Optimisme Perjuangan Islam
Pemilu 2019 dinilai banyak kalangan sebagai Pemilu gagal dan terburuk sepanjang sejarah negeri ini. Selain menelan korban jiwa, Pemilu 2019 juga memakan belasan ribu korban sakit yang harus dirawat di rumah sakit.
Menanggapi banyaknya korban Pemilu, Ketua KPU Arief Budiman menyatakan hanya menjalankan UU yang dia akui sebagai desain Pemilu berat akibat aturan ketat soal tenggat waktu tiap tahapannya (28/4/19).
Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, menanggapi tragedi nasional ini, membandingkan Pemilu 2019 dengan kerja paksa zaman kolonial Belanda. Menurut dia, jumlah korban petugas KPPS lebih banyak dibanding korban saat kerja paksa. Fadli Zon meragukan penyebab utama korban berjatuhan Pemilu 2019 akibat kelelahan (CNN Indonesia, 03/05/19).
Ironisnya, lara di balik petaka Pemilu 2019 ini telah menelan anggaran uang rakyat sebesar Rp 25 triliun. Peneliti senior Populi Center, Afrimadona mengatakan Pemilu serentak 2019 malah membuat dana penyelenggaraan menjadi mahal, baik dalam hal biaya materi, politik maupun sosial.
Dalam bahasa Ahmad Syafii Maarif, demokrasi itu cacat dan banyak bopengnya. Maarif membeberkan gambaran demokrasi yang tak kunjung menemukan bentuk yang memuaskan. Diakui bahwa demokrasi merupakan sistem politik yang sarat dengan praktik politik uang (money politic). Bahkan demokrasi juga jauh panggang dari api soal pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam hal pemerataan kesejahteraan rakyat, bagi Syafii, demokrasi sangat mengecewakan. Indonesia akan terus bergelut dan berputar dalam lingkaran setan yang melelahkan (Republika, 16/04/19).
Terbukti, akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme demokrasi, negeri ini justru makin terpuruk dan terjerat hutang rentenir dunia yang makin menggunung hingga disebut sebagai telah mencapai level berbahaya. Dalam statistik hutang luar negeri Indonesia edisi Maret 2019 yang dirilis oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, Pemerintah mencatat ULN sebesar 383,3 miliar dolar atau setara dengan Rp. 5.366 triliun dengan kurs Rp 14.000.
Utang LN Indonesia terdiri dari utang Pemerintah dan Bank Sentral sebesar 190,2 miliar dolar (Rp 2.663 triliun), serta utang swasta termasuk BUMN sebesar 193,1 miliar dolar (Rp 2.703 triliun). Hal ini belum dihitung per April saat negeri ini menandatangani proyek OBOR Cina yang artinya akan menambah lagi jeratan utang LN.
Indonesia juga berada dalam jebakan utang proyek OBOR ini. Ada 13 proyek OBOR tersebar di Kalimantan, Sumatra dan Jawa. Di antaranya: Kuala Tanjung Internasional Hub Port, Kuala Tanjung Industrial Estate, Sei Mangkei Special Economic Zone, New Industrial Estate (GIIFE), Kuala Namu Aerocity, Hydropower, Aluminium and Steel Alloy Smelter, Pindada Internasional Port, INALUM Port, Beh International Airport, Likupang Tourist Estate, Bitung Industrial Estate, Mandara Toll Road, Kura-kura Island Tech Park Bali.
Dengan total utang sebesar 383,3 miliar dolar atau setara dengan Rp 5.366 triliun ditambah utang hasil pertemuan BRI OBOR Beijing 25-28 April 2019 sebanyak 28 proyek dengan nilai bisnis mencapai 1.296 triliun, maka total ULN Indonesia akan mencapai sekitar Rp 6.662 triliun.
Ironisnya, skema utang luar negeri Indonesia menggunakan bunga atau riba yang justru sangat dilarang oleh Islam. Bahkan jika tak mampu bayar utang, sebagaimana terjadi di Sri Langka, maka negara itu harus menyerahkan aset negaranya untuk dikuasai Cina. Allah SWT dengan tegas mengingatkan akan bahaya riba (QS al-Baqarah [2]: 275). Allah SWT begitu murka kepada praktik utang dengan skema ribawi ini, sebab selain merupakan kegagalan sistem, riba juga akan mendatangkan ketidakberkahan sosial (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 279) Karena itu Allah SWT melarang dengan tegas tindakan memakan riba (QS Ali Imran [3]: 130-131).
Ironi dan Tragedi Pasca Pemilu
Sistem politik demokrasi sekular telah gagal total. Socrates sebagai salah satu murid Plato pun mengkritik demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang anarkis, memberikan kesetaraan yang sembrono kepada siapapun, baik setara maupun tidak setara. Demokrasi memberikan ruang kebebasan tanpa batas. Anarkisme demokrasi akan berujung pada kekuasaan tirani.
Benarlah kata Thomas Jefferson (w.1826), “Decline from democracy to tyranny is invitable.” Kemerosotan dari demokrasi menjadi tirani tidak terelakkan.
Kondisi politik Indonesia saat ini menunjukkan kemerosotan kualitas demokrasi yang sangat akut. Tampak sekali demokrasi sedang mengarah kepada rezim diktator absolut yang kejam kepada rakyatnya sendiri.
Diperkuat oleh pandangan Aristoteles, bahwa demokrasi adalah bentuk negara yang buruk (bad state). Pemerintah yang dilakukan oleh sekelompok minoritas di dewan perwakilan yang mewakili keompok mayoritas penduduk itu akan mudah menjadi pemerintahan anarkis, menjadi ajang pertempuran konflik kepentingan berbagai kelompok sosial dan pertarungan elit kekuasaan.
Demokrasi adalah anak kandung Kapitalisme sekular. Miguel D Lewis mengatakan bahwa capitalism is religion. Banks are churches. Bangkers are priests. Wealth is heaven. Poverty is hell. Rich people are sainst. Poor people are sinners. Commodities are bessings. Money is God.
Komunisme dan Kapitalisme adalah dua ideologi yang penuh nafsu dan tidak punya tenggang rasa. Tuhan telah mati dalam kesadarannya. Manusia merupakan sasaran penipuan. Yang satu bangkit untuk dahaga revolusi. Yang lain giat mengejar pajak. Di antara dua batu, manusia remuk binasa (Sir Muhammad Iqbal, Javid Nama, h. 52).
Dalam pandangan Islam, prinsip-prinsip demokrasi menyalahi syariah Islam. Pertama: Suara mayoritas mengalahkan suara Tuhan. Ini melanggar QS al-An’am [6]: 116. Kedua: Kedaulatan hukum di tangan rakyat. Ini melanggar QS al-An’am [6]: 57. Ketiga: Produk perundang-undangan ditentukan di Parlemen meski esensinya bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Ini melanggar QS al-Maidah [5]: 48. Keempat: Demokrasi mencampakkan hukum Allah dalam urusan rakyat. Ini melanggar QS al-Maidah [5]: 50.
Islam Sebagai Solusi
Sejarah pertarungan antara yang haq dan batil adalah abadi selama masih ada kehidupan dunia. Rasulullah saw. melakukan dakwah dan perjuangan melumpuhkan sistem jahiliah dan menawarkan Islam. Rasulullah saw. begitu optimis bahwa hadirnya Islam akan melenyapkan kebatilan. Bagi Allah, kebatilan seperti buih yang lemah dan akan hilang.
Islam adalah kebenaran. Sebaliknya, ideologi Kapitalisme dan Komunisme adalah kebatilan. Sejarah akan terus berulang. Pertarungan haq melawan batil akan terus terjadi. Yang dibutuhkan adalah peran perjuangan yang benar oleh kaum Muslim di seluruh dunia atas perang abadi ini.
Aktivitas dakwah dan politik Islam yang dilakukan Rasulullah saw. dalam upaya melenyapkan berbagai sistem batil zaman jahiliah diperkuat oleh ilmuwan Barat, Michael Hart, “Ia (Muhammad saw., red.) mendirikan negara baru di sisi agama. Di bidang dunia, ia menyatukan kabilah-kabilah di dalam bangsa, menyatukan bangsa-bangsa di dalam umat, meletakkan buat mereka semua asas kehidupan.”
Kepemimpian ideologi Kapitalisme demokrasi melahirkan kepemimpinan pragmatis yang abai terhadap hukum agama dan moralitas. Demokrasi adalah ideologi transnasional yang sekularistik. Di dalamnya nilai agama dan moralitas tak dijadikan sebagai pertimbangan kebijakan dan perbuatan.
Akibatnya, kepemimpinan demokrasi sekular telah melahirkan sistem pendidikan yang liberal, ekonomi kapitalistik, sistem sosial yang hedonistik, sistem kepercayaan yang sinkretistik dan berbau klenik. Aliran seperti Islam Nusantara, Lia Eden, Ahmadiyah, Syiahisme, liberalisme hanyalah sedikit dari aliran sesat akibat kebebasan beragama dan berkeyakinan ala demokrasi.
Kepemimpinan ideologi demokrasi hanya akan menjadikan negeri ini terus terjajah oleh asing. Dengan demokrasi negeri ini tidak pernah berdaulat dan merdeka. Sumberdaya alam atas nama tipudaya privatisasi habis dirampok oleh penjajah. Negeri ini justru dijerat oleh ribuah trilliun hutang berbunga haram oleh negara-negara rentenir kapitalis.
Indonesia adalah negara pembebek yang dikendalikan oleh Amerika dan Cina. Pemilu hanyalah ajang untuk pertarungan pengaruh kedua negara penjajah itu. Dalam perspektif ini, sungguh Indonesia hanyalah jadi kacung negara lain. Tidak merdeka dan tidak berdaulat. Tepatlah jika dikatakan, Indonesia adalah bonekanya boneka.
Penerapan hukum kufur demokrasi melalui UU liberal juga telah menyebabkan kerusakan kehidupan seperti maraknya LGBT, seks bebas, prostitusi, narkoba, perjudian dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Kemaksiatan inilah yang telah menyebabkan datangnya azab dan bencana dari Allah sebagai peringatan agar manusia kembali kepada syariah-Nya.
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٤١
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41).
Kepemimpinan ideologi Islam dengan sistem Khilafah telah terbukti selama berabad-abad membangun peradaban yang maju dan mulia. Peradaban Islam maju secara sains dan teknologi; memberikan kesejahteraan, keamanan, kehagiaan dan keselamatan bagi seluruh rakyat lintas ras dan agama. Islam adalah satu-satunya solusi bagi kehidupan manusia di seluruh dunia karena bersumber dari Allah Yang Mahabenar.
Kepemimpinan ideologi Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah juga telah mengangkat manusia pada tingkat kemuliaan yang paling tinggi. Manusia, oleh Islam, dipandang sebagai hamba ciptaan Allah yang sempurna. Semua potensi kebaikan dikerahkan dalam membangun peradaban. Sebaliknya, potensi keburukan dicegah agar tidak destruktif terhadap kehidupan manusia.
Merawat Keyakinan, Perjuangan dan Harapan
Umat Islam harus belajar dari optimisme Rasulullah saw. pada saat Perang Uhud. Meski telah menjadi fakta sejarah bahwa pasukan Rasulullah saw. nyaris mengalami kekalahan di Perang Uhud, peristiwa itu tidak menyurutkan beliau untuk tetap memberikan semangat kepada kaum Muslim.
Setelah memakamkan para mujahid yang gugur di Perang Uhud, Rasulullah kembali melakukan demo militer untuk mengobarkan ruh jihad kaum Muslim. Bahkan Rasulullah saw. melakukan gerakan untuk menakut-nakuti musuh dan memperlihatkan kepada kaum Yahudi, munafik dan Arab bahwa tragedy dalam Perang Uhud tidaklah melemahkan semangat dan kemampuan bertempur kaum Muslim.
Dari peristiwa sejarah Perang Uhud ini dapat diambil setidaknya lima pelajaran untuk perjuangan politik Islam umat hari ini. Pertama: Kemenangan Islam itu tidak terkait dengan jumlah. Kedua: Penting membersihkan barisan kaum Muslim dari kaum munafik dan yang berakidah lemah. Ketiga: Sunnah kehidupan [sebab akibat] itu tidak dapat digantikan. Keempat: Pentingnya disiplin dan memegang teguh perintah pemimpin, bagaimanapun kondisi dan situasinya. Kelima: Pentingnya konsisten dengan niat sejak awal untuk memperjuangkan tegaknya Islam dan melenyapkan kebatilan.
Meskipun hari ini, Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya masih mengalami kekalahan karena penjajahan ideologi Kapitalisme, sebagai Muslim kita tidak patut berputus asa. Sebaliknya, kita harus selalu optimis dan bersabar dalam perjuangan menegakkan kejayaan Islam. Penaklukan Konstantinopel saja butuh sekitar 800 tahun sejak dijanjikan oleh Rasulullah saw. Itu baru terjadi pada masa kepemimpinan Muhammad al-Fatih.
Sunnatullah dalam sejarah perjalanan perjuangan Islam, makin dihadang, makin bergelombang. Kaum Muslim juga harus terus bersabar menghadapi segala ujian dalam perjalanan dakwah dan perjuangan ini. Alih-alih dihentikan dengan fitnah keji, umat justru menjadi tersadarkan dan mengenal lebih jauh salah satu ajaran Islam ini. Keputusan politik atas HTI justru melahirkan berbagai kecaman masyarakat sebagai tindakan diktator atas hak-hak warga negara. Sepanjang persidangan, Pemerintah tidak bisa membuktikan kesalahan HTI secara hukum. Wajar jika masyarakat luas menilai tindakan Pemerintah sebagai keputusan politik yang buruk, represif dan anti Islam.
Aksi Bela Islam 212 yang menghadirkan 7 juta kaum Muslim adalah bentuk kesadaran politik Islam yang harus terus dirawat. Secara esensi kesadaran politik Islam mencakup tiga aspek. Pertama: Aspek kesadaran akan urusan umat dan rakyat. Kedua: Aspek sudut pandang yang khas, yakni Islam sebagai landasan kesadaran politik. Ketiga: Aspek sudut pandang global karena konstalasi politik di Indonesia adalah bagian dari dinamika politik dunia.
Umat Islam harus yakin dan berani untuk terus melakukan delegitimatisasi atas Kapitalisme demokrasi hingga roboh berkeping-keping. Gelombang kebangkitan umat Islam sedunia akan menuntut adanya perubahan sistem, dari hegemoni demokrasi menjadi hegemoni Islam. Dengan demikian Khilafah yang sebentar lagi tegak akan menyatukan umat Islam sedunia, menerapkan syariah Islam kâffah dan akan menebarkan dakwah rahmatan lil’alamin ke seluruh penjuru dunia. Saat itulah kebatilan sistem jahiliah Komunisme dan Kapitalisme akan lenyap dari muka bumi.
فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ ١٧
Buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia akan tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat ragam perumpamaan (QS ar-Ra’d [13]: 17).
Kesungguhan dan optimisme Rasulullah saw. dalam melakukan dakwah dan perjuangan politik Islam adalah karena keyakinan akan janji Allah yang akan memberikan kemenangan yang haq (Islam) atas sistem kufur jahiliah.
وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا ٨١
Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (QS al-Isra’ [17]: 81).
Alhasil, umat Islam hari ini harus terus optimis dalam memperjuangkan tegaknya Islam dalam institusi Khilafah Islamiyah. Kekuatan politik Islam selalu dilandasi oleh keimanan yang kokoh, keyakinan akan pertolongan Allah, ukhuwah antar seluruh kaum Muslim, keikhlasan dalam berjuang serta pengorbanan yang tulus, baik harta, pikiran, tenaga dan jiwa.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Dr. Ahmad Sastra; Forum Doktor Islam Indonesia]