
Khilafah Runtuh, Umat Islam Terhina
Pada 3 Maret 1924, sejarah umat Islam mengalami pukulan telak yang dampaknya masih terasa hingga kini. Saat itu, Khilafah Utsmaniyah yang selama ratusan tahun menjadi perisai umat Islam runtuh di tangan Mustafa Kemal, seorang tokoh yang disponsori oleh imperium Barat. Pembubaran Khilafah ini bukan hanya sebuah peristiwa politik, tetapi juga bencana besar bagi seluruh umat Muslim di dunia. Selama satu abad tanpa naungan Khilafah, umat Islam harus menanggung derita akibat kehilangan pemimpin yang menjaga kehormatan, harta dan agama mereka.
Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa seorang Imam atau Khalifah adalah perisai yang menjadi tempat berlindung umat Islam. Setelah keruntuhan Khilafah, umat Islam kehilangan pelindung yang menjaga mereka dari berbagai penindasan. Sebagai akibatnya, Dunia Islam menjadi terpecah-pecah, dengan lebih dari 50 negara-bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Paham nasionalisme yang dipaksakan oleh kekuatan Barat semakin memperburuk keadaan.
Penjajahan di Dunia Islam semakin merajalela pasca keruntuhan Khilafah. Negara-negara Barat, yang sebelumnya terbatas dalam gerakan kolonialnya, kini bebas melakukan ekspansi dengan memperbudak negeri-negeri Muslim. Mereka merampok sumberdaya alam negeri-negeri yang kaya akan kekayaan alam seperti Timur Tengah, Asia (termasuk Indonesia) dan Afrika.
Situasi di Palestina juga menunjukkan dampak tragis dari keruntuhan Khilafah. Sebelumnya, Khilafah Islamiyah mampu menahan agresi Zionis Yahudi dan sekutu-sekutunya. Namun, setelah Khilafah runtuh, bangsa-bangsa Barat dan entitas Yahudi dengan leluasa menguasai tanah Palestina, melakukan pengusiran dan pembunuhan massal terhadap rakyat Palestina.
Setelah Khilafah runtuh, umat Islam juga mengalami genosida. Sebagai contoh, pembantaian umat Muslim di Srebrenica pada tahun 1995 dan persekusi terhadap Muslim Rohingya, Uighur, serta warga Palestina. Dunia Islam terkesan diam. Tak ada tindakan nyata dari para pemimpin yang ada.
Lebih tragis lagi, tanpa adanya Khilafah, perang pemikiran semakin merajalela. Negara-negara Barat, melalui media dan kebijakan-kebijakan mereka, menyebarkan ideologi sekularisme, liberalisme, pluralisme dan demokrasi yang menghancurkan nilai-nilai Islam. Di banyak negara Muslim, ide-ide ini bahkan diterima tanpa pertanyaan, seolah menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri.
Yang paling menyedihkan, setelah seratus tahun tanpa Khilafah, banyak umat Islam malah mulai mempercayai solusi yang ditawarkan oleh negara-negara Barat yang telah menghancurkan Khilafah mereka. Mereka mendambakan bantuan dari lembaga-lembaga internasional seperti PBB, IMF, atau World Bank. Mereka tak menyadari bahwa lembaga-lembaga tersebut hanya memperburuk keadaan umat Islam. Seolah kehilangan arah, umat Islam malah bergantung pada negara-negara yang tidak pernah mendukung keadilan bagi mereka.
Saat umat Islam kehilangan Khilafah, mereka kehilangan lebih dari sekadar sebuah sistem pemerintahan. Mereka juga kehilangan sebuah identitas, sebuah kekuatan yang menjaga persatuan dan solidaritas umat.
Untuk itu, menegakkan kembali Khilafah adalah kewajiban yang tidak bisa ditunda lagi. Umat Islam harus menyadari bahwa perjuangan untuk menegakkan Khilafah bukan sekadar sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak untuk mengembalikan umat kepada kemuliaan dan kesatuan yang telah lama hilang. [Pompy Syaiful ; (Aktivis Islam)]