Dari Redaksi

Keimanan dan Optimisme Perjuangan

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan merupakan tiga bulan berdekatan yang menjadi perhatian besar para ulama. Imam Dzun Nun al-Mishry mengatakan: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram dan Ramadhan bulan menuai.”

Rajab adalah bulan haram. Di dalamnya banyak keutamaan. Pada bulan ini  umat Islam bisa lebih mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Pada bulan Rajab banyak peristiwa penting yang terjadi antara lain: Isra’ Mi’raj, Perang Tabuk dan pembebasan Palestina oleh panglima perang Shalahuddin al-Ayyubi.

Pada bulan Rajab ada pula peristiwa yang memilukan, yakni keruntuhan Khilafah pada 28 Rajab 1342 H atau bertepatan dengan 3 Maret 1924. Artinya saat ini, lebih dari 100 tahun umat Islam hidup tanpa Khilafah. Padahal berdasarkan Ijmak Sahabat umat Islam hanya dibolehkan kosong dari kepemimpinan umat (Khilafah) tiga hari tiga malam. Ketiadaan Khilafah Islam selama lebih dari 100 tahun telah memberikan dampak yang sangat mengguncangkan umat. Tanpa Khilafah Islam, umat tidak memiliki pemimpin (khalifah) yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Tanpa Khilafah, syariah Islam tidak diterapkan secara kaaffah (menyeluruh). Tanpa Khilafah, kewajiban menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai tujuan politik luar negeri negara Khilafah juga terhenti.

Hilangnya tiga perkara penting ini (persatuan umat Islam seluruh dunia, penerapan syariah Islam secara kaaffah dan penyebaraluasan Islam ke seluruh penjuru dunia) telah menyebabkan berbagai persoalan di Dunia Islam. Umat Islam tidak ada lagi yang melindungi. Meskipun jumlah umat Islam besar lebih dari 1,5 miliar di seluruh dunia, karena tidak diikat oleh persatuan yang shahih, yaitu Islam, tercerai-berai menjadi beberapa negara berdasarkan nation-state (negara-bangsa) yang terpecah, lemah dan tak berdaya. Krisis Palestina merupakan contoh yang terang-benderang tentang hal ini. Bagaimana bisa umat Islam yang jumlahnya lebih dari 1 miliar, dengan tentara yang jumlahnya jutaan, ribuan pesawat tempur, tak berdaya menghadapi entitas penjajah Yahudi yang jumlah tentara intinya lebih-kurang hanya 150 ribu orang dengan jumlah penduduk ilegal 7 juta jiwa.

Sebaliknya, negara-negara Barat bersatu dengan suara bulat mendukung entitas penjajah Yahudi ini. Tanpa hati dan tanpa malu. Padahal mereka telah melakukan genosida. Lebih dari 30 ribu orang terbunuh. Sebagian besar adalah anak-anak dan para wanita. Tiadanya kesatuan kepimpinan umat (Khalifah) yang menggerakkan dan memobilisasi umat menjadi persoalan besar. Di sisi lain para penguasa negeri Islam telah menunjukkan pengkhianatannya. Mereka tidak melakukan tindakan nyata dengan mengirim tentara menghentikan genosida ini. Para penguasa Arab malah menjadi penjaga terdekat entitas penjajah Yahudi dengan melakukan normalisasi dengan penjajah ini. Mereka pun melarang tentara kaum Muslim dan umat Islam untuk berjihad untuk memerangi penjajah yahudi terlaknat.

Tidak adanya penerapan syariah Islam secara kaaffah di seluruh negeri Islam membuat umat Islam kehilangan kendali untuk mengatur negeri mereka dengan aturan Allah SWT. Negeri-negeri Islam dipaksa tunduk untuk diatur dengan sistem kapitalisme yang rakus. Jadilah kekayaan negeri Islam dirampok atas nama investasi asing, pembangunan yang menipu, juga perdagangan bebas. Kekayaan umat digunakan untuk membayar utang para penguasa dan kroninya. Umat Islam, meskipun dikelilingi dengan kekayaan alam yang luar biasa, terpuruk secara ekonomi. Kemaksiatan pun merajalela sampai pada titik yang sangat menjijikkan karena mengadopsi liberalisme Barat dalam budaya. Perzinaan, LGBT, pelacuran, eksploitasi wanita dan seks bebas merajelala hampir di seluruh negeri-negeri Islam.

Karena itu penting untuk mengingatkan kembali umat tentang kewajiban penegakan Kembali Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah ini, yang telah terlantar lebih dari 100 tahun. Kewajiban penerapan syariah Islam ini sesungguhnya merupakan bukti keimanan kita kepada Allah SWT.

Pelajaran keimanan ini telah ditunjukkan oleh Sahabat Rasulullalh saw. yang kemudian menjadi khalifah pertama, Abu Bakar ra. Saat orang-orang kafir Quraish, melakukan desas-desus dengan membangun opini umum bahwa Rasulullah saw. telah berdusta tentang perjalanan beliau dalam peristiwa Isra’-Mi’raj. Mereka mempertanyakan bagaimana mungkin bisa melakukan perjalanan dari Masjid al-Haram di Makkah al-Mukarramah ke Masjid al-Aqsha di Palestina yang diberkahi dalam satu malam, padahal jarak keduanya sekitar 1500 kilometer yang biasanya ditempuh selama 40 hari dengan kenderaan unta.

Namun, Abu Bakar ra., ketika ditanya tentang hal ini menjawab tegas, “Kalau yang berkata seperti itu adalah Rasulullah saw., maka sungguh beliau pasti benar!”

Inilah keimanan yang kokoh berdasarkan proses berpikir yang mendalam. Bukankah yang menyampaikan itu adalah Rasulullah saw.? Bukankah Rasulullah saw. tidak pernah dan tidak mungkin berdusta? Bukankah yang disampaikan Rasulullah saw. adalah wahyu yang bersumber dari Allah SWT? Bahkan Abu Bakar ra. menyatakan dengan tegas, yang lebih dari itu, berupa perkara wahyu dari langit (Allah SWT), ia percaya dengan yakin. Diperkuat lagi dengan keyakinan akan kekuasaan Allah SWT. Karena yang memperjalankan Rasulullah saw. dari Makkah ke Palestina hingga ke Sidhratul Muntaha, lalu kembali ke bumi dalam satu malam adalah Allah Yang Mahakuasa. Apa sulitnya bagi Allah SWT untuk memperjalankan hamba-Nya seperti itu.

Keimanan kepada Allah SWT inilah yang sesungguhya merupakan modal perjuangan penting kita yang paling agung dan mulia. Dengan keimanan kepada Allah SWT kita yakin tanpa ragu bahwa yang kita perjuangkan adalah benar. Karena kita memperjuangkan syariah Islam secara kaaffah yang bersumber dari Allah SWT. Kita memperjuangkan tegaknya Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah yang merupakan bagian dari syariah Islam yang diwajibkan dalam Islam. Dengan keimanan ini pula kita yakin kemenangan akan berpihak pada kebenaran seperti yang dijanjikan Allah SWT. Risalah Islam akan mengungguli sistem kapitalisme yang jahiliyah, rakus dan berdarah-darah.  Bukankah Allah sang Pemilik kekuasaan mampu menggilirkan kekuasaan kepada siapapun yang Dia kehendaki. Termasuk kembalinya kekuasaan kepada umat Islam!

Kita yakin tanpa ragu sedikitpun bahwa kalau Allah SWT telah menolong umat Islam, tak ada yang bisa mengalahkan umat ini (Lihat: QS Ali Imran [3]: 160].  Kita yakin tanpa ragu sedikitpun akan kembalinya Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah di tengah-tengah umat. Sebuah kepastian yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.

AlLaahu Akbar!  [Farid Wadjdi]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirteen − 9 =

Back to top button