu akan bersama orang yang dia cintai pada Hari Kiamat (HR at-Tirmidzi).
Ayah-bunda, seseorang akan berada di surga bersama dengan yang dia cintai. Demikian juga jika yang dia cintai masuk neraka. Ia pun akan bersamanya. Bisa kita bayangkan ketika anak-anak kita mengidolakan dan mencintai Rasul saw. Mereka pun akan bersama dengan beliau di surga. Sabda beliau, “Siapa saja yang menghidupkan sunnahku, ia telah mencintaiku. Siapa saja yang telah mencintaiku, aku akan Bersama dia di Surga.” (HR at-Tirmidzi).
Sebaliknya, apa yang terjadi kalau anak-anak kita mengidolakan seseorang yang merupakan ahli neraka? Nerakalah sebagai tempat Kembali mereka. Na’uudzubilLâhi min dzâlik. Karena itulah, yuk mulai sekarang kita ajari anak-anak kita supaya memilih idola yang benar, yang akan mengantarkan mereka pada kebaikan, juga kebahagiaan dunia akhirat.
Rasulullah saw. telah menginspirasi banyak manusia. Islam yang beliau bawa mampu menjadi sumber keberanian dan motivasi dalam hidup. Karena itu banyak dari pengikut Rasulullah saw. yang layak dan pantas kita jadikan idola dalam kehidupan kita, seperti para Sahabat Rasul, juga tokoh tokoh Islam lainnya. Namun, tetap saja, yang lebih utama adalah mengidolakan Rasulullah saw.
Bagaimana Caranya?
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama: Mengajak anak berpikir tentang siapa yang seharusnya dicintai dan pantas menjadi idola. Misalnya, layakkah menjadikan Doraemon menjadi idola, sementara ia hanyalah tokoh khayalan yang tak mungkin ada realitanya. Contoh yang lain, layakkah menjadikan artis film atau pemain sinetron menjadi idola, sementara mereka banyak maksiat, bahkan sebagiannya lagi adalah kafir, ahli neraka. Apakah mereka akan membuat hidup kita bahagia dunia-akhirat? Apakah mereka berjasa kepada kita lebih daripada ayah dan ibu kita? Demikian seterusnya.
Kemudian kita bisa mengajak anak berpikir, Siapa orang yang paling berjasa dalam hidupnya? Siapa yang bisa menyelamatkan dia, dunia maupun akhirat. Siapa yang senantiasa memikirkan dia? Jawabannya: Rasulullah saw. Bahkan menjelang wafatnya, beliau masih sangat mencemaskan nasib kita, umatnya.
Ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah saw. masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad saw.
Saat tubuh sang kekasih Allah SWT kian melemah. Bibirnya masih bisa bergerak. Kepada Ali bin Abi Thalib, sepupu juga menantunya, Rasulullah meninggalkan ‘wasiat, “Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang yang lemah di antara kalian. Ummati…ummati..ummati (Umatku… umatku…umatku).” “
Kedua: Mengenalkan Rasulullah saw. kepada anak secara detil sejak dini. Kita perlu membiasakan anak berinteraksi dengan segala hal yang berkaitan dengan Rasulullah saw. Berkaca pada generasi salaf, para Sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw. kepada anak-anak mereka, dengan diselingi materi pelajaran al-Quran.
Makin sering anak mendapatkan informasi, akan semakin cepat mereka mengenal Rasulullah saw. dan mengidolakan beliau. Karena itu menjadi tugas kita sebagai orangtua untuk memperbanyak dan mempersering memberikan informasi tersebut. Tentu teknisnya harus disesuaikan dengan usia anak. Untuk yang masih kecil, mereka pasti lebih menyukai cerita Rasul saw. melalui permainan, lagu dan musik, gambar atau video animasi. Untuk yang sudah lebih besar maka bisa dengan melalui buku buku bacaan seperti komik atau novel, film tentang perjuangan Rasul, atau dengan berdiskusi dll.
Banyak sekali yang bisa kita ajarkan kepada anak tentang betapa mulianya akhlak Rasulullah saw. Bagaimana akhlak Rasul saw. kepada keluarganya. Bagaimana beliau memperlakukan orang miskin. Bagaimana beliau bersikap kepada tetangganya bahkan yang non-Muslim. Bagaimana sosok beliau sebagai seorang pemimpin sejati yang sangat peduli kepada umatnya. Bagaimana beliau sangat lemah-lembut kepada orang beriman dan sangat keras kepada orang-orang kafir yang memusuhi Islam. Demikian seterusnya.
Ketiga: Memahamkan anak bagaimana cara yang benar mencintai dan menjadikan Rasul sebagai idola, yakni dengan berusaha mengikuti sunnahnya, meneladani sikap perilakunya. Itulah yang akan mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Demikian sebagaimana firman-Nya:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat serta banyak menyebut nama Allah (QS al-Ahzab [33]: 21).
Kita juga perlu memahamkan dan mengajak anak untuk memperbanyak shalawat sebagai bukti cinta kita kepada Rasul saw. Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦
Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada dirinya (QS al-Ahzab [29]: 56).
Kita diperintah oleh Allah SWT untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. dan mengucapkan salam penghormatan kepada beliau, yakni dengan cara berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan: AlLâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammad.
Keempat: Menjauhkan anak dari sosok-sosok idola yang akan memberikan pengaruh buruk pada sikap perilakunya. Untuk itulah kita perlu membatasi interaksi anak dengan tontonan dan bacaan yang tidak islami. Kita perlu mendampingi mereka ketika menonton TV, membaca buku dan bergaul dengan teman teman mereka. Juga memastikan mereka mendapatkan kebaikan dari apa yang mereka dengar dan lihat. Kita juga perlu mencarikan lingkungan yang terbaik bagi mereka. Untuk itulah kita perlu membentuk lingkungan rumah yang islami, juga mencarikan sekolah yang islami, yang akan memastikan anak anak kita jauh dari tokoh idola yang salah dan mengajarkan sikap yang tidak baik.
Terakhir: Terus doakan anak-anak kita dalam setiap doa yang kita panjatkan. Semoga mereka sangat mencintai dan mengidolakaan Rasulullah saw., itulah yang akan menyelamatkan hidupnya, dan membawa dirinya pada kebahagiaan dunia-akhirat. Aamiin.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Wiwing Noeraini]