
Mengajari Anak Sejarah Peradaban Islam
Sejarah merupakan mata rantai kehidupan yang tidak boleh dilupakan. Ada ibrah dan pelajaran yang bisa diambil untuk masa kini dan bagi kehidupan yang akan datang. Terkait kisah masa lalu, Allah SWT berfirman (yang artinya): “Sungguh pada kisah-kisah mereka (para nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (TQS Yusuf [12]:111).
Demikian juga sejarah peradaban Islam, harus dikuasai dengan benar oleh umat Islam terutama generasi mudanya. Tujuannya agar mereka mengetahui berbagai kegemilangan yang sudah diraih umat ini, menyadari syarat-syarat kejayaannya, apa saja faktor penyebab hilangnya kejayaan tersebut, serta bagaimana cara untuk menghadirkan kembali di muka bumi.
Anak-anak kita dan generasi Muslim sudah semestinya dibekali sejarah yang benar tentang peradaban Islam. Mereka tidak boleh dibiarkan memperoleh informasi yang salah tentang sejarah umatnya. Pemahaman yang benar akan melahirkan sikap yang tepat, juga akan mendorong mereka ikut berperan aktif dalam perjuangan untuk melanjutkan kehidupan Islam. Kepada merekalah estafet perjuangan dititipkan. Bahkan kita berharap semangat dan pengorbanan mereka akan lebih baik dari orangtuanya.
Tentu saja harapan mulia ini tak cukup hanya digantungkan. Dibutuhkan upaya serius untuk merealisasikannya. Berikut beberapa perkara penting yang harus dipahami dalam memberikan pengajaran sejarah peradaban Islam kepada anak-anak dan generasi muda Islam:
- Batasan ruang lingkup pembahasan peradaban Islam.
Peradaban Islam yang dimaksud bukan semata ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab turats. Namun, Islam sebagai sistem kehidupan, yang aturan syariahnya sudah terbukti diterapkan oleh Khilafah Islam, sebagai institusi pelaksana syariah secara kaffah. Semua interaksi yang terjadi harus diatur oleh syariah Islam yang diperinci dalam sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem sanksi, hubungan luar negeri, dll.
- Merujuk pada sumber-sumber terpercaya dan diakui validitasnya.
Informasi sejarah harus aman dari kisah-kisah bohong atau berita-berita dusta tanpa fakta. Dalam hal ini, rujukan sejarah Islam yang paling kuat adalah sirah Rasulullah saw. yang tercantum dalam hadis-hadis beliau. Berikutnya peradaban ini dilanjutkan oleh Khulafaur-Rasyidin yang menggantikan kepemimpinan beliau. Para Sahabat inilah yang paling memahami gambaran penerapan Islam secara sempurna oleh Rasulullah saw.
Penting juga memisahkan antara fakta sejarah yang berfungsi untuk menunjukkan bukti penerapan syariah oleh Negara Islam sehingga melahirkan sebuah peradaban, dengan nas-nas syariah sebagai sumber penggalian hukum. Tidak boleh ada pencampuran di antara keduanya. Posisi fakta sejarah tidak bisa dijadikan rujukan hukum (Pembahasan terkait permasalahan ini disampaikan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab beliau: Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyyah, Jilid 1, bab Sirah dan Tarikh).
Umat harus paham bahwa sampai kapan pun yang menjadi rujukan dalam bersikap adalah hukum syariah yang digali dari nas-nas syariah, baik berasal dari al-Quran, Hadis Rasulullah saw, Ijmak Sahabat, maupun penetapan hukum dengan metode qiyas. Adapun peninggalan sejarah bukanlah dalil syariah, namun sebagai bukti bahwa peradaban Islam pernah diterapkan. Karena itu yang penting diungkapkan bahwa peradaban cemerlang itu lahir karena penerapan syariah secara sempurna oleh negara. Ini pula yang akan menghantarkan pada pemahaman bahwa satu-satu cara mengembalikan peradaban Islam adalah dengan mewujudkan negara Khilafah yang akan melaksanakan syariah secara kaffah.
- Penyiapan Konten Pengajaran Sejarah Peradaban Islam.
Materi yang tidak boleh terlewatkan disampaikan adalah: Pertama, Sirah Rasulullah saw. Beliaulah uswat[un] hasanah umat Islam (QS al-Ahzab [33]: 21). Teladan utama dalam setiap masalah kehidupan. Dengan menelaah sirah Nabi saw., segalanya semakin gamblang bahwa Islamlah agama yang sempurna mengatur setiap aspek kehidupan menyangkut masalah ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Baik dalam keadaan damai maupun pada saat terjadi konflik atau peperangan dengan kaum kafir. Semua berlangsung sesuai dengan aturan syariah.
Kedua, peradaban Islam yang diukir Khulafaur-Rasyidin pengganti Rasulullah saw. serta para khalifah berikutnya. Target penyampaian materi ini adalah pemahaman yang kuat di benak anak-anak kita bahwa ada benang merah yang terus tersambung sejak Daulah Islam pertama ditegakkan di Madinah pada masa Rasulullah saw. hingga Khilafah terakhir runtuh di Turki pada tahun 1924 syarat-syarat sebagai Daulah Islam tetap terjaga. Ada penerapan syariah oleh negara, juga ada baiat dari rakyat terhadap khalifah. Sekalipun terdapat perbedaan teknis dalam pengajuan calon khalifah, semuanya diakhiri dengan baiat yang dilakukan oleh rakyat. Artinya, legalitas seorang khalifah tetap dilakukan dengan baiat. Bukan dengan pengangkatan atau penunjukkan oleh khalifah sebelumnya.
Ketiga, seputar kehidupan para ulama, intelektual Muslim, aktivis dakwah dan para pejuang Islam. Sepak terjang mereka serta kontribusinya dalam meninggikan ajaran Islam, juga kegigihannya dalam mempertahankan eksistensi pemerintahan Islam, akan menjadi inspirasi positif bagi semangat juang generasi Muslim.
Kemudian kesabaran mereka dalam menghadapi berbagai tantangan, kesulitan dan rintangan yang menghalangi langkah perjuangan bisa menjadi penguat keyakinan bahwa perjuangan harus disertai kesabaran dalam menjalaninya dan tidak boleh dilakukan setengah-setengah, serta menuntut adanya kesungguhan yang akan mendatangkan pertolongan Allah SWT.
Keempat, selain sirah Rasul saw., kisah para khalifah dan ulama serta aktivis dakwah, anak-anak kita juga harus dikenalkan dengan aktivitas orangtuanya dalam mengemban dakwah Islam. Perlu dijelaskan bahwa orangtua mereka bukan semata orang yang pandai bercerita sejarah kegemilangan peradaban Islam, namun mereka pun termasuk pelaku aktif dalam kancah perjuangan menegakkan Khilafah. Boleh jadi realitas inilah yang paling membekas dan berpengaruh pada mereka karena merupakan fakta nyata yang senantiasa dilihat, didengar, bahkan mereka pun ikut membersamai rangkaian kegiatan yang dilakukan orang tuanya. Ketika orangtua berkisah tentang keistiqamahan Bilal dalam mempertahankan keimanan, kedermawanan Abdurrahman bin Auf dalam berinfak di jalan Allah, atau keberanian para panglima perang dalam menyingkirkan musuh-musuh Islam, di benak anak-anak kita akan ada keyakinan bahwa kisah tersebut tidak sulit untuk diwujudkan kembali dalam kenyataan karena orang tuanya sudah memberikan contoh nyata.
- Metode pengajaran yang efektif.
Penting dipahami metode pengajaran yang tepat untuk menyampaikan sejarah kegemilangan peradaban Islam kepada anak-anak kita. Konten yang benar belum tentu diterima dengan mudah jika tidak menggunakan metode yang tepat. Harus diingat bahwa anak-anak bukan orang dewasa yang bertubuh mini. Mereka adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan menuju kesempurnaan perkembangan fisik dan fungsi akalnya. Karenanya, harus diperhatikan usia mereka: fakta-fakta yang sudah sampai kepada mereka, apakah ada informasi yang harus dihilangkan atau harus diluruskan; hal-hal yang bisa memunculkan ketertarikannya, adakalanya anak lebih tertarik jika penjelasan disertai gambar atau dengan menonton video, atau akan lebih semangat mengikuti jika yang menyampaikan ahli dalam bercerita.
Demi penyampaian yang efektif terkait fakta sejarah kadang menuntut perpaduan berbagai teknis penyampaian, juga perlu didukung kolaborasi beberapa alat bantu seperti: teknis berkisah: membacakan Sirah Nabawiyah dan buku sejarah Islam, atau biografi para ulama; menonton film sejarah; mengunjungi situs-situs peninggalan sejarah peradaban Islam.
Dalam momen ini orangtua harus memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin untuk membahas fakta sejarah di balik peninggalan tersebut, juga mengupas ibrah yang harus dilakukan sekarang. Sebagai contoh, ketika ziarah diantara aktivitas umrah bisa diceritakan bagaimana peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, kegigihan Asma binti Abu Bakar dalam mensukseskan peristiwa hijrahnya Baginda Rasul saw. dan Abu Bakar, atau dasyatnya peperangan yang terjadi di Bukit Uhud. Jika berkesempatan mengunjungi Turki, ada peluang baik untuk menjelaskan kesuksesan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan benteng Konstantinnopel. Atau tidak mesti pergi jauh ke luar negeri, bisa juga mengunjungi daerah-daerah yang pernah didirikan kesultanan seperti di Aceh di Sumatera, Cirebon di Jawa Barat, Demak di Jawa Tengah, Pontianak di Kalimantan, dll. Kunjungan ke tempat bersejarah tersebut bisa menggambarkan jejak sejarah Khilafah di Nusantara. Tentu saja bukan sekadar cerita kesuksesan, namun yang lebih berarti adalah membahas bahwa semua keberhasilan bisa diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh, istiqamah dalam menjalankan ketaatan pada syariah, serta senantiasa berharap datangnya pertolongan Allah SWT lewat doa dan permohonan yang dipanjatkan.
Penutup
Semoga generasi Muslim mengenal sejarah peradaban Islam dengan benar dan jauh dari berita-berita bohong penuh kedustaan serta sarat penyesatan. Mereka pun akan tampil sebagai generasi penerus pembela Islam. Mereka bukan generasi yang telah dibajak potensi intelektualnya oleh Kapitalisme, bukan generasi yang diliarkan oleh liberalisme, juga bukan generasi produk sekularisme yang bangga hidup tanpa aturan agama.
Sebaliknya, mereka akan bangga dengan ajaran agamanya, bangga dengan peradaban Islam yang telah dicatat dalam sejarah, dan mereka merasa terpanggil dengan kewajiban untuk kembali mewujudkan khayru ummah dalam naungan Khilafah Islam, sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT (yang artinya): Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar dan mengimani Allah (QS Ali Imran[3]: 110).
WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Dedeh Wahidah Achmad]