Pengantar [Menolak Moderasi Agama]
Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, Narasi moderasi agama selintas menarik. Menawarkan hal-hal positif, baik dan ‘indah’. Namun, di balik itu, narasi ini sebetulnya berbahaya. Sebabnya: Pertama, tak punya akar teologis, ideologis maupun historis di dalam Islam. Kedua, bertentangan dengan Islam. Ketiga, moderasi agama hanyalah alat Barat untuk secara licik terus-menerus melemahkan Islam dan kaum Muslim. Keempat, pada akhirnya target dari moderasi agama adalah untuk menghalangi kebangkitan Islam dan kaum MusIim agar mereka tidak pernah lepas dari cengkeraman penjajahan Barat.
Sayangnya, narasi moderasi agama ditelan mentah-mentah oleh kaum Muslim, termasuk para ulama dan intelektualnya. Mereka sedikitpun tidak melihat bahaya dari narasi ini. Pasalnya, Barat memang sangat apik dan cerdas dalam membungkus narasi moderasi agama ini. Diantaranya dengan selalu mengaitkan moderasi agama dengan istilah-istilah ‘indah’ seperti: perdamaian, kesetaraan, keadilan, saling tenggang rasa, HAM, ‘Islam ramah’ bukan ‘Islam marah’ dll. Sebaliknya, moderasi agama selalu dilawankan dengan istilah-istilah yang sudah terlanjur dicap buruk seperti: radikalisme, ekstremisme, fundamentalisme, fanatisme, ‘Islam garis keras’, bahkan terorisme.
Lebih dari itu, narasi moderasi agama lalu dicari-cari dalilnya sehingga seolah-olah berasal dari Islam. Misalnya, mereka menjadikan ayat al-Quran tentang wasathiyah sebagai dalil moderasi agama. Padahal jelas tidak nyambung dan cenderung dipaksakan. Faktanya, moderasi agama jelas murni berasal dari paham sekularisme Barat.
Karena itu penting bagi segenap kaum Muslim saat ini untuk bersikap kritis terhadap narasi moderasi agama. Caranya tentu dengan memahami hakikatnya, kontradiksinya dengan Islam, motif di balik upaya Barat menjajakannya, dan bagaimana cara meng-counter-nya.
Di seputar itulah tema utama al-waie kali ini. Selain tema menarik lain lainnya. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.