Bosan dengan Autokrasi, Ribuan Warga Aljazair Turun ke Jalan
Puluhan ribu warga Aljazair rurun di jalan-jalan ibukota dan kota-kota lainnya dalam sepekan terakhir. Menolak rencana Presiden Abdelaziz Bouteflika untuk mencalonkan diri menjadi presiden lagi. Hal itu dinilai sebagai bentuk kebosanan Dunia Arab terhadap negara autokrasi (diktator).
“Protes Aljazair baru-baru ini menunjukkan bahwa umat di Dunia Arab telah bosan dengan autokrasi politik dan ekonomi yang telah dikenakan pada mereka selama beberapa dekade,” ujar aktivis Hizbut Tahrir Maleeha Hasan, Kamis (7/3/2019).
Menurut dia, generasi muda Aljazair sangat menderita selama rezim Bouteflika. Pekerjaan langka dengan ribuan pemuda yang memenuhi syarat tidak dapat menemukan pekerjaan, tetapi menghadapi meningkatnya biaya hidup. Elit korup terus mengambil untung dari kepemilikan lepas pantai mereka dan penjualan minyak negara itu kepada pemerintah asing.
Maleeha juga mengatakan orang-orang Aljazair telah lama menyerukan agar Islam menjadi bagian dari sistem pemerintahan mereka. Pada 1991 putaran pemilihan pertama dimenangkan oleh partai Islam, Front Keselamatan Islamis. Sebagai tanggapan, militer dengan cepat mengambil larangan partai pada tahun 1992 dan negara itu dengan cepat turun ke perang saudara yang brutal yang menyebabkan kematian lebih dari 200.000 orang Aljazair pada tahun 1999.
Ketidakstabilan berikutnya telah meninggalkan dampak besar pada masyarakat Aljazair. Hal ini banyak dikutip sebagai alasan bahwa Aljazair tidak menjadi korban pemberontakan 2010 yang dialami di negara tetangga Tunisia dan tempat lain di Dunia Arab.
Namun, demonstrasi damai baru-baru ini adalah tanda bahwa rakyat sudah cukup diam dan tertekan. Generasi baru yang berdaya muncul dan dengan kehendak Allah akan menyerukan syariah Islam, menghilangkan belenggu rezim lama dan menjalani kehidupan peluang dan kemajuan, yang akan dicapai dengan menerapkan Islam sebagai sistem holistik dan ideologis.