Permusuhan Iran dan AS Bohong Belaka
Permusuhan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dinilai oleh Aktivis Hizbut Tahrir Prof. Mu’nis Hamid sebagai kebohongan belaka. “Klaim permusuhan antara Iran dan Amerika adalah kebohongan belaka,” tegasnya sebagaimana diberitakan hizb-ut-tahrir.info, Senin (19/8/2024).
Pasalnya, jelas Mu’nis, perselisihan antara AS dan Iran tidak pernah merupakan perselisihan ideologis, namun Teheran mampu mengeksploitasi perselisihannya dengan Washington dengan cara yang religius, dan mengangkat slogan-slogan yang selaras dengan masyarakat yang tertipu oleh slogan-slogan tersebut.
Perselisihan Iran dengan entitas Yahudi, beber Mu’nis, sama sekali juga bukan perselisihan ideologis,. Perselisihan tersebut adalah terkait pengambilan peran di wilayah tersebut.
“Sungguh jelaslah realitas perselisihan antara Teheran dan Amerika tidak lebih dari pertengkaran media dan saling tuding untuk menyesatkan opini publik,” jelasnya.
Adapun di lapangan, lanjut Mu’nis, situasinya sangat berbeda. Apa yang diberikan Iran kepada Amerika di Afghanistan merupakan fakta yang masih segar dalam ingatan, juga kejadian di Irak yang terus terulang. Teheran adalah pihak yang menyelamatkan AS dari kesulitan di Irak.
Namun, beber Mu’nis, masyarakat masih tertipu oleh apa yang dihadirkan media, bahkan bukan hal yang tidak mungkin kepentingan-kepentingan bisa menyatu, dan perbedaan-perbedaan formal yang ada akan sirna seiring berjalannya waktu, sehingga lahirlah landasan baru bagi hubungan yang dilandasi kepentingan bersama.
“Pentingnya kawasan Teluk bagi Amerika, yang telah lama dideklarasikan, akan tetap ada. Ingat bahwa Amerika tidak punya teman selain kepentingannya, serta tidak ada nilai, moral, atau kemanusiaan dalam tradisinya,” kata Mu’nis.
Oleh karena itu, terangnya, bukan rahasia lagi bahwa media dikuasai oleh Amerika, dan sebagian besar berita politik yang disampaikan media berasal dari satu sumber. Namun, perbedaannya tetap pada sumber yang menguasainya.
“Demikian juga, dokumen perjanjian nuklir tetap menjadi kartu truf bagi kelangsungan hidup AS di kawasan Teluk, serta penguatan pangkalannya dengan dalih kekhawatiran mengenai kemampuan nuklir Iran dan peningkatan penjualan senjata ke negara-negara Teluk,” sebutnya.
Oleh karena itu, ungkap Mu’nis, AS terus berupaya menerapkan kebijakannya yang terkenal dalam menciptakan kekacauan dan kehancuran untuk memperkuat kehadirannya di kawasan, sambil melanjutkan hubungan rahasianya dengan Teheran untuk mengatur dan menjadwalkan situasi di kawasan sesuai dengan kepentingan Amerika.
“Begitu juga halnya dengan pertukaran pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki peran penting dalam hubungan Iran-Amerika, yang menjadikan Iran sebagai polisi di kawasan yang melayani kepentingan Amerika,” pungkasnya. []