Siyasah Dakwah

Thalabun-Nusrah dan Tahapan Dakwah HT

Soal:

Assalamu‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Semoga Allah memberikan balasan atas apa yang telah Anda lakukan. Semoga Allah pun menolong Anda di jalan yang mulia ini. Saya mempunyai pertanyaan tentang metode kenabian untuk menegakkan Khilafah.

Sebagaimana yang kita tahu, ada tiga tahapan dalam metode ini (yakni: tatsqif [pembinaan/pengkaderan], tafa’ul ma’a al-ummah [interaksi dengan masyarakat] dan istilâm al-hukm [penerimaan kekuasaan], red.).

Dari paragraf ini, saya paham bahwa aktivitas mencari nushrah ada di tahapan kedua. Saya bertanya ke beberapa orang partai yang dapat dipercaya tentang ini. Namun, pemikiran tentang konsep ini terbagi. Sebagian mengatakan bahwa aktivitas mencari nushrah adalah aktivitas tahapan ketiga. Yang lain mengatakan, aktivitas mencari nushrah bagian dari tahapan kedua dan aktifitas ini berjalan paralel dengan aktivitas interaksi (tafâ’ul) dengan umat.

Berkaitan dengan jawaban itu, saya pun ingin tahu di tahapan mana Hizbut Tahrir sekarang ini.

Semoga Allah memberi Anda balasan yang lebih baik. [Um Zeyd-Belgia].

 

Jawab:

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.

Topik yang Anda tanyakan berasal dari booklet Manhaj Hizbut Tahrîr fî Taghyîr sebagai berikut:

 

Hizbut Tahrir (HT) menyimpulkan dari kajian ini bahwa aktivitas thalab an-nushrah (memperoleh pertolongan)  berbeda dari aktivitas ats-tsaqâfah pada tahapan pertama dan aktivitas interaksi (tafâ’ul) pada tahapan kedua. Meski demikian, thalab an-nushrah itu terjadi di tahapan kedua, yakni tahapan tafâ’ul. Thalab an-nushrah merupakan bagian dari metode (tharîqah) yang wajib diikuti ketika masyarakat jumud di tahapan dakwah dan serangan terhadap mereka makin keras.

Oleh karena itu, HT melakukan thalab an-nushrah di samping banyak aktivitas yang dilakukan. HT mulai mencari nushrah dari orang-orang yang memiliki kemampuan memberikan nushrah. HT mencari nushrah itu untuk dua tujuan.

Pertama: Mencari perlindungan (thalab al-himâyah) sehingga HT mampu berjalan dalam mengemban dakwah dengan aman.

Kedua: Mengantarkan HT ke tampuk pemerintahan untuk menegakkan Khilafah dan mengembalikan hukum Allah yang telah diturunkan di dalam kehidupan, negara dan masyarakat.

Bersamaan dengan pelaksanaan aktivitas thalab an-nushrah, HT terus melakukan semua aktivitas yang dilakukan sebelumnya: mengadakan kajian murakkazah dalam halaqah-halaqah, tatsqîf jama’i, fokus kepada umat agar mereka mengemban Islam dan mewujudkan opini umum di tengah umat, melawan negara-negara kafir imperialis dan megungkap rencana-rencananya dan menelanjangi berbagai konspirasinya, mengoreksi para penguasa, tabanni mashalih umat dan pemeliharaan urusan umat. HT terus melakukan semua itu dengan berharap kepada Allah agar merealisasi untuk HT dan untuk umat Islam keberuntungan, pertolongan dan keberhasilan. Dengan itulah terwujud tahapan ketiga: Khilafah ar-Rasyidah tegak. Ketika itu kaum Mukmin bergembira karena pertolongan Allah. Selesai.

 

Anda bertanya tentang aktivitas thalab an-nushrah, apakah bagian dari tahapan kedua, yakni dari tahapan tafâ’ul ataukah termasuk tahapan ketiga, yakni dari tahapan penerimaan kekuasaan.  Anda pun bertanya tentang tahapan di mana HT berada saat ini.

Kami telah menjawab pertanyaan semisal ini dengan jawaban yang detil pada 13 Sya’ban 1434 H/22 Juni 2013. Tampak bahwa Anda belum menelaah jawaban itu. Oleh karena itu saya mengutipkan kembali teksnya seolah itu merupakan jawaban langsung atas pertanyaan Anda, khususnya bagian pertama dari pertanyaan.

Di dalam Jawab-Soal yang dimaksud disebutkan sebagai berikut:

 

Thalab an-nushrah adalah pada akhir tahapan at-tafâ’ul.  Jika ahlul quwwah merespon, dan mereka mampu melakukan perubahan, maka tahapan ketiga telah datang atas izin Allah.  Kami telah merinci masalah ini di dalam buku kami, khususnya Al-Manhaj.  Berikut ini beberapa perkara sebagai penjelasan:

 

Rasul saw. mulai mencari nushrah selama tahapan tafâ’ul.  Saat itu Abu Thalib meninggal. Masyarakat Makkah jumud dan tertutup di hadapan Rasul saw. Dengan meninggalnya Abu Thalib, penyerangan Quraisy kepada Rasul makin sengit sampai pada tingkat yang belum pernah mereka lakukan semasa hidup paman beliau, Abu Thalib. Jadilah perlindungan kepada Rasul saw. menjadi lebih lemah daripada perlindungan pada masa Abu Thalib.  Lalu Allah SWT mewahyukan kepada beliau untuk menyodorkan diri beliau kepada kabilah-kabilah Arab untuk meminta perlindungan dan nushrah mereka kepada beliau. Dengan itu beliau mampu menyampaikan wahyu Allah SWT—yang dengan itu beliau diutus oleh Allah—dalam keadaan aman dan terlindungi.  Ibnu Katsir menyatakan di dalam Sîrah an-Nabawwiyah li Ibni Katsîr dari Ali bin Abi Thalib:

لَمَا أَمَرَ اللهُ رَسُوْلَهُ أَنْ يَعْرَضَ نَفْسَهُ عَلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ خَرَجَ وَأَنَا مَعَهُ وَأَبُوْ بَكْرٍ إِلَى مِنَى حَتَّى دَفَعْنَا إِلَى مَجْلِسٍ مِنْ مَجَالِسِ الْعَرَبِ

Ketika Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyodorkan diri beliau kepada kabilah-kabilah Arab, beliau dan saya serta Abu Bakar keluar bersama beliau ke Mina hingga kami datangi majelis-majelis orang Arab.

 

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Ibn ‘Abbas dari ‘Abbas: Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku:

لاَ أَرَى لِيْ عِنْدَكَ وَلا عِنْدَ أَخِيْكَ مَنَعَةً، فَهَلْ أَنْتَ مُخْرِجِيْ إِلَى السُّوْقِ غَدًا حَتَّى نَقِرُّ فِيْ مَنَازِلِ قَبَائِلِ النَّاسِ – وَكَانَتْ مَجْمَعَ الْعَرَبِ – قَالَ : فَقُلْتُ هَذِه كِنْدَةَ وَلَفُّهَا، وَهِيَ أَفْضَلُ مَنْ يَحُجُّ مِنْ الْيَمَنِ، وَهَذِهِ مَنَازِلُ بَكْرٍ بْنِ وَائِلٍ، وَهَذِه مَنَازِلُ بَنِيْ عَامِرٍ بْن صَعْصَعَةِ، فَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ، قَالَ : فَبَدَأَ بِكِنْدَةَ فَأ تَا هُمْ

“Saya tidak melihat pada dirimu dan saudaramu perlindungan. Maukah engkau menemaniku keluar ke pasar besok hingga kita berdiam di tempat-tempat singgah kabilah-kabilah orang—dan mereka adalah sekumpulan orang Arab.”  Abbas berkata: Aku berkata, “Ini Kindah dan kemahnya. Mereka adalah orang terbaik yang menunaikan haji dari orang Yaman. Ini tempat singgah Bakar bin Wail. Ini tempat singgah Bani Amir bin Sha’sha’ah.  Pilihlah untuk dirimu.” Abbas berkata lagi: Beliau kemudian memulai dengan Kindah dan mendatangi mereka.

 

Jelas bagi ahlul quwwah, “kabilah-kabilah” pada waktu itu, yang diminta nushrah mereka oleh Rasul saw.  Jelas bagi mereka bahwa yang diminta adalah mereka melindungi Rasul saw. dan memungkinkan beliau mendirikan entitas di tengah mereka yang disitu diterapkan hukum-hukum Allah SWT. Artinya, mereka paham dengan gamblang dan jelas bahwa nushrah tersebut adalah untuk mendirikan dawlah yang memerintah dan berjihad. Oleh karena itu Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, ketika Rasul saw. meminta nushrah mereka, mereka berkata:

أَرَأَيْتَ إِنْ نَحْنُ نحن بَايَعْنَاكَ عَلَى أَمْرِكَ، ثمَّ أَظْهَرَكَ اللهُ عَلَى مَنْ خَالَفَكَ، أَيَكُونُ لَنَا الْأَمْرُ مِنْ بَعْدِكَ؟ قَالَ : الْأَمْرُ إلَى اللهِ يَضَعُهُ حَيْثُ يَشَاءُ . قَالَ : فَقَالَ لَهُ : أفَتُهدَف نحورُنا لِلْعَرَبِ دُونَكَ، فَإِذَا أَظْهَرَكَ الله كَانَ الْأَمْرُ لِغَيْرِنا ! لاَ حَاجَةَ لَنَا بأمرك فَأَبَوْا عَلَيْهِ

“Bagaimana pandanganmu jika kami membaiatmu atas urusanmu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menyelisihimu, apakah perkara sesudahmu menjadi milik kami?”  Rasul menjawab, “Perkara (kekuasaan) terserah kepada Allah. Dia meletakkannya sesuai kehendak-Nya.” Abbas berkata: Lalu salah seorang dari mereka berkata kepada beliau, “Apakah kami dikorbankan agar orang Arab melidungi kamu, sementara jika Allah memenangkan-mu, urusan (kekuasaan) milik  selain kami? Kami tidak ada keperluan dengan urusanmu.” Lalu mereka menolak beliau. 

 

Artinya, mereka mengetahui bahwa nuhsrah tersebut adalah untuk menegakkan kekuasaan (Negara).  Mereka ingin agar mereka menjadi penguasanya setelah Rasulullah saw.

Bani Syaiban juga berkata kepada Rasul saw. ketika beliau meminta nushrah mereka:

وَإِنَّماَ نَزَلْنَا بَيْنَ ضَرَّتَيْنِ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَاتان الضَّرَّتان ؟ قال: اَنْهَارُ كِسْرَى وَمِيَاهُ الْعَرَبْ، وَإِنَّماَ نَزَلْنَا عَلَى عَهْدِ أَخْذِه، عَلَيْنَا كِسْرَى لا نُحْدِثُ حَدَثا وَلاَ نُؤْوِيْ مُحْدِثًا وَإِني أَرَى هَذَا اْلأَمْرَ الَّذِيْ تَدْعُوْ إِلَيْهِ مِمَّا تَكْرَهُهُ الْمُلُوْكُ، فَإِنْ أَحْبَبْتُ أَنْ نُؤْوِيَكَ وَنَنْصُرَكَ مِمَّا يَلِيْ مِيَاهُ الْعَرَبِ فَعَلْنَا، فَقَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَسَأْ تُمْ في الرَّدِّ إِذْ أَفْصَحْتُمْ بِالصِّدْقِ، وَإِنَّ دِيْنَ الله لَنْ يَنْصُرُهُ إِلاَّ مَنْ أَحَاطَهُ مِنْ جَمِيْعِ جَوَانِبِهِ

“Sungguh kami tinggal diantara dua bahaya.”  Rasul bersabda, “Apakah dua bahaya itu?” Ia berkata, “Sungai Kisra dan Perairan Arab.  Sesungguhnya kami tinggal di atas perjanjian yang diambil oleh Kisra atas kami bahwa kami tidak membuat insiden dan tidak mendukung pembuat insiden.  Saya melihat perkara ini yang engkau serukan termasuk apa yang tidak disukai oleh para raja.  Jika engkau ingin kami mendukungmu dan menolongmu dari apa yang mengikuti perairan Arab, kami lakukan.”  Rasululah saw. pun bersabda, “Engkau tidak berlaku buruk dalam menolak sebab engkau menjelaskan dengan jujur.  Sesungguhnya agama Allah itu tidak akan ditolong kecuali oleh orang yang melingkupi dirinya dari segala sisinya.”

 

Jadi mereka memahami bahwa nushrah itu berarti pemerintahan dan jihad melawan orang Arab dan non-Arab.  Karena itu mereka setuju memerangi orang Arab, sedangkan Persia, tidak.

Kemudian ketika Allah SWT memutuskan perkara tersebut, maka terjadilah Baiat Aqabah kedua yang merupakan nushrah untuk menegakkan dawlah di Madinah.  Setelah itu masuklah tahapan ketiga, yakni penegakan dawlah.

Jelaslah dari semua itu bahwa thalab an-nushrah adalah sebelum tahapan ketiga, yakni pada tahapan tafâ’ul.

Ini pula yang dilakukan oleh HT ketika memulai aktivitas thalab an-nushrah pada tahun 60-an abad ke-20. HT masih terus melakukan hal ini.  Kami memohon kepada Allah SWT agar memuliakan umat ini dengan para penolong (anshâr) yang mengembalikan jejak langkah kaum Anshar yang pertama. Dengan itulah Daulah Islam ditegakkan, yakni Daulah al-Khilafah ar-Rasyidah, dan rayah al-‘Uqab, Rayah Rasulullah saw., berkibar di ketinggian.  Pada hari itu kaum Mukmin bergembira karena pertolongan Allah. Selesai.

 

Adapun pada tahapan mana HT berada sekarang, maka juga jelas dari paparan di atas. Dengan tegas, HT bukan di tahapan ketiga sebab tahapan ketiga berarti penerimaan pemerintahan dan langsung penerapan Islam secara revolusioner dan menyeluruh di dalam Negara. Perkara ini belum terealisasi untuk HT. Namun, HT ada di akhir tahapan tafâ’ul. HT terus berjuang dengan segenap kesungguhan dan keseriusan untuk melanjutkan kehidupan islami dengan menegakkan Khilafah ar-Rasyidah dengan izin Allah. Khilafah ar-Rasyidah ini akan menyelamatkan umat manusia dari kegelapan kebodohan dan kekufuran serta mengembalikan mereka ke cahaya kebenaran dan Islam. HT sangat yakin bahwa hal itu pasti terjadi dengan izin Allah. Untuk segala sesuatu ada ketetapannya.

Saya berharap perkara tersebut telah menjadi jelas dan kerancuan yang terjadi dalam memahami paragraf di booklet Al-Manhaj telah hilang.

Saudaramu Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah.

 

22 Rajab 1440 H

29 Maret 2019 M

 

Sumber:

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer-hizb/ameer-cmo-site/59030.html

https://www.facebook.com/AmeerhtAtabinKhalil/posts/1026324667564604?__tn__=K-R

https://plus.google.com/u/1/b/100431756357007517653/100431756357007517653/posts/Tiaist9NgQJ

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × one =

Back to top button