
Penguasa Muslim Lemah
genosida Zionis Yahudi atas Gaza masih berlangsung dengan dukungan penuh dari AS. Pada tanggal 29 Desember 2023, Menteri Luar Negeri AS, Blinken, mengumumkan pengiriman amunisi artileri dan peralatan terkait ke entitas Yahudi senilai 147,5 juta dolar.
Sementara itu, rezim-rezim di negara-negara Muslim tidak bangkit dan bergerak mengirim senjata dan amunisi ke Gaza. Mereka juga tidak mengirimkann pasukannya untuk menolong rakyat Gaza. Mereka malah mengirim pasokan makanan, komoditas dan minyak dari Uni Emirat Arab, Yordania dan Turki kepada entitas Yahudi.
Diamnya para penguasa negeri Muslim menimbulkan pertanyaan publik: Berapa sih kekuatan militer dunia Islam? Benarkah tak berdaya di depan militer zionis Yahudi sehingga berkali-kali darah Muslim Palestina ditumpahkan, lalu al-Aqsha dan Gaza dinistakan sama sekali tak ada pembelaan? Apakah itu karena faktor kekuatan militer yang tak berimbang?
Israel hanyalah kekuatan ‘kecil’ dibandingkan dengan tiga negara kuat itu. Berada di peringkat ke-20, Israel hanya punya 170 ribu personil militer aktif, 595 armada tempur udara dan 1650 tank baja. Andaikan kaum Muslim mengerahkan separuh kekuatan militernya, Israel ambyar sudah.
Namun, perang bukan hanya head to head kekuatan militer, tetapi mental petarung. Sejatinya militer Israel adalah lemah. Buktinya, mereka hanya berani menyerang warga sipil di Jerusalem, Masjid al-Aqsha dan sebagainya.
Persoalan utamanya justru terletak pada merosotnya ketakwaan kaum Muslimin, khususnya para pemimpin mereka. Tak ada perasaan takut kepada Allah dan mengharap surga-Nya untuk menggerakkan hati dan lisan mereka untuk mengirimkan pasukan membela al-Aqsha dan kaum Muslim Palestina. Bertahun-tahun para pemimpin Dunia Islam hanya jago retorika dan macan podium. Mereka tak pernah berani mengusik eksistensi negara Yahudi tersebut, kecuali lewat kata-kata saja, bukan dengan senjata.
Apakah para pemimpin Dunia Islam, para perwira dan prajurit Muslim lupa dengan firman Allah SWT (yang artinya): Oleh sebab itu siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian (TQS al-Baqarah [2]: 194).
Bukanlah Israel yang menguat secara militer, tetapi para pemimpin Dunia Islam yang lembek kepada Barat dan Israel. Sebut saja Mesir yang menandatangani Perjanjian Camp David dengan Amerika Serikat yang mengokohkan eksistensi Zionis Yahudi di Palestina. Kini, satu-persatu para pemimpin Dunia Islam berdamai dengan Israel.
Rumitkah membela Palestina sehingga butuh persetujuan PBB? Apakah AS, saat menginvasi Irak dan Afganistan sambil membunuhi jutaan warga Muslim, butuh persetujuan PBB dan rumit? Tidak! Apakah AS butuh mandat dunia internasional untuk mengokupasi Nikaragua?
Apakah rumit membela nyawa sesama Muslim untuk menegakkan hukum Allah dan mengusir Israel? Apakah al-Quran mensyaratkan para pemimpin Dunia Islam butuh mandat PBB atau AS? Apakah Nabi saw. pernah minta izin para tokoh Quraisy saat akan melakukan Fath al-Makkah?
Jika Saudi bisa menyerang negeri Muslim Yaman dengan kekuatan militer, dan Turki bisa menyerang Siprus tanpa perlu izin PBB, mengapa untuk urusan Israel itu tak bisa dilakukan? [Taufik S. Permana ; (Geopolitical Institute)]