
Peristiwa Badai al-Aqsha Terus Mengungkap Kebenaran
Hizbut Tahrir menyatakan Peristiwa Badai al-Aqsha terus mengungkap kebenaran dan membongkar pengkhianatan.
“Peristiwa Badai al-Aqsha terus mengungkap kebenaran dan membongkar pengkhianatan,” tulis Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir sebagaimana diberitakan media-umat.info, Kamis (5/12/2025).
Hal itu, ungkapnya, bila kaum Muslim merenungi peristiwa-peristiwa terkini pasca Peristiwa Badai al-Aqsha 7 Oktober 2023 lalu.
Salah satu kebenaran yang tak terbantahkan, menurut HT, adalah kenyataan entitas Yahudi sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi konfrontasi yang berkepanjangan. Mereka bukanlah pejuang, sementara umat Islam ditandai oleh keteguhan hati dan ketahanan yang luar biasa.
“Bayangkan kekuatan umat Islam jika mereka memiliki pemimpin yang mampu mempersatukan, melindungi, dan memimpin mereka dalam pertempuran,” ujar HT.
Menurut dia, umat Islam adalah komunitas pejuang yang teguh, yang menghargai jihad dan rela berkorban di jalan Allah. Mereka berjuang dengan tujuan yang jelas: meraih surga yang luasnya seperti langit dan bumi. Mereka bertahan dengan kesabaran yang tak tergoyahkan, percaya penuh pada janji Allah akan pahala yang tidak terhingga.
Kenyataan lainnya, sebut HT, pasukan umat Islam adalah landasan harapan dan fondasi aspirasi. Mereka memiliki kekuatan untuk menggeser keseimbangan dan mengubah realitas. Tidak ada cara lain untuk mengakhiri pendudukan dan menghapuskan kejahatannya selain dengan memobilisasi pasukan ini untuk memenuhi tugas ilahi mereka dalam mendukung yang tertindas dan membebaskan semua tanah Muslim yang terjajah.
Menurut HT, peristiwa-peristiwa terkini menunjukkan kelompok atau individu, tidak peduli seberapa kuat atau teguh, tidak dapat mengakhiri pendudukan. Namun, pasukan umat Islam mampu melakukan ini dan lebih dari itu.
“Mereka memiliki kemampuan untuk mengusir pendudukan dari Tanah Palestina yang diberkati dan mengejar pendukung kolonialnya hingga ke tanah mereka sendiri,” tegasnya.
Lebih jauh, beber HT, peristiwa-peristiwa ini menegaskan bahwa perpecahan umat Islam akibat negara-negara Sykes-Picot telah membuat mereka terpecah menjadi bangsa dan suku yang terpisah, sehingga mencegah mereka bertindak sebagai entitas yang bersatu dari dua miliar orang.
Sebaliknya, ungkap HT, mereka telah dikurung dalam batas-batas yang memudahkan kekuatan kolonial untuk mengisolasi dan mengeksploitasi mereka satu per satu, guna mencapai tujuan jahat mereka di tanah kaum Muslim.
“Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam untuk segera mengakhiri perpecahan ini dan bersatu kembali sebagai satu bangsa di bawah satu pemimpin, sebagaimana yang Allah kehendaki, untuk memulihkan kehormatan, martabat, dan tempat yang layak di antara bangsa-bangsa,” sebutnya.
Adapun pengkhianatan yang terungkap dari peristiwa-peristiwa ini, sebut HT, termasuk pengkhianatan para penguasa Muslim yang telah meninggalkan umatnya, berdiam diri saat umat dibantai, bahkan membantu agresi Yahudi. Kejahatan mereka yang paling besar adalah menahan pasukan untuk membela kaum tertindas.
Menurut HT, ujian-ujian ini tidak diragukan lagi berperan dalam menyempurnakan dan mempersiapkan umat Islam untuk hari-hari mendatang. Peristiwa Badai al-Aqsha dan akibatnya telah menanamkan kebenaran dan pelajaran yang mendalam, memperkuat umat dengan ketahanan dan kejelasan yang lebih besar tentang jalan untuk mendapatkan kembali kehormatan mereka dan menegakkan kembali khilafah.[]