Nisa

Optimalisasi Dakwah Selama Ramadhan

Marhaban yâ Ramadhân …

Allah SWT telah menganugerahkan  kepada kaum Muslim bulan Ramadhan dengan keutamaan dan kekhususan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya.  Ini adalah nikmat dan karunia Allah kepada para hamba-Nya agar mereka bersemangat mendekatkan diri kepada Diri-Nya dan meninggalkan perbuatan yang Dia murkai. Caranya dengan memperbanyak amal kebaikan.   Apakah itu menuntut ilmu, beribadah, memenuhi akad atau muamalah lainnya, menghiasi diri kita dengan akhlak  terpuji,  juga berdakwah.  Selama Ramadan kita punya kesempatan berdakwah yang luas. Pasalnya, siapapun pada bulan ini kondisi ruhiahnya sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Rasulullah saw bersabda:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Siapa saja yang menunjuki (manusia) pada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala pelaku kebaikan tersebut (HR  Muslim).

 

Bahkan Rasulullah saw. dan para Sahabatnya, selama Ramadan, tidak hanya memperbanyak ibadah mahdhah saja, tetapi melaksanakan semua amal kebaikan, termasuk berdakwah.  Bahkan Rasulullah dan para Sahabat melakukan jihad fî sabilillah pada bulan Ramadan. Di antaranya Perang Badar al-Kubra, penaklukan Makkah (Futuh Makkah) ataupun Perang Salib.  Perang-perang tersebut terjadi pada Bulan Ramadan. Para Sahabat dan umat Islam yang ikut berperang pada waktu itu tengah berpuasa! Mâsyâ AlLâh.

Pada Bulan Ramadan inilah berbagai kemenangan diraih oleh umat Islam dengan gilang gemilang.

 

Berdakwah dalam Kondisi Apapun

Kondisi kita sekarang memang tidak sama bahkan jauh berbeda dengan masa Rasulullah saw. dan Sahabat. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak bisa berjuang  untuk umat dan agama Islam.  Di tengah kondisi umat yang serba sulit saat ini, akibat penerapan sistem kehidupan yang tidak islami, justru di sinilah tugas kita semua untuk berjuang bersama-sama mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah umat. Dengan itu, di bawah naungan Islam seluruh umat manusia akan hidup tenteram dan sejahtera. Ini semua akan terwujud dengan melakukan dakwah Islam.

Dakwah adalah misi  yang agung dan  mulia. Dakwah merupakan misi para nabi dan rasul yang mulia. Dakwah merupakan amal yang terbaik. Dakwah mengajak umat pada lurusnya iman. Dengan dakwah mereka akan dijadikan sebagai sebaik-baiknya umat.  Dengan dakwah amal islami di dalam pribadi dan masyarakat akan terpelihara.

Hanya saja, dalam perjalanannya, dakwah  tak akan pernah sepi dari rintangan dan cobaan. Cita-cita yang besar memang membutuhkan curahan tenaga, perhatian dan pastinya pengorbanan yang juga besar. Tanpa itu semua, keinginan menggapai kemuliaan hidup hanyalah  mimpi belaka.

Karena itu setiap Muslim,  baik laki-laki maupun perempuan, harus memiliki pemahaman yang kuat bahwa  dakwah  harus menjadi  poros hidup. Rasulullah saw. Pun mencontohkan betapa dakwah menjadi poros hidup beliau. Ketika para pembesar Quraisy mendatangi pamannya untuk meminta beliau menghentikan aktivitas dakwah, beliau menyatakan dengan tegas, “Andai mereka dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwah ini maka hingga Allah memenangkannya atau aku binasa di jalannya, aku tak akan meninggalkan dakwah ini.” (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, I/266).

Sudah seharusnya, kita sebagai umat Islam menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa kita adalah para pembela dakwah.  Tanpa dakwah, Islam tidak akan tegak. Dakwah merupakan pilar kebaikan individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan merupakan suatu keniscayaan.

 

Optimalisasi Dakwah Selama Ramadan

Ramadan, karena tengah berpuasa, bukan halangan bagi Rasulullah saw. dan para Sahabat untuk tetap melakukan amal shalih,  termasuk aktivitas dakwah, bahkan aktivitas jihad dalam rangka meninggikan kalimat Allah.

Dengan meneladani mereka, kita bisa mengambil pelajaran betapa Ramadan bukan sekadar bulan untuk memperbanyak ibadah sunnah, seperti  shalat tarawih, tadarus al-Quran dan  sedekah. Bukan pula sekadar melaksanakan kewajiban individual seperti shaum  dan zakat fitrah semata.  Pada bulan ini, Rasulullah, para Sahabat dan generasi setelah mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban mulia: dakwah dan jihad fi sabilillah. Rasa lapar dan haus bukan halangan bagi mereka untuk meninggikan kalimah tauhid dan menghancurkan kekufuran. Ramadhan telah memberikan kemenangan yang besar bagi kaum Muslim generasi terdahulu. Bagaimana dengan kita saat ini?

Sudah selayaknya setiap Ramadan,  umat Islam saat ini pun harus senantiasa membangkitkan semangat perjuangan untuk menegakkan syariah Islam, sekaligus mengembalikan sistem Islam sebagai sistem kehidupan yang harus diterapkan dan ditegakkan oleh umat Islam saat ini.  Semoga pula semangat perjuangan kita semakin bangkit menyaksikan berbagai kezaliman dan penindasan  yang dilakukan oleh para penguasa di negeri tercinta ini.

Selama sistem kapitalis sekuler tetap diterapkan di muka bumi ini, penindasan dan kezalimanan ini akan terus menimpa umat Islam di muka bumi ini.  Karena itu sudah saatnya bagi kita untuk senantiasa meningkatkan intensitas ibadah, kepedulian, dan ruh perjuangan menegakkan syariah Islam terutama pada bulan Ramaddan ini dan selepas Ramaddan nanti.  Tentu dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para Sahabat beliau.

Apalagi pada bulan Ramadan ini ghirah umat Islam, terutama para ibu sedang tinggi-tingginya. Mereka sangat bersemangat untuk tadarusan/membaca al-Quran bersama-sama dan juga menuntut ilmu.  Sni semua menjadi lahan dakwah kita untuk menyampaikan Islam kepada ibu-ibu dan juga para  remaja putri.  Kita ajak mereka berpikir tentang kondisi kita—umat Islam—saat ini, di tengah berbagai kesulitan yang menimpa, temasuk mahal dan  langkanya beberapa kebutuhan pokok yang biasanya mudah didapat.   Ini semua menjadi kesempatan kita untuk menjelaskan rusaknya sistem sekuler kapitalis yang saat ini tengah mengungkung negeri ini. Apalagi penguasa sama sekali tidak peduli  dengan  nasib rakyatnya. Mereka bahkan semakin menampakkan kezalimannya kepada rakyatnya.

Ketika mereka mampu mengindera fakta bahkan mengalaminya sendiri, maka ini akan memudahkan mereka untuk memahami situasi yang ada, bahwa kondisi rakyat saat ini tengah dizalimi oleh penguasa.   Di sinilah peluang yang sangat besar bagi kita untuk menjelaskan dan memahamkan ke tengah-tengah umat, termasuk para ibu  tentang Islam, bagaimana Islam menjamin kebutuhan pokok rakyatnya, bagaimana peran negara terhadap umatnya dan banyak lagi.

Proses pencerdasan ini kita lakukan terus-menerus. Dengan itu umat, termasuk para ibu, benar-benar paham tentang Islam. Selanjutnya mereka bersemangat untuk belajar Islam dan hukum-hukumnya  lebih mendalam lagi, juga bersemangat untuk menerapkannya dalam kehidupan; menjadikan syariah Islam sebagai pijakan dalam menjalani kehidupannya dan pada akhirnya akan rindu untuk menerapkan Islam kâffah. Ini semua akan menjadi pendorong yang sangat kuat untuk berupaya membuang sistem sekuler kapitalis yang rusak dan menggantinya dengan sistem Islam.   Mereka akan dengan sukarela berada di garda terdepan untuk memperjuangkan Islam kâffah bersama-sama dengan para bapak-bapak dalam barisan yang rapi  agar  syariah Islam bisa tegak kembali di muka bumi ini.

AlLaahumma sallimnaa fî Ramadhaan wa sallim Ramadhaana lî. 

WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Najmah  Saiidah]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eleven − three =

Back to top button