Pengamat Ungkap Alasan Jerman Tolak Israel Disebut Apartheid
Sikap Jerman menolak laporan Human Rights Watch (HRW) baru-baru ini yang menyebut tindakan Israel di wilayah Palestina adalah apartheid, dinilai oleh Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana sebagai suatu yang wajar karena Israel saat ini merupakan mitra kuat Jerman di Eropa.
“Kini Jerman adalah mitra kuat Israel di Eropa. Pasca ditandatangani Perjanjian Reparasi atau Perjanjian Ganti Rugi tahun 1952,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Jumat (7/5/2021).
Budi menilai, kekejian Nazi Jerman masa lalu dianggap impas dengan pembayaran ganti rugi Jerman kepada Israel dan orang-orang yang dianggap sebagai korban holocaust (genosida) sebesar 25 miliar euro. “Jumlah yang sangat fantastis,” ujarnya.
Menurut Budi, sejak itulah Jerman menjadi mitra dagang terbesar Israel di Eropa dan menjadi mitra dagang terpenting bagi Israel setelah Amerika Serikat. “Tidak hanya itu, kini lebih 200.000 warga Israel punya paspor kedua, paspor Jerman. Hal ini menunjukkan keeratan tidak hanya sekadar kepentingan ekonomi, namun juga dalam konteks kewarganegaraan,” bebernya.
Dengan demikian, Budi menilai wajar pembelaan Jerman terhadap Israel, termasuk di dalamnya terkait isu-isu Palestina. “Menjadi hal yang tidak perlu diherankan lagi. Meskipun, kebanyakan orang merasa heran ketika kini Jerman mendukung Israel. Apalagi bila dikaitkan dengan peristiwa pada Perang Dunia Ke-2 ketika Nazi Jerman disinyalir melakukan holocaust terhadap bangsa Yahudi,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Jerman adalah salah satu dari 14 negara yang menentang keanggotaan Palestina di UNESCO pada Oktober 2011.