Utang LN Rugikan Kemandirian dan Keputusan Politik
Hizbut Tahrir Tunisia menilai pinjaman luar negeri merugikan kemandirian keputusan politik secara nyata.
“Pinjaman luar negeri memiliki kerugian nyata bagi kemandirian dan keputusan politik negara. Jalur pinjaman luar negeri untuk pembiayaan sebelumnya merupakan jalan menuju penjajahan langsung negara,” jelas HT Tunisia dalam Surat Terbuka dari Hizbut Tahrir Wilayah Tunisia kepada Para Pejabat Pemerintah Tunisia, Senin, 28 Rabi’ul Awal 1444 H (24 Oktober 2022).
Melalui pinjaman luar negeri tersebut, ungkap HT Tunisia, Prancis datang untuk menjajah Tunisia, dan hari ini, itu adalah cara utama untuk memperluas pengaruh dan konspirasinya melawan negara, dan tidak ada kebaikan yang pernah datang darinya. “Negara kita, Tunisia, adalah saksi terbaik untuk hal ini,” jelasnya.
Total utang publik dalam dinar berjumlah 105,7 miliar dinar pada Maret lalu, yang berarti dua kali lipat lebih dari 4 kali lipat utang dibandingkan tahun 2010 (sebesar 25 miliar dinar).
HT Tunisia menegaskan, ekonomi tidak bisa ditangani dengan cara meminjam dari organisasi internasional ini atau itu, tetapi dengan cara berdiri di atas realitas masalah ekonomi pada awalnya dan kemudian mencari cara penyelesaian yang benar, terutama karena krisis ekonomi di Tunisia bukanlah krisis sementara, melainkan krisis struktural yang mencakup semua sektor ekonomi, dan penyebab utamanya adalah sistem kapitalis yang memungkinkan, melalui undang-undang ekonominya, untuk menempatkan ekonomi negara di bawah hegemoni Barat dan senjata keuangannya.
Hal itu, menurutnya, setidaknya menyebabkan tiga hal. Pertama, pemaksaan kebijakan ekonomi steril di bawah judul reformasi ekonomi yang diperlukan lembaga keuangan ketika memberikan pinjaman, yang menghambat sektor-sektor vital seperti pertanian, industri dan perdagangan, dan mengganti sektor-sektor marjinal seperti pariwisata dengan mereka.
“pengenaan Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa, yang menghancurkan tatanan industri, meningkatkan tingkat pengangguran dan kemiskinan, dan memperdalam defisit perdagangan,” ungkapnya.
Kedua, pengambilalihan lembaga-lembaga publik dan penjarahan kekayaan negara, gas, mineral dan lain-lain oleh perusahaan kolonial atas nama investasi asing.
Ketiga, menghubungkan dinar ke mata uang asing, menyebabkan nilainya menurun hampir kehilangan nilainya. Dinar Tunisia terdepresiasi terhadap dolar selama tahun-tahun setelah revolusi sebesar 128% (1,42 dinar per dolar pada 2011 menjadi 3,25 dinar saat ini).
“Selain itu, sistem kapitalis itu sendiri adalah akar dari penyakit dan penderitaan terburuk karena fondasi kehidupan ekonomi kapitalis dibangun bersifat destruktif,” tegasnya.