
Menjaga Ketaatan Keluarga Pasca Ramadhan
Selah kita lewati bersama hari-hari yang penuh kemuliaan. Hari-hari saat kita melihat banyak sekali orang-orang melakukan ketaatan, dengan melakukan ragam amal shalih. Dialah bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Hari-harinya penuh kemuliaan. Malam-malamnya bertebar keutamaan.
Rasulullah mencontohkan kepada kita untuk mempebanyak amal kebaikan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, “Jika Nabi saw. memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Tidak lama lagi kita akan berjumpa dengan Idul Fitri. Semoga membawa keberkahan bagi kita semua. Pada hari ini sejatinya lahir pribadi-pribadi yang bertakwa. Penuh dengan ketaatan kepada Allah. Hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sebab, demi mewujudkan takwalah puasa Ramadhan diwajibkan atas kita (QS al-Baqarah [2]: 183).
Takwa yang diharapkan tentu takwa yang sebenarnya. Demikian sebagaimana yang juga Allah SWT tuntut atas diri kita.
Kata taqwâ berasal dari kata waqâ. Artinya melindungi. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Caranya tentu dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Pengertian takwa tersebut sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra., “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azabNya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, I/2440).
Di sinilah pentingnya kita menyiapkan diri kita dan keluarga kita untuk bisa terus menjaga ketaatan kepada Allah yang telah kita dan keluarga kita bangun ketika menjalani bulan yang mulia ini. Lalu, apa yang harus kita upayakan?
Syawal: Momentum Awal
Sesungguhnya Rasulullah saw. melalui bimbingan wahyu Allah SWT telah menjadikan Bulan Syawal yang mengiringi bulan Ramadhan sebagai momentum yang tepat untuk mengawali dan menjaga konsistensi ketaatan umatnya pasca Ramadhan. Beliau telah mensyariatkan puasa enam hari di dalamnya dan memberi penjelasan tentang keutamaannya dan sangat besar fadhilah serta ganjarannya. Abu Ayyub al-Anshari ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, puasanya itu seperti puasa sepanjang tahun (HR Muslim).
Rasulullah saw. juga bersabda, “Berpuasa sebulan (pada bulan Ramadhan itu disamakan) dengan sepuluh bulan berpuasa dan berpuasa enam hari selepasnya (pada bulan Syawal disamakan) dengan dua bulan berpuasa, maka yang sedemikian itu (jika dicampurkan menjadi) genap setahun.” (HR ad-Darimi).
Di sinilah sesungguhnya ayah dan ibu memiliki peran besar dalam mengajak keluarganya untuk melanjutkan amalan kebaikan yang biasa dilakukan saat bulan Ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya dimulai dengan berpuasa sunnah pada bulan Syawal selama 6 hari. Tentu saja kedua orangtua menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Taat Bersama Keluarga Selepas Ramadhan?
Tentu saja tidak cukup dengan berpuasa Syawal saja. Masih banyak aktivitas yang bisa dilakukan untuk menjaga ketaatan kepada Allah. Jika tidak bisa dilakukan sebanyak pada bulan Ramadhan, sesungguhnya masih banyak juga amalan sunnah lainnya yang bisa dilakukan bersam-sama keluarga. Tentu saja jika dilakukan bersama-sama seluruh anggota keluarga akan lebih terasa keberkahan dan kebersamaannya. Lalu aktivitas apa lagi yang bisa kita lakukan bersama keluarga untuk semakin menguatkan ketaatan kita?
- Menjaga shalat berjamaah dan shalat-shalat sunnah.
Jika shalat tarawih yang sunnah hukumnya tidak ketinggalan dikerjakan secara berjamaah pada saat Ramadhan, maka shalat lima waktu secara berjamaah yang hukumnya wajib itu tentu lebih penting dijaga dan ditingkatkan. Pasalnya, amalan wajib harus didahulukan dan diutamakan daripada amalan sunah. Apalagi shalat merupakan cahaya di dalam kehidupan dunia ini. Karena itu shalat lima waktu jangan disia-siakan. Bisa dikerjakan secara berjamaah di masjid jika memungkinkan, atau jika tidak, bisa dilakukan di rumah bersama seluruh anggota keluarga.
Demikian halnya shalat sunnah, yang tidak pernah ketinggalan ditunaikan ketika Ramadhan, selepas Ramadhan tentu saja harus makin digencarkan. Setiap anggota keluarga saling mengingatkan anggota keluarga lainnya. Apalagi ketika tahajud—di sepertiga malam—suami atau istri membangunkan pasangannya, kemudian membangunkan anak-anak, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika membangunkan sahur pada bulan Ramadhan, lalu memanjatkan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan shalat shubuh berjamaah baik di rumah atau di masjid. Tentu hal ini akan semakin menguatkan ikatan keluarga sekaligus melimpahkan pahala dan keberkahan untuk keluarga.
- Meneruskan tilawah al-Quran bersama keluarga.
Tilawah dan tadabbur al-Quran yang telah rutin dilakukan pada bulan Ramadhan, insya Allah tetap bisa kita amalkan bersama keluarga, semisal setelah atau menjelang shalat shubuh setelah tahajud bersama, jika di waktu lain tidak mungkin dilakukan bersama. Selain mendapatkan pahala membaca al-Quran, setiap anggota keluarga bisa saling memperbaiki bacaannya jika ada pembacaan yang salah, baik pengucapan maupun tajwidnya. Bisa juga dilanjutkan dengan kultum atau muraja’ah. Dengan kebersamaan ini, insya Allah semakin banyak ilmu yang kita dapatkan, semakin baik pula tilawah dan hapalan kita. Keluarga kita pun semakin harmonis. Lebih dari itu ketaatan kita kepada Allah semakin meningkat pula.
- Memperbanyak puasa sunnah.
Selain kita melakukan puasa wajib pada bulan Ramadhan dilanjutkan dengan puasa 6 hari pada bulan Syawal, hendaklah kita mengajak anggota keluarga kita lainnya untuk menyempurnakannya pula dengan melakukan amalan puasa sunnah. Di antara keutamaannya sebagaimana sabda Nabi saw., “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai …” (HR at-Tirmidzi).
Puasa dalam hadis ini merupakan perisai bagi seorang Muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka.
- Memperbanyak amalan sunnah lainya, seperti zikir dan sedekah.
Semoga keluarga kita termasuk orang-orang yang selalu menjaga amalan sunnah, seperti banyak berzikir kepada Allah dan bersedekah. Dengan itu semoga kita terlindungi dari segala keburukan. Kita pun mendapatkan pahala yang besar serta akan semakin memperkuat idrak shilah billah. Hal itu pun akan semakin mendekatkan kita kepada Allah dan pada akhirnya akan meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya.
- Semakin giat menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu.
Dalam kondisi apapun menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi kaum Muslim, apakah mempelajari buku-buku keislaman ataupun mengikuti dan menghadiri majelis ilmu. Apalagi keluarga pengemban dakwah tentu saja harus terus meningkatkan kualitas diri, dengan memperkaya tsaqafah dan kemampuan untuk berdakwah. Memperbanyak membaca buku, menghapal ayat al-Quraan dan al-Hadis atau berguru untuk mempelajari berbagai tsaqafah Islam, hingga menghadiri majelis-majelis taklim adalah sebagian dari aktivitas yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas kita sebagai pengemban dakwah.
- Terus berjuang menyampaikan dakwah Islam.
Pada bulan Ramadhan, umumnya umat berada pada tingkat ghirah Islam yang tinggi sehingga mudah bagi kita mengajak umat untuk mengkaji Islam. Tentu saja kesempatan ini tidak kita lewatkan. Selepas Ramadhan, biasanya ghirah ini masih melekat sambil terus semakin menguatkan semangat mereka. Inilah saat yang amat mendukung untuk mengajak umat kembali ke jalan Allah SWT dan memuliakan agama-Nya. Menyadarkan umat tentang permasalahan besar yang dialami kaum Muslim, yaitu tidak diterapkannya syariah Islam secara kaffah dan tidak adanya junnah, perisai kaum Muslim, yaitu Khilafah, menjadi agenda penting kita. Menyeru manusia ke jalan Islam, menentang kebijakan penguasa yang bertentangan dengan syariah Islam dan mengajak umat dan tentu saja keluarga kita untuk semakin giat beramar makruf nahi munkar ketika kemungkaran semakin merajalela di hadapan kita adalah aktivitas penting yang harus semakin dikencangkan.
Demikianlah, banyak aktivitas yang bisa kita dan keluarga lakukan untuk semakin menguatkan ketaatan kepada Allah. Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda, “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah adalah amal yang dikerjakan terus-menerus meskipun sedikit.”
Untuk itu, mari kita terus memelihara ketaatan kita kepada Allah dengan terus melaksanakan puasa sunnah, shalat malam, bersedekah, membaca al-Quran, berzikir, berdakwah dan aktivitas kebaikan lainnya sebagaimana kita biasa melaksanakannya di bulan Ramadhan.
WalLahu a’lam bi ash-shawwab. [Najmah Saiidah]