Dari Redaksi

Hentikan Narasi Kebencian Terhadap Muslim Rohingya!

Derita Muslim Rohingya seperti tidak ada hentinya. Diusir dari negeri Arakan, negeri mereka sendiri. Menderita di tempat pengungsian mereka di Bangladesh. Terapung-apung di lautan dengan makanan dan minuman yang terbatas. Sekarang mereka menjadi sasaran narasi kebencian yang seolah direkayasa. Tidak sedikit di antaranya didasarkan pada berita hoaks.

Narasi kebencian didasarkan pada upaya membangun opini dengan cara digeneralisasi. Seolah Muslim Rohingya ini adalah sampah. Mereka bahkan dituduh mengancam keamanan negara. Seperti di India, mereka dicitrakan sebagi teroris. Di Bangladesh mereka dituding sebagai pengacau dan kriminal. Dengan membangun narasi kebencian ini, seolah Muslim Rohingya pantas diperlakukan secara keji. Bahkan oleh saudaranya sendiri.

Muslim Rohingya juga menjadi jualan para politisi yang ingin mendapatkan suara dalam kampanye Pemilu. Tujuannya untuk mendapatkan suara dari pemilih yang mengidap islamopobia dan termakan isu terorisme yang dusta. Ada yang menduga, narasi kebencian pada saat ini, tidak bisa dilepaskan dari hiruk-pikuk Pemilu 2024. Menjadi alat serang terhadap lawan politik yang dalam salah satu pernyataannya mendukung penerimaan terhadap Muslim Rohingya. Kejam!

Sebenarnya rakyat Aceh selama ini, dengan prinsip ukhuwah islamiyah, dengan tangan terbuka telah lama menerima pengungsi Rohingya. Kalau sekarang ada keluhan dari rakyat Aceh, tentu perlu didengar. Diinventarisir apa masalahnya dan dicari solusinya. Apa lagi kalau itu terkait masalah teknis tentu bisa lebih cepat diselesaikan. Kalau dikeluhkan masalah kebersihan, bisa jadi karena fasilitas MCK memang terbatas. Berarti fasilitas itu diperbanyak. Kalau masalah makanan, bisa jadi karena porsi dan jenis makanan yang berbeda. Ini bisa dicari jalan keluarnya. Kalau kriminalitas, pelakunya diberi sanksi. Kalau adaptasi budaya yang berbeda, berarti  perlu sosialisasi lebih intensif lagi disampaikan kepada para pengungsi, bagaimana layaknya sebagai tamu. Hal-hal itu mudah sebenarnya diselesaikan. Justru di sinilah peran Pemerintah yang seharusnya lebih banyak lagi campur tangan dengan kebijakannya. Tidak boleh lepas tangan. Apalagi menggantungkan masalah ini kepada rakyat Aceh yang hidupnya juga dalam keadaan sulit.

Muslim Rohingya ini adalah saudara kita, Sama-sama Muslim. Dalam Islam, ada prinsip ukhuwah islamiyah. Kita ini adalah umat Rasulullah saw. Umat yang satu. Kita bagaikan satu tubuh. Wajib saling merasakan senang dan susah. Kita bagaikan satu bangunan yang saling memperkuat satu sama  lain. Rasulullah saw. juga melarang kita membiarkan umat Islam dizalimi. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, Dia tidak menganiaya dan membiarkan saudaranya dianiaya orang lain. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa saja yang melepaskan kesusahan seorang Muslim, maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada Hari Kiamat.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Memang gelombang pengungsi ini tidak bisa diselesaikan secara sektoral. Masalah pengungsian sebenarnya adalah masalah turunan. Pangkal persoalannya adalah penjajahan. Muslim Rohingya diusir dari tanahnya sendiri. Kekayaan mereka dirampas. Rumah mereka dibakar.

Muslim Rohingya sudah berabad-abad ada di wilayah Arakan, bahkan pernah berdiri kesultanan Islam pada tahun 1430 hingga tahun 1784 (lebih kurang dari 350 tahun). Islam diyakini masuk ke bumi Arakan era Khilafah Harun ar-Rasyid, abad ke-8.  Jejak-jejak Islam demikian menguat dan mengakar di wilayah itu.  Terdapat Masjid Budder Mukam yang dibangun pada abad ke 7 . Masjid ini diambil-alih militer Myanmar dan dijadikan pangkalan Angkatan Laut. Terdapat masjid lama, Sandhi Khan, yang dibangun  pada tahun 1433. Masjid yang dibangun jenderal Muslim Sandhi Khan dihancurkan militer pada tahun 1996. Terdapat upaya sistematis untuk menghilangkan jejak Islam, seperti yang juga dilakukan oleh Zionis Israel.

Antonio Guterres, Sekjen PBB, pernah  mengatakan bahwa pengungsian sekitar sepertiga umat Muslim Rohingya menunjukkan terjadinya pembersihan etnis. Pembantaian etnis berarti sama dengan pembantaian Muslim karena hampir seluruh etnis Rohingya adalah Muslim.

Apa yang terjadi pada Muslim Rohingya sama persis dengan Palestina. Akar persoalannya adalah penjajahan yang dilakukan orang-orang kafir di bumi kaum Muslim. Palestina dijajah zionis  Yahudi. Bumi Arakan tempat Muslim Rohingya dijajah musyrik Budha Myanmar. Semua penjajahan ini berlangsung tidak bisa dilepaskan dari kebijakan kolonial Inggris. Merekalah yang memberikan jalan orang-orang Yahudi dan musyrik untuk menjajah negeri Islam.

Mengapa zionis Yahudi, juga musyrik Budha Myanmar, terus berulang melakukan pembantaian terhadap kaum Muslim? Seolah tidak ada apapun yang menghalangi mereka untuk melakukan kejahatan mereka? Jawabannya, karena rasa takut mereka kepada umat Islam sudah hilang. Mereka tahu, apapun yang mereka lakukan terhadap umat Rasulullah ini, tidak akan direspon oleh para penguasa negeri Islam. Mereka tidak akan berbuat nyata, kecuali mengecam atau mengirim bantuan kemanusian, yang tidak menghilangkan penjajahan.

Pera penjahat dan pembantai umat ini tahu persis, para penguasa negeri Islam tidak akan menggerakkan jutaan tentara-tentara negeri Islam untuk membebaskan Muslim dunia. Mereka tahu para penguasa negeri Islam merupakan boneka-boneka Barat. Baratlah yang melanggengkan pembantaian terhadap negeri Islam. Amerikalah yang mendukung habis-habisan Zionis Israel. Mereka juga paham, umat Islam sekarang lemah, tidak bersatu, karena telah ditanamkan paham nasionalisme yang melemahkan dan memecah-belah umat Islam.

Mereka juga paham, saat ini tidak ada Khilafah yang menyatukan umat Islam, menggerakan para tentara untuk jihad fi sabilillah untuk melindungi dan membebaskan umat Islam yang tertindas. Mereka paham itu semua!

Dengan demikian, tegaknya Khilafah merupakan kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hanya Khilafah ini yang akan menanamkan rasa takut kepada musuh, melindungi negeri-negeri Islam, menerapkan sistem yang berlandaskan syariah, dan menjaga kehidupan Islam. Khilafah inilah satu-satunya otoritas negara yang dapat melindungi seluruh kehidupan manusia.

AlLaahu Akbar!  [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

sixteen − fourteen =

Back to top button