
Peristiwa Mutakhir Suriah dan Jatuhnya Rezim Assad (Jawab-Soal)
Soal:
Asy-Syarqu al-Awsath melansir pada 7-12-2024 M: Rezim Assad Jatuh: Oposisi Suriah mengumumkan pada Hari Ahad bahwa mereka telah membebaskan Damaskus dan menggulingkan pemerintahan Presiden Basyar al-Assad, yang berlangsung selama 24 tahun. Pernyataan Oposisi di televisi Pemerintah berbunyi, “Berkat karunia Allah, Kota Damaskus telah dibebaskan dan tiran Basyar al-Assad telah digulingkan.” Pihak Oposisi menambahkan bahwa semua tahanan telah dibebaskan.
Hay’at Tahrir asy-Syam (HTS) telah memulai serangan di Suriah utara dengan judul “Rad’u al-‘Udwân (Mencegah Agresi)” pada 27/11/2024. Diikuti oleh Tentara Nasional Suriah (al-Jaisy al-Wathaniy as-Suriy) dalam serangannya dengan judul “Fajru al-Hurriyah (Fajar Kebebasan)“ pada 30/11 /2024. Aleppo telah dikuasai, selain kontrol penuh atas semua wilayah Idlib, lalu Hama, Homs, dan hari ini Damaskus. Semua itu dalam waktu sekitar sepuluh hari. Lalu apa yang sebenarnya terjadi di Suriah? Terima kasih.
Jawab:
Agar jelas perkara-perkara tersebut harus diperhatikan beberapa fakta berikut:
Pertama: Faksi-faksi yang memulai serangan. Menurut BBC 27-11-2024, faksi-faksi yang berpartisipasi dalam serangan tersebut adalah “Ghurfah ‘Amaliyât al-Fath al-Mubîn (Ruang Operasi al-Fathu al-Mubin)“ yang dipimpin oleh HTS, Front Pembebasan Nasional yang didukung Turki, Kelompok Tentara Kemuliaan (Jamaa’ah Jaisy ‘Izzah), juga Tentara Nasional Suriah (Al-Jaisy al-Wathaniy as-Suriy), yang mewakili aliansi faksi-faksi Oposisi yang didukung oleh Turki dan tidak terlibat dalam Ruang Operasi Al-Fathu al-Mubiin. Dengan demikian, sebagian besar faksi yang berpartisipasi dalam serangan tersebut adalah faksi-faksi yang berafiliasi dan setia kepada Turki. Tentara Nasional (Al-Jaisy al-Wathaniy) adalah bentukan Turki. HTS berada di bawah pendengaran dan penglihatan Turki. Kedekatan antara HTS dan Turki sangat mencolok bagi semua orang.
Kedua: Pergerakan-pergerakan ini, yang awalnya lebih seperti pesan pendisiplinan kepada Basyar, karena dia tidak menanggapi permintaan Erdogan. Saat itu Erdogan meminta kepada Presiden Rusia Putin: “Berusaha untuk mendorong pembicaraan normalisasi antara Ankara dan Damaskus dan agar Basyar menerima undangan untuk bertemu dengan dirinya.” (Reuters, 25/10/2024).
Namun, Basyar tidak menjawab. Sebaliknya, dia meminta penarikan pasukan Turki, memberi syarat dan menunda-nunda. Lavrov, mediator Rusia, menegaskan hal itu dan mengatakan kepada surat kabar Turki Hurriyet pada 1/11/2024 bahwa Basyar meminta penarikan pasukan Turki “Hambatan utama untuk hal itu adalah eksistensi pasukan Turki di Suriah utara.” Lalu Erdogan marah dan memberi lampu hijau kepada HTS dan Tentara Nasional untuk bergerak, “Sumber-sumber dari oposisi yang berhubungan dengan intelijen Turki mengatakan bahwa Ankara memberi lampu hijau untuk memulai serangan itu.” (Deutsche Welle Jerman, 30/11/2024).
Ketiga: Pergerakan ini pada awalnya untuk membebaskan daerah-daerah deeskalasi seputar Idlib, yang didorong oleh tidak adanya jawaban Basyar terhadap tawaran Turki untuk bernegosiasi demi solusi politis antara dia dengan oposisi. Namun, sebagian besar masyarakat yang menderita akibat kezaliman Basyar memanfaatkan hal itu dan bertolak di semua front, dan tidak berhenti pada batas-batas yang telah direncanakan pada asalnya pada batas-batas deeskalasi seputar Idlib, malahan melewati semua itu di berbagai daerah yang berbeda di Suriah. Karena tentara Suriah juga menderita karena kezaliman Basyar dan tidak memiliki keyakinan untuk membela dia, maka mereka melakukan penarikan diri. Kemudian kelompok-kelompok masyarakat bergerak setelah daerah deeskalasi masuk ke Aleppo, Hama, lalu Homs. Akhirnya, pergerakan rakyat Suriah mencapai Damaskus. Semua itu terjadi dengan makin cepat dalam sepuluh hari sejak pergerakan tersebut dimulai pada 27/11/2024.
Keempat: Sikap pihak-pihak regional dan internasional. Iran dan Rusia: Keduanya terkejut dengan apa yang terjadi. Rusia memperkuat keamanan di pangkalan udara Humaimim dan pangkalan laut Tharthus. Iran dan Rusia melakukan kontak di antara mereka; “Menteri Luar Negeri Iran, Araqjiy, bersama sejawatnya dari Rusia, Lavrov. Mereka membahas perkembangan di Suriah.” (Anadolu Agency, 30/11/2024).
Pasca serangan tersebut, Iran bergerak secara diplomasi untuk menghentikannya dan menyelesaikan permasalahan dengan Turki. Menteri Luar Negeri Iran ‘Abbas Araqjiy tiba di Ankara pada 2/12/202. Dia bertemu dengan sejawatnya dari Turki, Hakan Fidan, yang berbicara dengan sejawatnya dari Amerika Blinken. Lalu ia berkata, “Operasi politik antara rezim dan oposisi wajib mengantarkan pada hasil-hasil positif untuk perdamaian dan ketenangan di Suriah.” (Anadolu Agency, 1/12/2024).
Amerika: Amerika menginginkan solusi politik dengan Basyar melalui negosiasi damai, sebagaimana yang dulu diinginkan oleh Amerika. Namun, Basyar menduga bahwa dia bisa mendapat keistimewaan-keistimewaan dengan tidak menjawabnya dengan cepat. Karena itu jawaban Basyar terhadap tawaran Erdoga adalah menunda-nunda. Dia menganggap bahwa hal itu tidak akan membuat Amerika marah. Tampak bahwa Erdogan kesal karena itu. Lalu dia mengambil persetujuan Amerika untuk memberi pelajaran kepada Basyar. Karena itu solusi negosiatif akan berada dalam suasana pertempuran yang lahiriahnya merupakan kemenangan bagi Erdogan atas Basyar. Oleh karena itu, Erdogan mendorong faksi-faksi Oposisi untuk menyerang dengan mendukung mereka dengan senjata dan informasi intelijen yang diperlukan.
Erdogan mengatakan pada 25/10/2024 kepada para wartawan setelah pertemuannya dengan Putin di sela-sela konferensi BRICS di Kazan bahwa “dia meminta Presiden Rusia Putin untuk berusaha mendorong pembicaraan normalisasi antara Ankara dan Damaskus dan agar Basyar menerima undangan yang dia berikan untuk bertemu dengan dirinya.” (Reuters, 25/10/2024).
Mediator Rusia menjawab Erdogan lebih dari sekali bahwa ada syarat-syarat dari Basyar untuk bertemu dan melakukan normalisasi dengan dirinya. Di antaranya penarikan pasukan Turki dari Suriah. Lavrov Menteri Luar Negeri Rusia menegaskan kepada Surat Kabar Hurriyet Turki pada 1/11/2024 bahwa “Turki dan Suriah memperlihatkan perhatian serius untuk melanjutkan dialog demi menormalisasi hubungan, juga bahwa halangan utama di depan hal itu adalah eksistensi pasukan Turki di Suriah utara.”
Hal ini menunjukkan kegigihan Basyar, yang memanfaatkan sikap Erdogan yang goyah dalam normalisasi, dan juga memanfaatkan dukungan negara-negara Arab terhadap dirinya. Dia pun melihat bahwa Amerika masih menginginkan itu karena belum menemukan alternatif dari dia!
Ketika rezim Turki putus asa dari solusi negosiatif dengan Basyar di bawah situasi ini, rezim Turki mengambil persetujuan Amerika untuk melakukan solusi negosiatif dengan pendahuluan militer yang menekan Basyar sehingga Erdogan menggerakkan faksi-faksi bersenjata pada 27/11/2024. Hal itu ditunjukkan oleh fakta bahwa rezim Turki memberikan izin kepada faksi-faksi untuk bertolak guna menekan rezim Basyar, yakni dengan lampu hijau dari Turki. “Sumber-sumber dari Oposisi yang berkomunikasi dengan intelijen Turki mengatakan bahwa Ankara memberi lampu hijau untuk memulai serangan itu.” (Deutsche Welle Jerman, 30/11/2024).
Hal itu agar Basyar menerima untuk duduk dengan Erdogan dan menormalisasi dengan Turki serta berdamai dengan Oposisi. Berikutnya adalah solusi politis melalui perundingan-perundingan model Amerika! Ini adalah “fase baru” untuk Suriah sebagaimana yang dikatakan oleh Erdogan dalam kontak telepon dengan Sekjen PBB Guiteres, “Presiden Turki Tayyib Erdogan, pada Kamis, menegaskan bahwa Suriah memasuki fase baru yang diatur dengan tenang.” (Arabi 21, 5/11/2024).
Amerika tidak terkejut dengan serangan-serangan oposisi Suriah. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Jake Sullivan mengatakan, “Kami tidak terkejut. Oposisi bersenjata Suriah memanfaatkan situasi baru itu.” (Al-Jazeera.net, 1/12/202).
Amerika tidak memperlihatkan kegelisahan. Menurut apa yang dikutip oleh Al-Jazeera.net pada 1/12/2024 dari Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan, “Kami memonitor situasi di Suriah dan kami melakukan kontak dengan ibukota-ibukota regional selama 48 jam lalu.”
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Sean Savitt mengatakan, “Amerika Serikat, bersama mitra dan sekutunya, mendesak peredaan eskalasi, perlindungan warga sipil dan kelompok minoritas, serta dimulainya proses politik yang serius dan kredibel yang dapat mengakhiri perang saudara ini sekali dan selamanya melalui penyelesaian politik yang konsisten dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 2254.” (RT, 1/12/2024).
Al-Jazeera menyebutkan di situsnya pada 2/12/2024: Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan, “Eskalasi yang terjadi saat ini menegaskan kebutuhan mendesak akan solusi politik yang dipimpin Suriah terhadap konflik tersebut. Ini sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.” Hal ini mengacu pada Resolusi PBB tahun 2015 yang menyetujui proses perdamaian di Suriah dan belum dilaksanakan hingga saat ini. Resolusi tersebut menetapkan dimulainya perundingan damai di Suriah pada bulan Januari 2016. Pada saat yang sama, dia menekankan bahwa rakyat Suriahlah yang memutuskan masa depan negaranya. Dia menyerukan pembentukan pemerintahan transisi dan diadakannya Pemilu di bawah naungan PBB. Dia pun menyerukan penghentian segera segala serangan terhadap warga sipil.
Al-Hurra melansir di website-nya pada 4/12/2024: “Blinken menilai bahwa yang paling penting saat ini adalah mendorong proses politik agar melangkah maju berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB, dalam upaya menyelesaikan dan mengakhiri perang saudara di Suriah.”
Kantor Berita Khabar mempublikasikan di website-nya pada 7/12/2024: Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, “Blinken memberi tahu kami tentang perlunya pemerintah Suriah mengadakan dialog dengan Oposisi.”
Entitas Yahudi: Euro News berbahasa Arab menyebutkan pada 30/11/2024: Perdana Menteri (Israel) Benyamin Netanyahu keluar pada Selasa sore lalu untuk mengumumkan di depan “orang-orang Israel” penerimaannya atas gencatan senjata dengan Hizbullah. Dalam pidatonya, Netanyahu tidak lupa memberikan isyarat kepada Presiden Suriah, Basyar al-Assad. Dia mengatakan dalam pidatonya, “Al-Assad bermain api.”
Tidak sampai berjam-jam setelah pidatonya itu, faksi-faksi Suriah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap pasukan Assad di Suriah utara. Satu hal yang menimbulkan banyak pertanyaan. Netanyahu mengadakan pertemuan keamanan khusus membahas perkembangan di Suriah utara. Hal itu tidak biasa untuk masalah seperti ini menurut media massa Israel. “Kemudian Al-Jazeera.net melaporkan pada 1/12/2024, bahwa Surat Kabar Yedioth Ahronoth mengatakan: “Tentara (Israel) menghalangi pesawat Iran mendarat di Suriah karena dicurigai membawa senjata untuk Hizbullah Lebanon.” Seolah-olah entitas Yahudi ingin menghalangi Iran kembali dengan momentum ke panggung Suriah dengan dalih membawa senjata untuk partai di Lebanon. Oleh karena itu entitas Yahudi tidak ingin adanya konsentrasi militer Iran atau partainya Iran di Suriah dan kemudian di Lebanon.
Ringkasnya, menurut apa yang kami jelaskan di atas, adalah sebagai berikut:
Pertama, pihak yang mengendalikan dalam serangan terhadap wilayah deeskalasi di Suriah adalah Turki, dan di belakangnya adalah Amerika.
Kedua, mereka (Turki dan Amerika) menginginkan “dimulainya proses politik yang serius”, “fase baru”, untuk mengatur perkara rezim baru di Suriah.
Saya ulangi beberapa pernyataan para pejabat Amerika dan Turki mengenai hal ini: Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Sean Savitt mengatakan, “Amerika Serikat, bersama mitra dan sekutunya, mendesak peredaan eskalasi, perlindungan warga sipil dan kelompok minoritas, dan dimulainya proses politik yang serius dan kredibel yang dapat mengakhiri perang saudara ini sekali dan selamanya melalui penyelesaian politik yang konsisten dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 2254” (RT, 1/12/2024).
Presiden Turki Tayyib Erdogan, pada Kamis, menegaskan bahwa Suriah memasuki fase baru yang diatur dengan tenang (Arabi 21, 5/11/2024).
Ketiga, mereka memang tidak menjelaskan apa yang mereka maksudkan dengan solusi politik yang akan dihasilkan oleh serangan-serangan itu. Namun, kenyataan bahwa banyak kekuatan yang sekarang saling bertarung di front dapat menguatkan fajta bahwa apa yang telah diatur oleh Amerika dan para pengikutnya adalah sebuah rezim Suriah koalisi antara kekuatan-kekuatan itu yang akan menggantikan rezim tiran yang telah digulingkan, juga bahwa akan ada wilayah yang memiliki pemerintahan otonom yang menyerupai pemerintahan otonom untuk wilayah Kurdi di Irak.
Keempat, Amerika, yang memegang kendali atas solusi tersebut, akan mempercepat realisasi kepentingan Yahudi, seperti yang dijamin oleh Amerika kepada mereka dalam perjanjian gencatan senjata antara Yahudi dan Lebanon pada dini hari, 27/11/2024, pada hari yang sama dengan dimulainya konfrontasi militer di Suriah. AS kemudian mencegah Iran kembali dengan momentum secara militer ke panggung Suriah dalam mendukung partainya di Lebanon, yakni memutus komunikasi militer darat antara Iran dan partainya di Lebanon.
Inilah perkara-perkara yang ditunjukkan oleh pernyataan para pejabat Amerika dan Turki yang telah dijelaskan di atas untuk dimulainya serangan-serangan di Suriah.
Keenam, akhirnya, sungguh apa yang telah dan sedang terjadi di Suriah hari ini berupa darah yang tertumpah, rumah-rumah yang dihancurkan, keluarga-keluarga yang tercerai-berai, semua itu merupakan perkara yang menyakitkan, khususnya bahwa hal itu untuk mengadakan solusi politik dan fase baru yang tidak terlalu jauh dari rezim-rezim sekuler yang eksis di negeri kaum Muslim setelah kaum kafir penjajah dan para agen mereka dapat menghancurkan Sistem Pemerintahan Islam (Khilafah) seratus tahun lalu. Berikutnya umat-umat lain mengelilingi kita seperti orang-orang yang makan mengelilingi meja makan.
Meski demikian, umat ini pasti akan kembali mulia dan terhormat seperti dulu. Khilafah ar-Rasyidah juga pasti akan kembali lagi dengan izin Allah. Namun, sunnah Allah mengharuskan agar para malaikat tidak turun kepada kita dari langit mendirikan untuk kita Khilafah sementara kita duduk-duduk saja. Khilafah akan tegak melalui tangan orang-orang yang beriman kepada Rabb mereka dan Allah menambah petunjuk mereka. Sungguh kita tidak kehilangan semisal mereka itu baik mereka di dalam pasukan atau di oposisi hingga meski mereka itu sedikit. Khususnya bahwa orang yang memonitor peristiwa, yang telah berlangsung sepuluh hari, melihat bahwa mereka yang menentang rezim bukanlah satu-satunya yang memulai konfrontasi dengan rezim ini, seperti para pengikut Turki dan Amerika di belakangnya, untuk merealisasi perubahan sekuler dengan memindahkannya dari satu bahu ke bahu lainnya. Sebaliknya, pihak-pihak lain yang terdampak oleh kezaliman rezim dan ingin mengubahnya untuk meralisasi keinginan rakyat Muslim Suriah turut serta dalam konfrontasi tersebut.
Karena itu kepada mereka kami menyampaikan seruan agar mereka mengerahkan segenap upaya dalam menggagalkan solusi-solusi politik sekuler rusak yang diinginkan oleh kaum kafir penjajah dan agen-agen mereka. Dengan itu pengorbanan mereka dalam peristiwa tersebut tidak sia-sia dan hanya berdampak sekilas! Juga agar mereka menolong para pejuang untuk tegaknya pemerintahan Islam, Khilafah ar-Rasyidah, sehingga untuk mereka pahala yang besar dan kesuksesan yang agung. Berikutnya mereka menjadi orang-orang yang layak mendapatkan kabar gembira:
Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman (TQS ash-Shaff [61]: 13).
[6 Jumada al-Akhirah 1446 H/8 Desember 2024 M; https://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/99175.html.