![](https://alwaie.net/wp-content/uploads/2023/05/2023-05-OPINI-2-MODI-INDIA-780x470.jpg)
Modi, Pendeta Hindu Dan Gerakan Anti Islam
Dikabarkan Pendeta sayap kanan Hindu India, Yati Narsinghanand kembali membuat komentar provokatif yang menyerukan umat Hindu untuk bangkit melawan umat Islam. Yati Narsinghanand juga mengklaim bahwa Ka’bah di Makkah adalah kuil suci Hindu yang harus direbut dari umat Islam. Ini ia lontarkan dalam sebuah pidato pada acara Hindu Jagruti Sammelan yang diadakan di New Delhi pada tanggal 3 April 2023.
Sosok Yati Narsinghanand Giri bikin geram umat Islam. Yati juga merupakan salah seorang pendeta salah satu sekte Hindu terbesar di India. Ia dinilai telah mengobarkan permusuhan usai menyerukan genosida terhadap Muslim di negara Asia Selatan itu.
Sebelumnya Giri ditangkap atas tuduhan menghina perempuan. Ia dianggap sebagai pelaku pelanggaran berulang, mengacu pada Desember 2021 yang mengajak umat Hindu mempersenjatai diri untuk genosida terhadap umat Muslim di India.
Naiknya BJP ke tampuk kekuasaan pada 2014, di mana Perdana Menteri Narendra Modi menjabat dan pemilihan kembali pada 2019 telah menyebabkan lonjakan serangan terhadap Muslim dan sejumlah kelompok minoritas lainnya. Pejabat tinggi BJP yang memiliki hubungan dekat dengan Narsinghanand, secara aktif mempromosikan tren yang mendukungnya.
Kapil Mishra sebelumnya meluncurkan kampanye penggalangan dana untuk tujuan Narsinghan untuk “menghapus Islam dan Muslim dari muka bumi.” Pada bulan September tahun lalu, Narsinghanand juga mengatakan bahwa madrasah dan Universitas Muslim Aligarh harus diledakkan.
Tekanan kepada kaum Muslim di India merupakan salah satu siklus konflik global antara Islam dan sekularisme. Manifestasi dari konflik ini tidak hanya di negara-negara yang menampilkan berbagai varian demokrasi, tetapi juga di dunia Muslim yang memiliki varian demokrasinya sendiri, yakni bagian dari bentuk nyata kediktatoran.
Langkah Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa untuk menenangkan Hindu garis keras dan kemungkinan besar akan dijajakan di institusi dan negara bagian India lainnya pada masa depan.
Alhasil, derita kaum Muslim India dan termasuk di negara-negara lainnya, membuat umat semakin menyadari klaim palsu dari demokrasi dunia. Demokrasi menuntut agar kewajiban dan larangan bagi rakyat diputuskan dalam badan legislatif terpilih tanpa memperhatikan lagi perintah Allah SWT. Di sisi lain rakyat di negeri-negeri Barat terus-menerus kehilangan kepercayaan pada demokrasi karena penyalahgunaan dan korupsi yang merajalela, serta pengikisan hak-hak dan penghidupan mereka.
Inilah sikap negatif yang ditunjukkan oleh pemerintah sekuler di banyak negara sebagai representasi sederhana dari dominasi kapitalis di dunia yang menempatkan liberalisme dalam segala bentuknya sebagai pemenang. Tidak hanya menekan syariah Islam dan praktiknya, tetapi merupakan ancaman bagi semua agama. [Mahfud Abdullah; (Direktur Indonesia Change)]