
Kehancuran Israel Makin Nyata!
Strategi paling unggul adalah menyerang rencana dan strategi musuh. Lalu, strategi terbaik berikutnya adalah menyerang relasi dan aliansinya dengan bangsa lain. Strategi terbaik setelahnya adalah menyerang pasukannya. Strategi terburuk dari segalanya adalah menyerang kota-kota yang terlindungi” (Sun Zi, Art of War, Bab Penyerangan Strategis).
Israel salah strategi. Meski komunitas global menjerit agar genosida di Gaza segera dihentikan, Israel justru meningkatkan kebrutalannya. Keputusan sela Mahkamah Internasional (ICJ) yang menerima tuduhan Afrika Selatan bahwa rezim Israel yang rasialis melakukan genosida terhadap warga Gaza tak dindahkan. Sikap itu merupakan strategi mengirim pesan kepada Hamas bahwa tak ada yang bisa menghentikan Israel, kecuali tujuan perangnya di Gaza, yaitu membasmi Hamas dan membebaskan tawanan warga Yahudi, tercapai. Selain itu, juga untuk menjaga kelangsungan hidup pemerintahan koalisi pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Di tengah tekanan terhadap Perdana Menteri entitas Yahudi, Netanyahu, dan retaknya topeng persatuan entitas tersebut sejak awal perang, ada sebuah artikel opini di situs web Inggris, Middle East Eye, yang percaya bahwa pembunuhan Kepala Biro Politik Gerakan Hamas, Ismail Haniyeh, adalah kesalahan besar dan tergesa-gesa. Netanyahu melemparkan entitas Yahudi ke dalam jurang kegentingan dan menjerumuskan dirinya ke dalam perang yang tidak akan mungkin mampu dihadapi oleh entitas Yahudi.
David Hearst menulis dalam artikelnya bahwa Netanyahu sedang mencoba menyeret Iran dan Hizbullah ke dalam perang regional yang tidak mungkin dimenangkan oleh pasukannya. Ia menekankan bahwa pembunuhan Haniyeh di Teheran adalah pesan paling jelas kepada Hamas dan Iran bahwa Netanyahu ingin menyulut konflik perang regional. Penulis menyebutkan pengalaman Napoleon di Prancis sebelum keruntuhan dan pengalaman Afrika Selatan sebelum keruntuhan rezimnya, dengan menggambarkan keadaan kecerobohan di negara-negara yang menyebabkan keruntuhan.
Kecerobohan pemerintah zionis, terutama dalam perang mereka baru-baru ini di Gaza, membawa malapetaka bagi kehidupan mereka sendiri, sedangkan hati kaum Muslim dipenuhi dengan kemarahan yang tidak dapat dipadamkan. Sungguh dengan kecerobohan dan arogansinya ini, Netanyahu telah menancapkan paku terakhir ke dalam peti mati entitasnya yang bernasib buruk.
Ya Allah, betapa umat ini membutuhkan perisai (yakni Khilafah, red.) untuk melindungi umat dari kekejaman para musuh. Umat ini butuh kekuatan untuk menghancurkan dan memporakporandakan barisan musuh. [Fikri Zudiar ; (Forum Tabayyun)]





