Opini

Penyakit Akut Politisi Demokrasi

Baliho-baliho bernuansa politik mulai terlihat di ruang-ruang publik. Disebut bernuansa politik karena yang nampang adalah para politisi. Bahkan sebagian ada yang membawa pesan ke arah Pilpres 2024.

Menanggapi maraknya baliho-baliho para politisi tersebut, pengamat politik komunikasi massa dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menegaskan bahwa tidak tepat di tengah sulitnya masyarakat saat pandemi, para politisi berlomba memasang baliho. Tentu arahnya untuk naiknya elektabilitas di Pilpres 2024. Mestinya mereka peka. Membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi. Bahkan Hendri Satrio menyayangkan dengan berkata, “Mereka itu orang pintar, masak harus diberitahu”.

Senada dengan itu, Dosen Komunikasi Politik, Putri Hergianasari juga menyayangkan sikap para politisi demikian.

Jika kita menengok kondisi pandemi di Indonesia yang berlangsung sejak Maret 2020. Pilkada serentak 2020 tetap saja diselenggarakan. Banyak pihak yang sudah mengingatkan untuk tidak ditiadakan. Mengingat Pilkada tersebut menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Tidak tanggung-tanggung, biaya Pilkada serentak 2020 membengkak hingga Rp 20,49 Triliun. Mestinya biaya yang demikian besar bisa disalurkan negara untuk penanggulangan pandemi dan membantu meringankan kesulitan ekonomi rakyat.

Bahkan lebih miris lagi, dana bansos Covid pun dikorupsi. Demikianlah potret track record politisi dalam sistem demokrasi. Sistem Demokrasi telah melahirkan para politisi yang tidak peka dengan penderitaan rakyat. Mereka hanya sibuk mengurus kepentingan pribadi dan partai serta kelompoknya.

Berbeda dengan Islam. Sebab, politik dalam Islam, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Afkaru Siyasi, didefiniskan sebagai: Politik itu adalah mengurusi urusan umat baik dalam negeri maupun di luar negeri. Yang mengurusi adalah negara dan umat. Adapun negara adalah pihak yang mengurusi secara langsung. Adapun umat itu pihak yang melakukan koreksi pada negara.

Jadi politisi dalam Islam bukanlah sosok yang egois, tidak empati dengan urusan rakyat dan mempunyai ambisi kekuasaan. Tatkala seorang politisi tersebut kebetulan berkuasa, maka mereka menjadi sosok yang tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan kemaslahatan rakyatnya.

Rasulullah saw. bersabda mengenai sosok pemimpin dan tugasnya, “Pemimpin atas manusia itu adalah pengurus rakyat. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR Muslim).

Paradigma Islam tentang politik dan politisi semacam ini hanya bisa diwujudkan dalam sistem kehidupan yang berasaskan akidah Islam dan menerapkan Islam secara paripurna. [Ainul Mizan ; (Peneliti LANSKAP)]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen + 16 =

Check Also
Close
Back to top button