Hiwar

PROF. DR. FAHMI AMHAR: ERA KHILAFAH, ERA PERADABAN ISLAM

Pengantar:

Banyak kalangan yang anti Khilafah menuding bahwa Khilafah itu kuno, terbelakang, masa lalu, barbar, intoleran, penuh pertumbahan darah, dsb. Betulkah demikian?

Semua tudingan tersebut tentu tidak benar. Sebagiannya bahkan penuh dusta serta sarat  fitnah dan kebencian. Pasalnya, sebagian—jika tidak dikatakan sebagian besar—era Khilafah justru melahirkan peradaban emas. Peradaban emas di era Khilafah bahkan telah menginspirasi sekaligus memberikan kontsribusi, langsung atau tidak langsung, bagi kemajuan peradaban dunia, termasuk Eropa beberapa ratus tahun kemudian.

Demikian menurut Prof. Dr. Fahmi Amhar, Profesor Riset Sistem Informasi Spasial, Alumnus Vienna University of Technology, Austria, yang diwawancarai oleh Redaksi kali ini. Berikut paparannya.

 

Ada yang sinis, bahwa peradaban Khilafah itu peradaban gelap, barbar dan berdarah-darah. Benarkah demikian?

Kita perlu menyamakan definisi tentang peradaban. Lalu membakukan ukuran (parameter) tentang kualitas peradaban yang baik, yang emas atau yang gelap.

Suatu peradaban adalah suatu masyarakat kompleks yang ditandai oleh pembangunan perkotaan, stratifikasi sosial yang dipimpin elit budaya, komunikasi simbolik (misalnya sistem penulisan) serta pemisahan yang dirasakan dari dan dominasi atas lingkungan alam.

Peradaban biasanya diukur dari tiga parameter. Pertama, setinggi apa peradaban itu meningkatkan kualitas kehidupan, baik dari sisi perlindungan (keamanan, keadilan), kesejahteraan (sandang, pangan, papan, kesehatan), maupun kecerdasan (pendidikan).

Kedua, seluas apa peradaban itu memberi pengaruh positif kepada warga-warga lain di luar komunitasnya.

Ketiga, selama apa peradaban itu bertahan terhadap dinamika zaman, atau bahkan mengendalikan perubahan zaman.

Dalam Islam, parameter ini bisa diperluas lagi sesuai maqâshid syarî’ah.  Peradaban diukur dari kemampuan sebuah masyarakat menjaga/membela agama (hifzh-ud-dîn), menjaga jiwa (hifzh-an-nafs), menjaga akal sehat (hifzh-al-‘aql), menjaga kehalalan dan keberkahan harta (hifzh-al-mâl), menjaga keturunan (hifzh-an-nasb), menjaga keamanan (hifzh-al-amn), menjaga kehormatan/kemuliaan (hifzh-al-‘izzah), dan menjaga keberlanjutan kedaulatan negara (hifzh-ad-dawlah).

Dengan itu bisa kita uji, seperti apa peradaban Khilafah itu secara realitas empiris?

 

Kira-kira apa motif para penuduh tersebut?

Motif mereka jelas ingin menghancurkan rasa percaya diri umat Islam. Setidaknya membuat umat Islam lupa bahwa mereka memiliki gen terbaik, juga pengalaman sejarah terbaik.  Mereka khawatir, bila umat Islam teringat sejarahnya yang gemilang, umat Islam akan bangkit, dan itu berarti akhir dari hegemoni peran mereka sebagai penjajah di dunia.

 

Jadi, benarkah bahwa peradaban Khilafah itu peradaban emas?

Dari tiga parameter yang universal, peradaban Khilafah jelas menunjukkan: Pertama, Khilafah melindungi seluruh warganya, baik Muslim maupun bukan.  Khilafah juga melindungi Muslim di luar negeri.  Khilafah bahkan melindungi ahlul dzimmah (non-Muslim), termasuk yang meminta perlindungan (al-musta’min) atau yang ada perjanjian (al-mu’âhad).  Ini agar mereka semua bisa terakses oleh dakwah.

Khilafah benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup warganya.  Kualitas kota-kota besar maupun kecil di Daulah Khilafah saat itu menjadi mercusuar bagi dunia. Khilafah juga berhasil meningkatkan literasi serta memajukan sains dan teknologi melebihi yang tercapai peradaban maju di manapun saat itu.

Kedua, Khilafah berkontribusi positif yang signifikan di kancah dunia.  Khilafah menjadi penengah dalam berbagai konflik yang terjadi antara sesama negeri non-Islam.  Khilafah membantu negeri non-Islam yang terkena bencana.  Wilayah Khilafah juga menjadi suaka warga negeri non-Islam yang terusir atau tidak sejahtera di negerinya.

Ketiga, Khilafah membuktikan dirinya bertahan terhadap dinamika zaman selama 1300 tahun. Meski kondisi internalnya mengalami pasang-surut, dia tetap diperhitungkan dalam sejarah dunia hingga awal abad-20.  Ini tidak mungkin bila sejarahnya terus bersimbah-darah.  Khilafah bukan negara gagal yang berusia pendek atau di bawah kendali negara lain.

Dengan demikian dapat dipastikan, peradaban Khilafah itu, pada sebagian besar kurunnya adalah peradaban emas.

 

Apa buktinya, Ustadz?

Sebagian wilayah Khilafah pernah dilanda bencana alam seperti kemarau panjang, banjir besar atau gempa bumi.  Juga pernah diduduki musuh cukup lama seperti dalam serangan Salib, atau penyerbuan oleh tentara Mongol.  Namun, Khilafah tetap tegak karena ada wilayah-wilayah lain yang peduli memberikan bantuan atau perlawanan terhadap serangan itu.  Mereka peduli karena merasa bahwa seluruh negeri Islam itu satu tubuh.

Di Museum Hagia Sofia Istanbul dipamerkan jejak Khilafah Utsmaniyah dalam menjamin perlindungan dan kemakmuran kepada warganya maupun kepada orang asing, tanpa pandang agama mereka.

Yang tertua adalah surat sertifikat tanah yang diberikan tahun 925 H (1519 M) kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman Inquisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia.

Kemudian surat terima kasih Presiden Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim Khalifah ke Amerika Serikat yang sedang dilanda kelaparan (pasca perang dengan Inggris), abad 18.

Lalu surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir oleh tentara Rusia dan mencari suaka ke Khalifah, 30 Jumadil Awal 1121 H (7 Agustus 1709).

Surat tertanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H (5 September 1865 M) yang memberi ijin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia, namun ingin kembali ke wilayah Khilafah, karena di Rusia mereka justru tidak sejahtera.

Yang paling mutakhir adalah peraturan yang bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari eksil ke wilayah Utsmani pasca revolusi komunis.  Tertanggal 25 Desember 1920.

Di Hall of Justice Universitas Harvard juga ditulis kutipan-kutipan yang dianggap menorehkan sejarah dan sangat inspiratif di dunia hukum.  Yang menarik adalah kutipan al-Quran surat an-Nisa’ ayat 135.

Kutipan An-Nisa 135 sebagai ayat inspiratif di dunia hukum, Hall of Justice Harvard University: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya (TQS an-Nisa’ [4]: 135).

Ayat ini sangat mendahului zaman pada saat itu.

Dari sisi estetika, peradaban Khilafah membawa level baru cita rasa keindahan, baik yang bisa dilihat seperti kaligrafi, yang bisa didengar seperti suara azan hingga musik, yang bisa diraba seperti arsitektur dan taman, yang bisa dicium seperti aroma sabun dan minyak wangi, hingga yang bisa dirasakan seperti kuliner.  Bahkan peradaban Khilafah mengajarkan table manner, yakni tatacara bersantap yang sehat dan elegan.

Dari sisi sains dan teknologi, jejak peradaban Khilafah pada astronomi, fisika, kimia, pertanian, kedokteran dan industri tak bisa dipungkiri.  Sebagai contoh, Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith menulis: “Chemistry as a science was almost created by the Moslems; for in this field, where the Greeks (so far as we know) were confined to industrial experience and vague hypothesis, the Saracens introduced precise observation, controlled experiment, and careful records. They invented and named the alembic (al-anbiq), chemically analyzed innumerable substances, composed lapidaries, distinguished alkalis and acids, investigated their affinities, studied and manufactured hundreds of drugs. Alchemy, which the Moslems inherited from Egypt, contributed to chemistry by a thousand incidental discoveries, and by its method, which was the most scientific of all medieval operations.”

 

Lalu apa sumbangsih peradaban Khilafah untuk dunia modern sekarang?

Peradaban adalah sebuah continuum.  Zaman sekarang mustahil ada tanpa capaian zaman sebelumnya.  Barat meraih level yang lebih tinggi dalam etika, estetika dan logika ilmiah setelah mereka belajar dari peradaban Islam.  Bunga Tulip yang dibanggakan Negeri Belanda ditiru dari Turki.  Prinsip vaksin yang kini digunakan untuk menangkal berbagai penyakit menular, dibawa oleh Lady Mary Wortley Montagu (1689-1762), dari Turki ke Inggris untuk memerangi cacar ganas (smallpox).  Namun, Inggris perlu menunggu hampir setengah abad, sampai Edward Jenner mencoba teknik itu dan menyatakan berhasil.

Ilmu aviasi diketemukan oleh Abbas Ibn Firnas hampir 900 tahun sebelum Oliver & Wilbur Wright menambahkan mesin untuk pesawatnya.  Mark Zuckerberg, bos Facebook, pun berterima kasih pada ilmu agoritma yang dikembangkan Al-Khawarizmi.

Islam mewariskan hal-hal mendasar tentang metode ilmiah.  Islam menghapus mitos, takhayul, khurafat dan semua pengetahuan yang tidak berdasarkan dalil atau fakta ilmiah.

 

Mengapa peradaban Khilafah menjadi peradaban emas?

Ini karena Nabi saw. dari awal mengaitkan iman dengan ilmu. Ilmu dimulai dengan: Bacalah dengan nama Tuhanmu.  Islam menegaskan bahwa risalahnya dihadirkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.  Nabi saw. juga menegaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Di dalam al-Quran bertaburan ayat yang secara eksplisit maupun implisit memerintahkan umat Islam untuk belajar.  As-Sunnah memberi tahu bagaimana kemuliaan para penuntut ilmu.  Setiap langkah pencari ilmu mendekatkan mereka ke surga.  Usaha keras dalam berijtihad yang serius tetap diganjar satu pahala meski hasilnya keliru.

Banyak fardhu kifayah juga terkait dengan ilmu.  Untuk fardhu ‘ain, shalat yang mensyaratkan wudhu, muncul fardhu kifayah tentang teknologi mendatangkan air, ilmu air tanah, geologi, meteorologi, dan sebagainya.  Walhasil, menuntut ilmu adalah sebuah petualangan asyik yang berpahala.

Bagi orang-orang yang kurang berbakat menuntut ilmu, maka mendukung pencarian ilmu adalah sedekah jariyah yang membuat bangga.  Para aghniya’ belum merasa kaya bila belum wakaf sebuah sekolah, perpustakaan, atau observatorium, kadang berikut kebun untuk menjamin kehidupan personilnya.

Pemerintah datang silih berganti, namun sebagian besar memiliki komitmen dan dedikasi yang sama untuk memajukan peradaban.

 

Apa kunci kejayaan tersebut?

Kunci kejayaan itu ada tiga:  Pertama, kesadaran mayoritas individu Mukmin untuk mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita menjadi bagian dari umat terbaik.  Mereka lakukan itu dengan meyakini akidah Islam, termasuk janji Allah dan bisyârah Rasulullah. Mereka rajin shalat berjamaah, menyambungkan tali silaturahmi, melakukan segala ketaatan, rajin belajar, hingga tak ingin ketinggalan berjihad fii sabilillah.

Kedua, kesadaran kolektif, berupa kultur atau budaya yang tumbuh di masyarakat, adalah budaya pembelajar, mencintai ilmu, saling mengingatkan bila ada yang lemah atau lalai.  Amar makruf nahi mungkar berjalan dengan baik.  Para penguasa gembira dengan kritik.  Rakyat jelata tak takut mengkritik.  Sementara itu, para aghniyâ’ tak segan mengeluarkan hartanya untuk maslahat orang banyak, termasuk berwakaf sarana pendidikan atau memberi beasiswa para pembelajar.  Mereka melakukan atas keyakinan bahwa Allahlah Yang akan mengganti semua itu lebih banyak lagi.

Ketiga, aturan/hukum, sistem pemerintahan dan sistem ekonomi yang tidak sekadar akomodatif (mentolerir) kemajuan, tetapi bahkan promotif (mendorong) kemajuan.  Pemerintahan tidak dibangun dengan pencitraan seperti yang diperlukan dalam demokrasi, di mana kekuasaan diperbarui secara periodis.  Ekonomi juga tidak dikuasai kapitalis, yang cenderung hanya mendorong penemuan yang bernilai komersial pada saat itu, tetapi memandang bahwa seluruh penemuan adalah dari Allah untuk digunakan manusia mendekat kepada Allah, dan mengajak seluruh manusia mendekat kepada Allah.

 

Lalu bagaimana cara mengembalikan peradaban emas tersebut?

Mengembalikan tiga kunci itu dengan dakwah.  Kesadaran individu dibangkitkan dengan disentuh imannya.  Kesadaran kolektif ditumbuhkan dengan terus mengopinikan peradaban Islam.  Terakhir adalah sistem yang menjaga, yaitu Daulah Khilafah, harus ditegakkan kembali dengan kekuatan umat yang telah teropini dengan Islam, dibantu ahlul quwwah yang tersentuh keimanannya.

 

Pada saat apa peradaban emas itu akan benar-benar terwujud?

Saat opini umum telah terwujud sehingga kemudian sistem Islam tegak dengan keridhoan ummat dan pembelaan ahlul quwwah.  Lalu seluruh hukum Islam diberlakukan dengan mengedepankan edukasi masyarakat yang telah sekian lama hidup tanpa syariah.

Pada saat itulah, harmoni kemajuan peradaban Islam akan kembali lagi, dan peradaban emas itu akan benar-benar terwujud kembali. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × two =

Back to top button