Siyasah Dakwah

Bahaya Normalisasi Hubungan Dengan Entitas Yahudi

Barat kafir, terutama Inggris, mengambil keuntungan dari kemenangannya dalam Perang Dunia Pertama dan penghancuran Khilafah Utsmaniyah. Ini setelah perencanaan sebelumnya menghasilkan Perjanjian Sykes-Picot yang membagi negeri-negeri kaum Muslim menjadi lebih dari lima puluh negara kecil. Balfour berjanji mendirikan entitas Yahudi di negeri kaum Muslim. Tujuannya antara lain untuk menjadi pangkalan terdepannya dalam perang imperialistik salibis terhadap umat Islam. Tujuan lainnya adalah untuk menghalangi persatuan umat Islam dan memisahkan bagian timur dari bagian baratnya. Mereka berupaya menghalangi penyatuan kaum Muslim dalam satu entitas politik yang terepresentasi oleh Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.

Isu Palestina sejak munculnya bagi Barat merupakan isu imperialisme. Entitas Yahudi adalah duri beracun yang ditanam di tengah umat Islam. Mereka adalah unsur yang melemahkan dan melelahkan umat Islam. Mereka menjadi problem baru yang menyibukkan kaum Muslim dari kebangkitan hakiki di atas asas Islam. Mereka berusaha melanggengkan perpecahan yang dipaksakan terhadap umat Islam.

Barat kafir terutama Amerika sejak awal memahami bahaya eksistensi entitas Yahudi. Entitas Yahudi merupakan unsur asing di ke dalam tubuh umat Islam dan bangsa-bangsa Muslim mengelilinginya seperti laut dari segala sisi. Barat kafir dengan cepat juga memahami bahwa umat Islam tidak mati. Mereka  masih bersemangat dan rindu untuk kembali pada Islam dan negaranya (Khilafah) serta membebaskan negeri-negerinya dari semua perampas. Barat kafir juga memahami sejauh mana keterikatan kaum Muslim dengan tanah yang penuh berkah. Bagi kaum Muslim itu merupakan tanah suci dan bagian dari akidah mereka. Untuk itu mereka rela mengorbankan hal yang mahal dan berharga. Oleh karena itu kita dapati Amerika dan negara-negara Barat memasok entitas Yahudi dengan semua sebab kehidupan dan mendukung mereka dengan senjata terkuat dan teknologi militer dan sipil paling tinggi.

Barat kafir juga memastikan untuk entitas Yahudi perlindungan penuh melalui rezim-rezim agen yang eksis di negeri kaum Muslim, khususnya negara-negara yang mengelilingi Palestina yang tercermin pada Suriah, Yordania, Mesir dan Libanon. Tujuannya untuk mengontrol pergerakan bangsa-bangsanya dan selalu waspada untuk menjaga keamanan entitas Yahudi. Para rezim ini dinilai menjadi mata awas Barat di negeri kaum Muslim. Mereka juga menjadi tangan Barat yang merealiasasi tujuan-tujuannya, menjaga kepentingan-kepentingannya dan memukul setiap pergerakan serius yang berjalan pada kebangkitan hakiki di atas asas Islam.

Setelah Amerika menyadari masalah eksistensi entitas Yahudi di negeri-negeri kaum Muslim dan kebencian umat Islam terhadap eksistensi Yahudi, Amerika mengadopsi proyek solusi dua negara yang penuh kebencian. Amerika berupaya memberikan sebagian besar tanah yang diberkahi kepada Yahudi dengan imbalan entitas keamanan atau negara kecil Palestina yang menjaga keamanan entitas Yahudi, melindunginya, dan menindas rakyat Palestina. Amerika bersama dengan negara-negara Barat kafir bersegera mengakui entitas buatan ini. Mereka memberikan legalitas terhadap tanah yang dicaplok Yahudi dengan keputusan dan hukum zalim melalui lembaganya dan PBB.

Amerika adalah pihak yang mengatur kawasan dan mendistribusikan peran sesuai kepentingan politiknya. Amerika menggunakan para penguasa negeri kaum Muslim yang menjadi agen mereka untuk mengimplementasikan proyek dua negara yang khianat.

Sudah sangat jelas bahwa para penguasa kaum Muslim, termasuk para penguasa Teluk, merupakan alat utama dalam rangkaian penyelesaian masalah Palestina untuk keuntungan entitas Yahudi. Mereka kadang berlomba dalam hal itu atau lambat mengikuti perintah yang datang dari tuan-tuan mereka di Washington atau London. Namun, mereka sepakat dan berkolusi atas pelikuidasian masalah Palestina untuk kemenangan entitas Yahudi.

Pada tahun-tahun belakangan ini telah menjadi jelas sejauh mana konspirasi para penguasa kaum Muslim, di antaranya para penguasa Teluk, terhadap masalah Palestina. Mereka berkontribusi dengan hubungan mereka dan harta yang mereka rampas dari umat Islam dalam mengatasi hambatan dan menghilangkan rintangan di depan penyelesaian masalah Palestina.

Mereka membangun hubungan terbuka dan rahasia dengan entitas Yahudi sang pencaplok. Mereka tak takut sedikitpun kepada Allah dan Rasul-Nya dan tak malu kepada kaum Muslim. Mereka membuka ruang di depan entitas Yahudi guna masuk ke negeri-negeri islami secara populer. Komersial dan logistik.

Mereka juga bekerja melalui hubungan mereka dengan sebagian faksi di Jalur Gaza dan Otoritas. Tujuannya untuk membuat warga Palestina bertekuk lutut dan menjinakkan orang-orang yang menentang atau melawan.

Peran jahat yang dilakukan oleh rezim-rezim di negeri kaum Muslim, khususnya negara Teluk, adalah memerangi hukum-hukum syariah Islam, menyesatkan kaum Muslim dan menipu mereka dengan memasarkan pemahaman-pemahaman menyesatkan. Mereka menyerukan penerimaan orang lain, hidup bersama di antara semua anak-anak agama yang berbeda (Yahudi, Nasrani dan Islam) atas nama Rumah Ibrahimi. Mereka menyerukan dialog antaragama, perubahan wacana keagamaan, perubahan pandangan kepada entitas pencaplok dan memberi sang pencaplok legalitas dalam menduduki tanah Palestina yang diberkahi. Mereka menyembunyikan nas-nas yang bersifat memusuhi entitas Yahudi dan mengkriminalisasi pendudukan Palestina, menghapus konsepsi jihad, penerapan syariah islamiyah dan al-walâ‘ wa al-barâ‘

Semua itu dengan mengubah kurikulum, mengarahkan media, mengarahkan para khathib, dan lembaga-lembaga keagamaan resmi untuk melakukan peran rendah ini. Tujuannya supaya bangsa-bangsa umat Islam, khususnya di Teluk, menerima entitas Yahudi dan mengakui mereka sebagai realita yang tidak bisa dihindari dan tidak ada kerugian bagi kaum Muslim.

Para penguasa khianat itu berjalan sesuai dengan kebijakan Amerika. Amerika  bertujuan mengalihkan konflik dan permusuhan antara negara-negara kawasan dan entitas Yahudi kepada konflik sektarian (Sunni-Syi’ah); menutup mata dari entitas Yahudi dan menerimanya dan menilai bahwa tidak ada masalah dalam berkoalisi dengan entitas Yahudi. Hal itu merupakan konsensus bersama antara semua rezim yang berjalan di atas jalur Amerika dan negara-negara Barat ini untuk memerangi Islam dan hukum-hukum Islam, juga memerangi gerakan-gerakan Islam politik yang berupaya mendirikan negara yang memerintah dengan Islam di kehidupan nyata.

Pemerintahan Amerika saat ini telah menemukan hal berharga yang mereka cari pada para penguasa Teluk, terutama ketika mereka berjuang untuk mendapatkan persetujuan Amerika, baik sebagai keagenan atau mematuhi perintah tuan mereka, Inggris, yang berjalan bersama Amerika karena takut akan kepentingannya.

Dulu ketika Trump dalam kekuasaan, ia memanfaatkan para penguasa Teluk dengan sangat buruk. Dia menjarah dana dan memaksa mereka untuk memberikan ratusan miliar dolar sebagai persembahan di tangannya. Kemudian dia memulai dengan mereka rangkaian normalisasi terbuka dengan entitas Yahudi dalam perjanjian yang disebut Perjanjian (Abraham) dan menyeret mereka menuju normalisasi dan melaksanakan rencana Trump di Timur Tengah. Kemudian Biden datang. Perjalanan pun berlanjut. Itu adalah peran UEA yang tidak tahu malu dalam menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi. Di sini kita melihat itu dalam Perang Gaza, UEA memenuhi janjinya dan memberikan apa yang diinginkannya. Peran Qatar dalam mengendalikan Gaza, faksi-faksi perlawanan dan para pemimpin Gaza, serta normalisasi terbuka yang dilakukan oleh Bahrain. Dan berulang kali terjadi kebocoran, hubungan dan kunjungan dengan Kesultanan Oman. Langkah  cepat diambil oleh Putra Mahkota Saudi dalam mensekularisasi Arab Saudi. Dia memisahkan Saudi dari agama dan identitas keislamannya dengan menelantarkan hukum-hukum Islam. Dia pun memasukkan imoralitas dan pesta pora kepada rakyatnya, patung-patung ke wilayahnya, dan pernyataan-pernyataan berturut-turut normalisasi dengan entitas Yahudi.

Normalisasi dengan entitas Yahudi oleh negara-negara Teluk terjadi dalam berbagai bidang dan bentuk, baik politik, ekonomi, budaya, media, olahraga, militer maupun keamanan. Perjanjian normalisasi juga telah mengungkapkan proyek-proyek raksasa yang menguras kekayaan umat Islam dengan investasi asing. Normalisasi juga menghubungkan negara-negara di kawasan dengan entitas Yahudi dengan kepentingan ekonomi strategis raksasa di bidang energi, industri, teknologi, komunikasi, pertanian, pariwisata, jalan dan bidang lainnya.

Semua ini merealisasi tujuan-tujuan Amerika dan menjadikan entitas Yahudi sebagai negara pertama dan terbesar di Kawasan.  Pada Amerikalah rezim-rezim yang ada di negeri-negeri kaum Muslim bergantung dan meminta bantuannya. Mereka memberi Amerika semua kesetiaan dan ketaatan. Dengan ini, kekayaan umat terkuras, sumberdayanya dicuri dan kaum Muslim terus berada dalam subordinasi orang-orang Yahudi dan negara-negara Barat kafir secara permanen.

Adapun apa yang dipromosikan oleh negara-negara yang melakukan normalisasi dengan entitas Yahudi tentang kepentingan dan manfaat ekonomi di balik normalisasi khianat tersebut, ini mencerminkan ketidaktahuan akan tabiat kaum Yahudi itu. Mereka dicirikan oleh kekikiran, egoisme, melanggar janji dan pengkhianatan. Jika hubungan yang mengatur entitas Yahudi dengan negara-negara lain di dunia didasarkan pada manfaat, maka dengan umat Islam hal itu diatur oleh visi permusuhan. Proyek-proyek ekonomi dan lainnya serta hubungan mereka dengan kaum Muslim didasarkan pada pandangan permusuhan ini, meskipun mereka menunjukkan yang sebaliknya. Inilah yang difirmankan oleh Allah SWT:

۞لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٰوَةٗ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقۡرَبَهُم مَّوَدَّةٗ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّا نَصَٰرَىٰۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنۡهُمۡ قِسِّيسِينَ وَرُهۡبَانٗا وَأَنَّهُمۡ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ  ٨٢

Sungguh kalian mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah kaum Yahudi dan kaum musyrik. Sungguh kamu mendapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sungguh kami ini orang Nasrani.” Yang demikian disebabkan karena di antara mereka itu (kaum Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sungguh mereka tidak menyombongkan diri (QS al-Maidah [5]: 82).

 

Kebaikan apa yang diharapkan dari mereka? Untuk kita ada pelajaran pada orang yang melakukan normalisasi dengan entitas Yahudi. Mesir ada di depan kita. Normalisasi Mesir dengan entitas Yahudi telah berlangsung selama 45 tahun. Yordania, normalisasinya telah berlangsung selama 30 tahun. Otoritas Palestina telah berlangsung atas pengakuannya terhadap Yahudi selama 31 tahun. Lalu apa yang diperoleh mereka dari belakang hubungan mereka dengan Yahudi?! Apakah kondisi mereka membaik? Ataukah perkara mereka makin buruk?

 

Solusi Islam

Musibah terbesar yang melanda kaum Muslim setelah penghancuran Khilafah Utsmaniyah adalah ketika entitas Yahudi ditanam di negeri kaum Muslim. Masalah Palestina tidak dapat diselesaikan oleh agen-agen tersebut. Solusi hakiki tidak keluar dari mulut mereka, tidak pula dari pernyataan-pernyataan mereka, atau dari hasil-hasil pertemuan puncak mereka. Penyelesaiannya tidak berjalan sesuai dengan visi Barat kafir dan solusi-solusi yang mereka adopsi.

Masalah Palestina tidak barang seharipun tidak diketahui solusinya agar solusinya diminta oleh orang yang ada di podium PBB. Masalah Palestina bukanlah masalah Dewan Keamanan dan negara-negara besar serta lembaga-lembaganya, lalu dimintakan solusi dari mereka karena merekalah yang menjadi sumber malapetaka dan penjajahan. Solusi yang hakiki terletak pada agamanya, yakni Islam yang agung. Solusinya adalah kewajiban syar’i bagi seluruh umat Islam. Solusinya dimulai dengan mencabut dan menyingkirkan semua penguasa ruwaybidhah, serta melepaskan diri dari semua perjanjian dan kesepakatan yang dibuat dengan entitas Yahudi musuh umat. Mereka harus bersatu di bawah panji Islam menerapkan syariah-Nya.

Berikutnya, tentara kaum Muslim dimobilisasi di bawah kepemimpinan rabbani (Khilafah) untuk memberantas entitas Yahudi dan mencabut Yahudi dari akarnya, dari tanah yang diberkahi. Pencabutan entitas Yahidi harus dijadikan contoh bagi kekuatan Barat kafir yang berdiri di belakang mereka. Lalu tanah Isra’ dan Mikraj dikembalikan ke pangkuan umat Islam. Hal ini pasti terjadi dan tidak bisa dihindari. Allah SWT berfirman:

وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمۡرِهِۦ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ  ٢١

Allah berkuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui itu (QS Yusuf [12]: 21).

 

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Muhammad Rajih]

 

[Disarikan dari: Majalah al-Wa’iy (berbahasa Arab) no. 453-454, Tahun ke-39, Syawal-Dzul Qa’dah 1445 H – Mei-Juni 2024 M/Https://www.al-waie.org/archives/article/19310]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − 11 =

Back to top button