Memperjuangkan Risalah Para Pemenang
Momentum kelahiran Rasulullah saw. ke muka bumi bukan sekadar kelahiran anak keturunan Adam as., melainkan momentum menuju kelahiran risalah unggul yang diemban para pemenang. Risalah ini wajib dimenangkan atas seluruh agama dan keyakinan:
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ٩
Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia menangkan di atas segala agama-agama meskipun kaum musyrik membenci (QS ash-Shaff [61]: 9).
Allah ’Azza wa Jalla ketika memperkenal-kan Diin-Nya menegaskan li yuzhhirahu ‘alâ al-dîn kullihi, diawali huruf lâm al-ta’lîl. Ini menjadi penanda hikmah turunnya risalah Islam sebagai petunjuk dan satu-satunya Diin yang benar, hadir untuk diunggulkan atas seluruh agama (tanpa pengecualian). Syaikh Muhammad ’Ali ash-Shabuni menukil maqâlah Abu Su’ud al-’Imadi (w. 982 H) dalam Shafwat at-Tafâsîr (VIII/245) yang menuturkan: “Sungguh Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya dengan kecenderungan pada Dinul Islam. Ia menjadi topik pembicaraan. Tidaklah tersisa agama dari berbagai agama yang ada, melainkan telah terkalahkan dan tertundukkan oleh Dinul Islam.”
Risalah Islam menjadi rahmat bagi semesta alam (QS al-Anbiyâ’ [21]: 107), menjadi sebab kemuliaan orang-orang beriman (QS al-Munâfiqûn [63]: 8). Isyarat-isyarat kemenangan pun mengemuka dalam berbagai petunjuk tersurat dan tersirat.
Isyarat Kemenangan dalam Momentum Kelahiran Rasulullah saw.
Isyarat kemenangan bahkan telah mengemuka pada momentum detik-detik kelahiran Rasulullah saw. ke dunia yang dihiasi dengan beragam peristiwa luar biasa (khawâriq li al-’âdah). Semuanya mencerminkan irhâshât (berbagai tanda karâmah bagi calon nabi). Disepakati ia terlahir ke dunia pada Hari Senin di Makkah al-Mukarramah pada ’آm al-Fîl, yakni Tahun Gajah, sebagai kinâyah dari peristiwa datangnya serbuan Pasukan Gajah dan Abrahah dari Habasyah yang hendak menghancurkan Ka’bah, namun berakhir dengan kebinasaannya (lihat: QS. al-Fîl [105]: 1-5).
Para ulama pakar sîrah, Al-Imam al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Dalâ’il an-Nubuwwah (I/126), al-Hafizh Ibn Katsir (w. 774 H) dalam As-Sîrah an-Nabawiyyah (I/215), sebagaimana diringkas dalam kitab Ar-Rahîq al-Makhtûm (hlm. 45) karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri (w. 1427 H), mengisahkan berbagai khawâriq li al-’âdah yang menandakan akan tunduknya segala agama-agama yang menyimpang dari ajaran Allah kepada Islam. Di antaranya: “Diriwayatkan bahwa berbagai macam kejadian luar biasa tanda kenabian terjadi ketika kelahiran Nabi saw.: hancurnya empat belas balkon Istana Kisra (Persia); padamnya api yang disembah penganut Majusi (sebelumnya tidak pernah padam selama 1000 tahun); runtuhnya gereja-gereja di daerah Buhairah setelah sebelumnya ambles.”
Mahabenar Allah Yang berfirman:
وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا ٨١
Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS al-Isrâ’ [17]: 81).
Syaikh Ali ash-Shabuni dalam Shafwat at-Tafâsîr (II/158) menjelaskan bahwa Allah mengunggulkan Diin-Nya di atas agama-agama. Allah memancarkan cahaya kebenaran dan sinarnya, yakni Dinul Islam, dan melenyapkan kebatilan dan penyokongnya. Dengan demikian momentum kelahiran Nabi saw., hakikatnya momentum terbitnya fajar kemenangan Islam.
Benarlah apa yang disenandungkan Al-’Abbas bin ’Abdul Muthallib ra. pada momentum kelahiran beliau:
وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ الأَرْضُ #
وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الأُفُقُ
فَنَحْنُ مِنْ ذَلِكَ النُّورِ فِي الضِّيَاءِ #
وَسُبْلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
Engkaulah yang tatkala dilahirkan termuliakan bumi ini/Bersinar dengan cahayamu ufuk sana
Lalu dari cahaya itu kami berada dalam sinar terang/dan jalan-jalan petunjuknya
Tidak berhenti pada berbagai fenomena luar biasa di atas, selama hidupnya Rasulullah saw. pun mengabarkan berbagai janji kemenangan umat Islam: tegaknya Kekhilafahan di atas manhaj kenabian, takluknya Konstantinopel dan Rûm, kekuasaan umat dari Timur hingga Barat, dan lainnya yang seluruhnya menuntut pembenaran, Syaikh Nawawi al-Bantani (w. 1314 H) berkata:
وَأَوْجَبَ التَّصْدِيْقَ لِلأَمِين #
فِيْ كُلِّ مَا جَاءَ بِهِ فِيْ الدِّيْنِ
(Dia) mewajibkan pembenaran atas al-Amîn/dalam setiap hal yang datang dalam perkara ad-Dîn
Visi Generasi Pemenang
Visi agung sebagai pemenang ini yang kemudian tampak pada lisan yang terucap dalam pernyataan Rib’i bin ‘Amir r.a., salah seorang pejuang Islam yang mulia dan pemberani. Saat itu ia diutus Panglima Jihad, Saad bin Abi Waqqash r.a., menjumpai Rustum (pemimpin pasukan Persia) yang mengundang dirinya untuk menjelaskan visi kaum Muslim mendatangi wilayahnya, sebelum meletus Pertempuran al-Qadisiyyah (636 M). Rustum bertanya, “Apa tujuan yang membawa kalian ke sini?” Rib’i bin ‘Amir ra. menegaskan:
لَقَدْ اِبْتَعَثَنَا الله لِنُخْرِجَ الْعِبَادَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ رَبِّ الْعِبَادِ، وَمِنْ جُوِرِ اْلأَدْيانِ إِلَى عَدْلِ اْلإِسْلاَمِ، وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَةِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَة
Sesungguhnya Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan hamba dari penyembahan kepada hamba menuju penyembahan kepada Tuhan para hamba (Allah) semata, dari kezaliman berbagai agama kepada keadilan Islam, dan dari dari kesempitan dunia menuju kelapangan dunia dan akhiratnya.
Merdeka yang hakiki dibuktikan dengan penyembahan terhadap Allah semata, juga sikap mengunggulkan Islam yang Allah ridhai di atas segala keyakinan dan pandangan hidup selainnya. Tidak ada jalan kemuliaan kecuali dengan Islam. Tidak ada solusi bagi persoalan hidup di dunia melainkan dengan menerapkan Islam.
Perjuangan di Akhir Zaman: Penuh Tantangan
Jauh-jauh hari bahkan Rasulullah saw. bersabda memotivasi para pejuang untuk menantang badai, menghadapi ujian untuk menaikkan kedudukan mereka di hadapan Allah SWT:
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَه عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُه لهم وَإِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهاَ وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلَاء وَأُمُورٌ تُنْكِرُوَها وَتَجِيء فِتْنَة فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيء الْفِتْنَة فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُه وَهُوَ يُؤْمِنُ بالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
Sesungguhnya tidaklah seorang nabi sebelum diriku diutus, melainkan ia pasti menuntun umatnya pada kebaikan yang telah ia ketahui (diajarkan Allah) kepada mereka, dan memperingatkan mereka atas bahaya yang ia ketahui (mengancam) mereka. Sesungguhnya umat kalian ini, dijadikan keselamatan pada permulaannya, dan yang terakhir akan ditimpa cobaan dan berbagai perkara yang kalian ingkari (tidak disukai). Lalu timbul fitnah (bencana) hingga satu sama lain saling merendahkan, dan timbul fitnah hingga seorang Mukmin berkata, “Inilah yang membinasakanku!” Kemudian fitnah tersebut hilang. Lalu timbul fitnah lainnya hingga seorang Mukmin lainnya berkata, “Ini! Ini!” Siapa saja yang ingin terbebas dari siksa neraka, dan memasuki jannah-Nya, hendaklah ia menemui kematiannya dalam keadaan beriman kepada Allah, Hari Akhir, dan hendaklah ia berjasa menghadirkan kepada orang-orang sesuatu yang ia sukai untuk dihadirkan kepadanya (suatu kebaikan).” (HR Muslim dan an-Nasa’i).
Hadis yang mulia ini memperingatkan tibanya masa tatkala fitnah datang silih berganti (cobaan berat). Mereka yang selamat adalah mereka yang istiqamah dalam keimanan dan keikhlasan berjuang menegakkan Islam hingga maut menjemput. Hidup mulia sebagai pejuang Islam, atau mati syahid sebagai pemenang, bukankah ia sebaik-baiknya keadaan? WalLâhu a’lam. [Irfan Abu Naveed, M.Pd.I; (Peneliti Balaghah al-Quran dan Hadis Nabawi)]