Kilas Dunia

Inkonsistensi Macron

“Dalam pandangan Macron, kebebasan berekspresi itu melebar ketika kontennya menghina Rasulullah saw. dan menyempit ketika berkaitan dengan kebijakannya!” tulis situs Hizb-ut-tahrir.info, Sabtu (5/9/2020).

Pernyataan tersebut dilontarkan Hizb-ut-tahrir.info terkait inkonsistensi kebebasan berekspresi yang dipertontonkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Macron menolak untuk mengkritik langkah majalah Prancis Charlie Hebdo yang akan mempublikasi ulang kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw.

Sikap Macron itu tampak dalam pernyataannya kepada saluran satelit Prancis, BFM, pada Selasa malam 1/9/2020. Saat itu ia mengomentari publikasi ulang majalah Charlie Hebdo yang pernah mempublikasikan kartun satir yang menghina Nabi Muhammad saw. bertepatan dengan dimulainya persidangan tersangka dalam serangan yang menargetkan markas besarnya pada tahun 2015, dan mengakibatkan kematian 12 karyawannya.

Di sela-sela kunjungannya ke Beirut, seperti yang dikutip Anadolu Agency, Macron berkata, “Penting bagi warga Prancis untuk saling menghormati dan menghindari dialog kebencian, tapi saya tidak akan mengkritik keputusan majalah satir untuk publikasi ulang kartun tersebut.”

Dia melanjutkan, “Saya tidak perlu mengutarakan pendapat saya tentang masalah ini (publikasi ulang kartun penghinaan). Presiden Prancis tidak pernah memiliki tempat untuk mengeluarkan keputusan dalam memilih editorial jurnalis atau ruang editorial, karena kami menikmati kebebasan pers.”

Menurut Hizb-ut-tahrir.info, Sabtu (5/9/2020) pernyataan-pernyataan ini mengungkapkan tingkat kedengkian, kebencian dan permusuhan yang dibawa Macron terhadap Islam dan kaum Muslim. Allah SWT berfirman (yang artinya): Telah nyata kebencian dari mulut mereka, sementara apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi (TQS Ali Imran [3]: 118).

“Ketika menyangkut Islam dan kaum Muslim, serta menyentuh agama, Nabi saw. dan tempat-tempat sucinya, maka perkaranya tentang kebebasan berekspresi, dan pandangan hidup yang wajib dihormati, serta menjadi kebebasan pers yang sakral! Adapun ketika kebijakan Pemerintah dikritik dan pengabaian atas hak-hak rakyatnya, maka demokrasi dan kebebasan berekspresi “elastis” memperlihatkan taringnya. Setiap gerakan yang menuntut hak-hak tersebut ditindas. Para peserta yang ikut dalamnya dipukuli dan ditangkap, seperti yang terjadi dalam protes pemilik rompi kuning di Prancis,” tulis Hizb-ut-tahrir.info.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 2 =

Back to top button