Peradaban Barat Sedang Menuju Keruntuhan
Artikel karya David Ignatius, penulis terkemuka Amerika Serikat, pada surat kabar The Washington Post yang menyebut ‘Amerika Serikat mungkin sedang menuju ke arah kemunduran, hanya beberapa negara besar yang bisa pulih’ menunjukkan peradaban Barat sedang menuju keruntuhan.
“Peradaban Barat sedang menuju keruntuhan,” tulis majalah Al-Wa’ie (Arab), Edisi No. 455, Tahun ke-39, Dzulhijjah 1445 H/Juli 2024 M.
Artikel ini juga, tulis majalah Al-Wa’ie (Arab), menunjukkan impotensi peradaban Barat sebelum menjadi impotensi sebuah negara, dan menunjukkan bahwa Amerika sudah mulai menyusul Eropa untuk menjadi negara setua Eropa.
“Tidak seorang pun boleh meremehkan keadaan yang tengah dialami rakyat Amerika, yaitu kekosongan spiritual, dekadensi intelektual, hilangnya nilai-nilai, dominasi pemikiran egois yang mementingkan diri sendiri, pengabdian pada kemewahan, dan provokasi diskriminasi rasial,” terangnya.
Ini, jelasnya, akan menyebabkan keruntuhan pilar-pilar negara mereka dari dalam. “Ya, artikel ini lebih menyoroti rapuhnya pilar-pilar peradaban Barat meskipun bangunannya tampak besar, sehingga kombinasi antara rapuhnya pilar-pilar dan bangunannya yang besar. Inilah yang membuat runtuhnya peradaban Barat menjadi bergema sangat keras yang mengguncang dunia.
Al-Wa’ie (Arab) menyimpulkan demikian lantaran pernyataan dalam artikel tersebut bukanlah pendapat David Ignatius semata, melainkan hasil studi mendalam yang dilakukan Rand Research Corporation atas perintah Departemen Pertahanan AS (Pentagon).
Studi tersebut berjudul The Sources of Renewed National Dynamism (Sumber Dinamisme Nasional yang Diperbaharui), penulis utamanya adalah Michael J. Mazarr. Studi ini adalah bagian dari serangkaian laporan yang ditugaskan oleh kantor Pentagon untuk menilai posisi kompetitif AS dalam menghadapi kebangkitan Cina.
Hasil studi Rand, seperti yang dikutip Ignatius, menegaskan bahwa AS mempunyai banyak alat untuk melakukan pemulihan dan menghindari risiko kemunduran ini. Namun permasalahannya, sampai saat ini AS belum memiliki kesadaran dan pemahaman yang sama mengenai masalah tersebut dan bagaimana cara mengatasinya.
Ignatius menggambarkan laporan Rand sebagai laporan yang “eksplosif”, dan mengatakan bahwa laporan tersebut mempertanyakan alasan yang menyebabkan “penurunan relatif kedudukan AS.”
Ia juga menyebutkan, penelitian tersebut menunjukkan “ketika negara-negara besar tergelincir dari kepemimpinannya karena faktor internal, mereka jarang membalikkan tren ini,” dan mengubah dinamika sejarah.
Menurut Ignatius, studi tersebut menyoroti penyebab kemunduran nasional secara komprehensif, dan mengatakan bahwa di antaranya adalah kecanduan terhadap kemewahan dan dekadensi, kegagalan untuk mengikuti perkembangan teknologi, birokrasi yang kaku, hilangnya kebajikan sipil, ekspansi militer yang berlebihan, kelelahan militer, serta kehadiran kelompok elit yang egois dan bertikai, serta praktik perlindungan lingkungan yang kontradiktif.
Menurut studi tersebut, harus diambil inisiatif untuk “mengatasi masalah sebelum ia menimpa kita.”
Studi tersebut mengungkapkan bahwa dalam kaitannya dengan isu “penyelesaian masalah”, memasukkan kinerja AS pada tahun 2024 tergolong “lemah”.
Ignatius menekankan, studi Rand dengan jelas menunjukkan kegagalan mengambil inisiatif untuk bekerja demi kebaikan publik dan kebangkitan negara, kegagalan menggunakan alat reformasi, dan kegagalan menyerahkan manajemen kepada pemimpin baru yang menerapkan aturan reformasi yang cocok untuk semua orang, maka dipastikan AS akan tenggelam.