Waspadai Pecah-belah Umat
Suatu waktu, Umar bin al-Khaththab ra. berkata, “Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan di antara perkara-perkara yang aku takutkan menimpa umat ini adalah munafik yang ‘alim (al-munafiq al-‘alim).”
Para Sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seorang munafik kok ‘alim?”
Beliau menjawab, “’Alim dalam lisan, namun jahil dalam hati dan perbuatan.” (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, 1/148).
Al-Hasan juga mengatakan, “Janganlah kamu menjadi orang yang mengumpulkan ilmu para ulama dan petuah para hukama, namun berjalan di jalannya para sufaha (orang-orang bodoh).”
Hal itu saya sampaikan dalam suatu forum. “Sekarang ini banyak orang yang dipandang tokoh Islam, berilmu, atau cendekiawan, namun tidak ada keberpihakan kepada umat Islam,” Pak Dedi memberikan komentar.
“Jangan-jangan, masuk pada apa yang dikhawatirkan oleh Sayyidina Umar bin Khathab,” tambahnya.
“Menurut saya sih, kelihatannya iya,” dia pun menjawab sendiri pertanyaan dirinya. Saya hanya senyum simpul saja.
“Iya, sebagai orang awam, saya sangat gelisah. Coba saja lihat, Desember kemarin, merayakan Hari Raya Natal disebut sebagai bukti toleransi. Bukan sekadar mengucapkan selamat. Bahkan merayakan bersama dengan nyanyi bareng, azan dan baca shalawat di gereja dalam momentum Natalan,” Pak Renal nimbrung.
“Orang-orang yang disebut tokoh Islam atau ulama, kok pada diam. Tidak menegur. Bahkan, terkesan membiarkan bahkan mendukung,” keluhnya sambil menghela nafas panjang.
“Ada ustadz yang mengkritik masalah itu, eh dibilang intoleran. Bahkan dituding radikal,” Pak Hasan menanggapi. “Para pemimpin juga demikian,” katanya. Akibatnya, umat Islam tak punya panutan. Pecah di dalam.
Mendengar tanggapan itu saya sampaikan bahwa di Bab 6 dengan judul ‘Fi Afatil ‘Ilmi wa Bayani ‘Alamati ‘Ulama al-Akhirah wa ‘Ulama ad-Dunya’, Imam al-Ghazali menyebutkan, “Di antara perkara penting adalah mengetahui tanda-tanda pembeda antara ulama dunia dan ulama akhirat. Yang kami maksudkan ulama dunia adalah ulama su` yang dengan ilmunya bermaksud mereguk dunia dan meraih kedudukan.”
Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya manusia yang paling pedih azabnya pada hari kiamat adalah orang berilmu (‘alim) yang tidak diberi manfaat oleh Allah dari ilmunya itu.”
Sebagaimana sabdanya, “Akan ada pada akhir zaman para hamba yang jahil dan ulama yang fasik.” (HR al-Hakim).
Rasulullah saw. bersabda, “Ada selain Dajjal yang aku takutkan melebihi Dajjal.” Lalu beliau ditanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Para pemimpin yang menyesatkan.” (HR Ahmad).
Kita perlu prihatin memang. Bila ini terjadi, faktor internal menjadikan tubuh umat Islam akan tercabik-cabik sendiri. Rapuh.
Realitas pun makin mengisyaratkan hal itu. “Bukan hanya itu, lho. Baru saja ada Peraturan Presiden tentang ekstremisme. Kalau tidak salah nomor 7 tahun 2021. Kan tidak jelas tentang apa itu ekstrem,” Pak Dedi komen lagi.
“Bahkan, melibatkan semua unsur bisa saling melaporkan sesama masyarakat,” tambahnya. “Sayangnya, para tokoh Islam banyak yang terkesan diam dan hanya mengamini saja,” pungkasnya.
Memang hal ini perlu disikapi oleh umat Islam yang punya kepedulian. Pengalaman menunjukkan bahwa istilah radikal dan teroris senantiasa disematkan kepada umat Islam. Tidak mengherankan apabila istilah ‘ekstremisme’ ini pun akan dialamatkan kepada umat Islam.
Menarik apa yang disampaikan oleh Prof. Suteki. Beliau memandang jika ektremisme disematkan kepada umat Islam karena keistiqamahannya dalam memegang teguh ajaran Islam, maka hal ini akan menyulut konflik vertikal dan horizontal. “Masyarakat bisa terbelah. Umat Islam akan terbelah dalam polarisasi yang sebenarnya tidak diperlukan,” ujar Guru Besar Hukum tersebut.
Memang, dalam Peraturan Presiden itu digunakan istilah ‘ekstremisme berbasis kekerasan’. “Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme adalah keyakinan dan/atau tindakan yang menggunakan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan ekstrem dengan tujuan mendukung atau melakukan aksi terorisme,” begitu disebutkan dalam peraturan itu. “Apakah Anda masih terus berimajinasi bahwa umat Islam itu mengutamakan kekerasan dalam hidup? Jika demikian, itu adalah sebuah kedunguan sejati,” pungkas Profesor yang dikenal dengan singkatan radikal yang dibuatnya ‘ramah, terdidik, dan berakal” itu.
Jelas, keterpecahbelahan internal umat Islam tampak sedang terjadi secara terstruktur, sistematik dan massif.
Ya, aroma pemecahbelahan tubuh umat Islam terasa menyengat. Saya teringat dulu Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguh-nya aku sudah memohon kepada Rabb-ku untuk umatku: Janganlah Dia membinasakan mereka dengan paceklik yang merajalela. Jangan menundukkan mereka kepada musuh dari luar kelompok mereka yang menodai kedaulatan mereka. Sesungguhnya Rabb-ku berfirman: Wahai Muhammad! Sungguh jika Aku telah menetapkan suatu ketetapan maka tidak bisa ditolak. Aku berikan kepadamu untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh paceklik yang merajalela dan agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang akan menodai kedaulatan mereka, sekalipun musuh itu berkumpul dari seluruh penjuru dunia, kecuali jika sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain dan mereka saling menawan satu sama lain.” (HR Muslim dan Tirmidzi).
Intinya, kebinasaan umat Islam berakar dari konflik internal umat Islam.
“Selain faktor internal, tentu ada juga faktor eksternal yang menyebabkan perpecahan ini?” Pak Renal bertanya.
Saya sampaikan bahwa ada pihak-pihak yang secara sengaja memecah-belah umat Islam. “Daniel Pipes, founder Rand Corporation, menyampaikan bahwa setelah kemunduran yang panjang, kesadaran umat Islam untuk bangkit mengembalikan kehidupan Islam harus dipandang sebagai ancaman Barat,” saya kutip penjelasan Muhammad Ismail Yusanto.
“Barat harus melakukan sesuatu, yakni bagaimana membuat Islam yang ramah terhadap Barat. Bagaimana caranya? Daniel bilang, harus mencari siapa kawan dan lawan,” tambah Mas Is, begitu panggilan akrab saya.
“Mereka pun memisahkan umat Islam menjadi fundamentalis, modernis, tradisio-nalis, dan sekuleris. Tiga yang terakhir harus diajak untuk memerangi fundamentalis. Fundamendalis yang mereka maksudkan adalah umat Islam yang ingin menerapkan Islam secara kaffah,” pungkasnya.
Langkah-langkah yang disarankan Rand Corporation ini terlihat jelas sedang berjalan di negeri mayoritas umat Islam ini.
So, waspadai pemecahbelahan umat! [Muhammad Rahmat Kurnia]