Kilas Dunia

KTT SCO Gagal Sikapi AS dan NATO

Konferensi Tingkat Tinggi/KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO) ke-23 dinilai gagal untuk mengambil sikap yang kuat terhadap Barat, terutama Amerika dan NATO.

“SCO gagal untuk mengambil sikap yang kuat terhadap Barat, terutama Amerika dan NATO,” ujar Aktivis Hizbut Tahrir Abdul Majeed Bhatti sebagaimana diberitakan alraiah.net, Rabu (23/10/2024). Dia mengkritik KTT yang dihadiri Cina, Rusia, India, Pakistan, Iran dan beberapa negara Asia Tengah tersebut.

Indikasinya, jelas Abdul Majeed, dalam KTT di Islamabad pada 16 Oktober 2024 tersebut SCO tidak mengadopsi sebuah resolusi yang memperingatkan entitas Yahudi dan Amerika, seperti mengambil tindakan pembalasan yang keras jika Iran diserang. Anggota SCO juga tidak memberikan dukungan tanpa batas terhadap perang Rusia melawan Ukraina yang didukung NATO.

“Mungkin yang paling mengecewakan adalah tidak adanya kerjasama apa pun yang mendukung Cina untuk menghadapi mobilisasi militer AS yang menakutkan di Lingkar Pasifik. Padahal Moskow dan Beijing sudah lama berharap bahwa SCO suatu hari akan menyaingi NATO dan menolak ‘tatanan berbasis aturan’ Barat. Namun, untuk mewujudkan itu Moskow dan Beijing mungkin harus menunggu sampai waktu yang belum diketahui,” bebernya.

Menurut Abdul Majeed, kurangnya persatuan di antara negara-negara anggota merupakan cerminan dari semakin dalamnya persaingan yang melemahkan kemampuan SCO untuk memengaruhi politik regional.

“Namun, yang lebih penting, melemahkan peluang Cina dalam bersaing dengan Amerika untuk mendominasi global,” sebutnya.

Padahal, jelas Abdul Majeed, Cina mengharapkan SCO dan BRICS untuk membantunya menghadapi hegemoni Amerika di Eurasia. SCO merupakan komponen penting dari Belt and Road Initiative (BRI) Beijing yang lebih luas, yang bertujuan untuk memperluas pengaruh Cina melalui proyek infrastruktur di seluruh Eurasia.

Namun, sebutnya, hal ini menimbulkan masalah bagi Rusia, karena Belt and Road Initiative (BRI) melanggar lingkup pengaruh tradisionalnya di negara-negara Asia Tengah. Meskipun terdapat hubungan erat antara Moskow dan Cina, karena taktik agresif AS dalam menggunakan Ukraina melawan Rusia dan upaya keras AS untuk mengepung Cina, maka saling ketidakpercayaan yang mendalam antara kedua tetangga yang berakar pada Pemberontakan Boxer tahun 1899 sulit diatasi.

“Lalu ada perselisihan terbaru antara Cina dan India, yang meluas hingga ke Himalaya, Samudera Hindia, Lingkar Pasifik, dan luar angkasa,” bebernya.

Selain itu, jelasnya, permusuhan antara India dan Pakistan telah mengakibatkan empat perang, pertempuran perbatasan meningkat antara Iran dan Pakistan, serta konflik perbatasan yang sedang berlangsung antara Kirgistan dan Tajikistan, terus melemahkan tujuan yang ditetapkan oleh SCO, sehingga organisasi mengalami dilema perhitungan keseimbangan kekuatan. [Joy dan Tim]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × 4 =

Back to top button