Analisis

Hijrah Menuju Peradaban Islam

Di tengah timbunan peradaban Kapitalis dengan aroma materialistis yang menyengat, manusia menjumpai realitas kehidupan yang penuh dengan kehampaan. Mereka kosong dari nilai-nilai spritualitas, kemanusiaan dan moral.

Dahaga spritualitas tersebut kemudian diisi dengan membuat komunitas-komunitas kajian yang berkembang menjadi komunitas hijrah. Komunitas hijrah pun bermunculan. Kita mendengar komunitas artis hijrah, pengusaha hijrah, remaja hijrah, pemuda hijrah, bikers hijrah, dsb. Mereka dengan bangga mengekspresikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan nyata. Gaya hidup mereka yang berhijrah mengalami transformasi signifikan dari kondisi sebelumnya.

Tulisan ini lebih jauh akan mengulas tentang peradaban Islam dengan segala keunggulannya, dilengkapi dengan bukti historis, serta upaya untuk mengembalikan kehidupannya agar dunia selamat dari kenestapaan akibat peradaban sekuler-kapitalis. Hanya dengan pemahaman yang jernih tentang peradaban Islam maka hakikat hijrah bisa dipahami dengan baik. Semangat hijrah yang menggelora pun akan terus terpilihara, tidak lekas layu sebelum berbunga dan berbuah lebat.

 

Hakikat Peradaban Islam

Peradaban merupakan sekumpulan konsep yang mengatur kehidupan. Peradaban Barat berdiri ringkih di atas dasar ide sekularisme yang menyesatkan. Sebaliknya, peradaban Islam tegak kokoh di atas dasar aqidah Islam yang lurus. Atas dasar ini, pandangan Islam terhadap kehidupan berbeda dengan pandangan Barat.

Sekularisme Barat memandang kehidupan dengan tolok ukur materi belaka. Bagi mereka materi merupakan ukuran kebahagiaan, perbuatan, bahkan kemuliaan. Aspek ruhiah dan moralitas hanya pelengkap jika diperlukan. Jika perkara ruhiah dan moralitas itu dirasa akan menghalangi dari mendapatkan materi, maka akan segera ditinggalkan. Komitmen kehidupan mereka hanya satu yakni materi. Tidak ada yang lebih tinggi dari materi.

Adapun Islam memandang kehidupan dengan tolok ukur aqidah Islam. Tidak ada yang lebih tinggi dari Iman kepada Allah SWT. Dengan sudut pandang ini maka tolok ukur perbuatan adalah ketentuan Allah dengan batasan halal-haram sesuai syariah-Nya. Kebahagian kaum Muslim terletak pada ketaatannya terhadap syariah-Nya secara kaaffah.

Kaum Muslim bahagia ketika rukuk, sujud, shaum, saling menolong, berhijab, berdakwah, bermuamalah islami, berpolitik dengan cara Islam, berhukum dengan hukum Islam, dll; sebagaimana mereka juga bahagia ketika menolak segala bentuk kemaksiatan. Menolak judi, miras, narkoba, zina, LGBT, intervensi asing, perampasan kekayaan alam negeri-negeri Muslim, penerapan ekonomi ribawi yang terbukti rawan krisis, berhukum dengan hukum kufur dan lain sebagainya.

 

Filosofi Keunggulan Peradaban Islam

Terlihat nyata bahwa peradaban Islam dan Barat itu berbeda 1800. Barat menjadikan materi di atas segalanya. Sebaliknya, Islam menjadikan ridha Allah di atas segala-galanya. Orientasi perbuatan manusia menurut Islam menjadikan ridha Allah sebagai tujuan tertinggi dan syariah sebagai panduan.

Islam tidak mengenal istilah tujuan menghalalkan segala cara. Ini berbeda dengan Barat. Akibat pandangan materialistisnya tentang kehidupan maka seluruh perbuatan manusia adalah untuk tercapainya materi. Semua cara bisa ditempuh. Tidak kenal halal atau haram.

Bagi Barat, kolonialisme terhadap negara lain merupakan langkah pasti. Eksploitasi terhadap manusia, penjajahan, perang, bisnis perjudian dan miras serta bisnis hiburan malam merupakan suatu keniscayaan sebab mendatangkan untung materi yang besar. Bahkan seluruh sistem hidup Barat merupakan industri untuk mendatangkan materi. Hukum, politik, militer, pendidikan dll semuanya adalah industri untuk mendatangkan materi.

Peradaban Islam dengan sudut pandang aqidah Islam sama sekali bukanlah peradaban yang anti dengan materi. Bahkan pandangan hidup Islam membawa konsekuensi penyatuan materi dengan ruh, atau dengan kata lain menjadikan semua perbuatan manusia selaras dengan perintah dan larangan Allah.

Secara filosofis, perbuatan manusia pada hakikatnya adalah materi, sedangkan kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah adalah ruh. Ketika manusia melakukan suatu perbuatan tertentu, pada nafas yang sama dia kaitkan perbuatan tersebut dengan syariah. Terjadilah pertautan materi dengan ruh. Jika seluruh hidup manusia adalah perbuatan maka tidak satu pun perbuatan manusia yang luput dari ketentuan syariah.

Segala bentuk materi, baik dalam wujud ucapan maupun perbuatan, semuanya tidak lepas dari ruh/syariah. Dengan kata lain semuanya tunduk pada ketentuan Allah, bukan ketentuan manusia ala sekularisme. Inilah pandangan yang selaras dengan fitrah dasar dalam diri manusia, yakni akal dan naluri ilahiah.

Ketika manusia menjadikan peradaban Islam sebagai penuntun kehidupannya maka mereka akan terbebas dari eksploitasi, penjajahan dan penjarahan, perjudian, miras, berbagai bisnis hiburan malam, LGBT, krisis akibat sistem moneter dan segala bentuk kemaksiatan yang menyempitkan kehidupan.

 

Ragam Keunggulan Peradaban Islam

Keunggulan peradaban Islam tidak hanya pada tataran sudut pandang aqidahnya yang rasional, namun juga terlihat pada fakta pemikiran di sejumlah dimensi kehidupan yang meliputi, ideologi, ekonomi, politik dan sosial. Berikut disajikan secara ringkas keunggulan Islam dalam beberapa dimensi tersebut.

 

  1. Dimensi Ideologi.

Tidak ada ideologi di dunia yang memiliki sistem sempurna seperti ideologi Islam. Kapitalisme dan Sosialisme memang memiliki seperangkat aturan tentang kehidupan. Namun demikian, keduanya menegasikan naluri beragama dalam diri manusia. Islam justru memandang bahwa pengaturan semua urusan dunia dengan aturan syariah merupakan konsekwensi keimanan.

 

  1. Dimensi Ekonomi.

Ekonomi Islam merupakan sistem yang mengatur urusan kekayaan, baik yang menyangkut kegiatan memperbanyak jumlah, menjamin pengadaan, serta tatacara pendistribusiannya. Dengan pemahaman ini lahir falsafah ekonomi Islam berupa jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap-tiap individu warga negara serta dorongan terpenuhinya kebutuhan sekunder dan tersier.

Di dalam Kapitalisme tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap-tiap individu masyarakat karena semua sumberdaya ekonomi dikuasai oleh swasta. Dalam Sosialisme semuanya didistribusikan dengan rata, namun anti dengan kekayaan. Setiap individu harus menghasilkan sesuai kemampuan dan mendapatkan sesuai dengan kebutuhan. Individu masyarakat tidak boleh mendapatkan lebih dari yang dibutuhkan. Implementasi Sosialisme telah menimbulkan kemiskinan yang merata, sedangkan implementasi Kapitalisme menyebabkan kesenjangan pendapatan akut. Hanya dengan Islam distribusi kekayaan itu bisa dilakukan.

 

  1. Dimensi Politik.

Politik adalah mengurus urusan umat dengan menerapkan Islam baik dalam maupun luar negeri. Islam memahami kekuasaan sebagai sarana tertinggi untuk menjalankan Islam yang dengan itu seluruh urusan masyarakat dapat diselesaikan.

Sistem politik Islam (Khilafah) berbeda dengan seluruh bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia dilihat dari segi asasnya; dari segi pemikiran, pemahaman, maqaayis (standar); dan hukum-hukumnya untuk mengatur berbagai urusan. Dari segi konstitusi dan undang-undangnya yang dilegislasi untuk diimplementasikan dan diterapkan maupun dari segi bentuknya yang mencerminkan Daulah Islam sekaligus yang membedakan dari semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini. Hal ini karena asas sistem politik dalam Islam memang berbeda dengan suluruh sistem politik di dunia. Terdapat empat asas sistem politik dalam Islam, yakni:

  1. Kedaulatan adalah milik syariah.
  2. Kekuasaan berada di tangan umat.
  3. Pengangkatan seorang khalifah untuk seluruh kaum Muslim hukumnya wajib.
  4. Khalifah mempunyai hak untuk mengadopsi hukum-hukum syariah untuk dijadikan undang-undang.

 

  1. Dimensi Sosial.

Sistem sosial mengacu pada aturan, yang mengatur interaksi antara individu-individu dalam suatu masyarakat. Dalam hal dimensi sosial, Islam satu-satunya peradaban dunia yang mengatur interaksi pria-wanita dengan begitu rinci. Kapitalis dan sosialis tidak memiliki ketentuan yang mengatur relasi pria dan wanita secara rinci. Karena itu wajar jika interaksi pria-wanita dalam peradaban ini mengalami kebobrokan. Perselingkuhan, pelecehan, pemerkosaan merupakan fenomena keseharian masyarakat Barat. Begitu juga dalam relasi antar warga masyarakatnya. Saat ini peradaban Barat dikenal gemerlap, tetapi mereka sepi dari interaksi sosial. Hal ini karena mereka tidak memiliki sistem sosial maka dengan sendirinya kehidupannya menjadi individualis.

 

Bukti Historis Keunggulan Peradaban Islam

Peradaban Islam pernah diterapkan ribuan tahun sejak zaman Nabi Muhammad saw. hingga tahun 1924. Peradaban Islam berhasil manaungi manusia dari berbagai suku, bangsa dan agama dalam wilayah yang membentang luas. Hal ini mudah terlihat dari buku-buku sejarah termasuk yang ditulis sarjana Barat sendiri, seperti Philip K Hitti, Arnold J Tonybee, dll yang secara jujur mereka mengakui keagungan peradaban Islam.

Segala kekaguman tersebut terangkum melalui Robert Briffault dalam bukunya, The Making of Humanity, yang menyatakan, “Tidak ada kemajuan Eropa melainkan ia berhutang budi pada Islam dan peradaban Islam dan diarahkannya dengan positif.”

Will Durant secara jelas juga menegaskan, “Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya adalah al-Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, yang telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarahwan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.” (Will Durant – The Story of Civilization).

Selama berabad-abad, Dunia Islam menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Peradaban Islam membuat kontribusi signifikan dalam berbagai bidang seperti matematika, astronomi, kedokteran, kimia dan sastra. Banyak sekolah, perguruan tinggi dan perpustakaan didirikan di seluruh wilayah kekuasaan Islam, termasuk Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, serta Al-Azhar di Mesir yang dianggap sebagai universitas tertua yang masih beroperasi di dunia.

Dibidang seni Arsitektur terlihat dari warisan desain bangunan yang masih berdiri kokoh hingga kini di berbagai kota seperti Cordoba, Granada, Sevilla, Baghdad, Istanbul. Arsitektur di berbagai kota tersebut menjadi saksi keagungan peradaban Islam pada masanya.

Pusat-pusat keilmuan seperti Perpustakaan Alexandria, Baghdad dan Cordoba menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan Muslim. Keagungan Islam pada masa lalu juga terlihat dalam penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh dunia. Ketika Eropa masih berada dalam masa kegelapan, cendekiawan Muslim seperti Ibn Sina, Al-Khwarizmi, Ibn Hayyan, Ibn Khaldun, dll menyumbangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Penyebaran pengetahuan melalui perpustakaan, universitas dan lembaga pendidikan Islam memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan peradaban manusia.

 

Peradaban Islam Unggul di Bawah Naungan Khilafah

Harus jujur diakui bahwa peradaban Islam dengan semua pencapaian yang luar biasa tersebut hanya terjadi di era Kekhilafahan Islam. Kecemerlangan sejarah itu terjadi ketika umat Islam hidup di bawah negara Khilafah yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar ideologi dan syariah Islam sebagai sistem yang mengatur segenap aspek kehidupan manusia.

Karena itu sebuah kedustaan yang besar jika berbicara keagungan peradaban Islam pada masa lalu, tetapi melepaskan seluruh kemajuan itu dari peran sentral Khilafah. Sikap tersebut bukan saja ahistoris, tetapi juga irasional. Bagaimana mungkin tiba-tiba berbagai prestasi cemerlang diraih oleh suatu peradaban tanpa kekuasaan yang menjadi penopangnya. Sejarah mencatat sistem kekuasaannya itu disebut Khilafah dan penguasa disebut dengan Khalifah.

Memang di tangan kaum Muslim ada al-Quran. Namun, tanpa institusi penerapnya, yakni Khilafah, kaum Muslim tidak bisa berbuat secara signifikan. Kondisi demikian terjadi pada generasi awal Islam ketika al-Quran pertama kali diturunkan. Potret kehidupan Islam sebelum Rasulullah saw. hijrah adalah potret kehidupan yang penuh dengan tekanan dan intimidasi. Kondisi yang sama dialami kaum Muslim saat ini ketika mereka tidak hidup di bawah naungan Khilafah meski al-Quran da di tangan mereka.

Berbeda kondisinya ketika Rasulullah hijrah dan menjadi pemimpin Negara Islam pertama di Madinah. Beliau menaklukkan berbagai negeri, membebaskan manusia dari sempitnya hidup di bawah sistem buatan manusia diganti dengan kelapangan hidup dibawah sistem yang berasal dari Allah. Begitu juga dengan kaum Muslim pasca Rasulullah. Sepanjang sejarah selama kaum Muslim hidup di bawah naungan Khilafah mereka menjadi umat terbaik; senantiasa berada pada posisi pemimpin dan penentu arah percaturan peradaban dunia.

Oleh karena itu ketika bicara peradaban Islam maka tidak cukup hanya dengan aqidah dan syariah tanpa menyertakan Khilafah. Kaum Muslim sudah memiliki dua pilar penting untuk meraih kagungan, yakni aqidah dan syariah.  Tinggal dilengkapi dengan satu pilar lagi, yakni Khilafah. Tiga pilar ini yakni akidah, syariah dan Khilafah merupakan satu kesatuan yang paling menentukan eksistensi peradaban Islam yang agung.

Dengan demikian belumlah bisa dikatakan kaum Muslim berhijrah jika hanya sebatas menganut aqidah Islam atau hanya sebatas mengikuti sebagian hukum syariah. Hijrah secara sempurna terealisasi dengan penerapan Islam secara kaaffah di bawah institusi Khilafah.

Saat ini sudah dekat masanya peradaban Barat tersungkur di ufuk Barat. Kegelapan dunia di bawah Kapitalisme Demokrasi akan segera berakhir. Di sisi lain di ufuk sebelah timur sudah mulai menyingsing fajar peradaban Islam yang akan meliputi dunia dengan cahaya terang cemerlang. Sebentar lagi, kebangkitan kembali peradaban Islam yang diawali dengan kemunculan kembali Khilafah ‘alaa minhaaj an-Nubuwwah, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah saw. bukan lagi sekadar mimpi. Ia akan segera mewujud dalam kenyataan.

WalLaahu a’lam bi ash-shawab. [Dr. Erwin Permana; (Direktur PAKTA)]

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 − ten =

Back to top button