
Jaringan Ulama Bogor, Pejuang Islam Sejak Era Utsmaniyah (Abad 19–20 M) (Bagian 2)
Habib Keramat Empang
Hb. Abdullah ibn Muhsin al-‘Atthas Keramat Empang merupakan bagian dari jaringan Ulama Hadhramaut yang bermigrasi ke Bilad al-Jawi. Lahir di Hadhramaut, 17 April 1849 M dan mulai bermukim di Bogor pada tahun 1890-an. Berasal dari kalangan bernasab mulia, yakni dzurriyat Rasulullah saw. dari jalur Sayidina Husain ibn Ali as.. Nasab beliau sebagai berikut:
Abdullah ibn Muhsin ibn Muhammad ibn Abdulllah ibn Muhammad ibn Muhsin ibn Husain ibn Umar ibn Abdurrahman al-‘Atthas dan seterusnya hingga Ahmad al-Muhajir ibn Isa ibn Muhammad an-Naqib ibn Ali al-‘Uraidhi ibn Ja’far ash-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn Ali Zain al-‘Abidin ibn Husain ibn Ali
Peran jaringan Hadhramiyyin secara umum dijelaskan oleh Konsulat Utsmaniyyah di Batavia sebagai berikut:
- Laporan Konsul Batavia Ali Galip Bey, 1886 kepada Khalifah Abdul Hamid II
Pemerintah Belanda sangat berhati-hati dalam menghilangkan beberapa elemen yang mungkin dapat menyebabkan penduduk setempat memberontak melawan mereka. Belanda berusaha memastikan agar mereka tidak terprovokasi oleh orang asing. Ini karena orang Arab mempunyai kepercayaan yang sama dengan penduduk pribumi. Orang Arab mungkin dapat mendorong penduduk pribumi untuk memberontak.1
- Laporan Konsul Batavia Mehmed Kamil Bey, 1897 kepada Turhan Pasya Wazir Luar Negeri
Hampir tidak ada yang berpengetahuan mengenai ilmu-ilmu agama di antara penduduk setempat selain beberapa guru dari kalangan Arab Hadhrami dan Somalia yang tinggal di kota-kota tingkat pertama dan kedua.2
Dapat dipahami dari ungkapan orang Arab mungkin dapat mendorong penduduk pribumi untuk memberontak dan selain beberapa guru dari kalangan Arab Hadhrami dan Somalia menunjukkan besarnya pengaruh Hadhramiyyin di masyarakat. Bukan hanya di bidang agama dan pendidikan, namun juga di bidang sosial dan politik. Ini disadari betul oleh Kolonial Belanda maupun pejabat Khilafah Utsmaniyah.
Secara umum, jaringan Masyayikh dan Habaib Hadhramiyyin mendukung peran politis Konsulat Utsmaniyah di Batavia dan Singapura. Pada tahun 1898 para Habaib dan tokoh Arab Hadhrami mengirim surat kepada Khalifah Abdul Hamid II untuk mengadukan kezaliman Belanda, penegasan mereka sebagai rakyat Utsmaniyah sejak lama hingga kesiapan “angkat pedang” jika diperintah sang Khalifah.3
Adapun peran khusus Hb. Abdullah al-‘Atthas dapat ditelusuri dari jejak peninggalan (atsar) serta pelanjut nasab dan sanadnya di wilayah Bogor dan sekitarnya. Di antaranya ialah Masjid an-Nur Keramat Empang, trah/keturunan dan murid-muridnya. Masjid an-Nur Keramat Empang hingga saat ini masih menjalankan kegiatan ibadah, pendidikan dan sosial bagi masyarakat sekitar. Keturunan dan murid-murid beliau melanjutkan perjuangan yang beliau rintis, semisal Hb. Zain ibn Abdullah al-‘Atthas, Hb. ‘Alwi ibn Muhammad al-Haddad, Hb. Muhammad ibn Abu Bakar as-Saqqaf Gresik, Hb. Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi Kwitang dan Hb. Muhsin ibn Muhammad al-’Atthas Keramat Jati.4
Kepengurusan masjid dan kegiatannya dilanjutkan silih berganti dan saat ini diurus oleh Hb. Abdullah ibn Husain al-‘Atthas. Habib Keramat Empang memiliki istri dari trah Dalem Solawat yang menjadi wasilah beliau diberi lahan yang cukup luas untuk sarana islamisasi penduduk Bogor dan sekitarnya.5 Selain itu, dari jalur istri yang lain terlahir ulama mendunia, yakni Sayyid Prof. Muhammad an-Naquib al-‘Atthas.6
Di antara ajaran utama Habib Keramat Empang ialah seputar akhlak dan persatuan umat.7
Dalem Solawat
Dalem Solawat Rd. H. Muhammad Siraj Suriawinata merupakan bagian dari jaringan Menak – Haji Sunda, cucu Uyut Kampung Baru, Rd. H. M. Tohir trah Dalem Cikundul Rd. Aria Wiratanu ibn Dalem Sagalaherang Rd. Aria Wangsa Goparana.8 Ia lahir tahun 1811 M. Silsilahnya sebagai berikut:
Rd. H. Muhammad Siraj Suriawinata (Dalem Solawat, Bupati Karawang – Purwakarta dan Bogor) ibn Rd. Adipati Wiranata (Dalem Sepuh Bogor, saudara Rd. Adipati Surianata, Bupati Karawang – Purwakarta) ibn Rd. H. Muhammad Tohir (Uyut Kampung Baru – Bogor) ibn Rd. Wiramanggala ibn Rd. Tmg. Wiradireja (Dalem Sukaraja) ibn Rd. Tmg. Wiradinata (Dalem Kampung Baru Sukaraja) ibn Rd. Wiramanggala Aria Wiratanudatar II (Dalem Tarikolot) ibn Rd. Jayasasana Aria Wiratanu (Dalem Cikundul, Cianjur) ibn Rd. Aria Wangsa Goparana (Dalem Sagalaherang, Subang).
Menurut beragam sumber, Dalem Sagalaherang Rd. Aria Wangsa Goparana merupakan trah menak Sunda dari Talaga (Majalengka) yang hijrah ke Sagalaherang. Alasan hijrahnya ada dua pendapat: menyelamatkan diri karena agama atau diutus sebagai duta dakwah. Pendapat pertama sesuai riwayat Sagalaherang dan Cikundul bahwa Talaga bukan wilayah Islam. Bahkan Rd. Aria Wangsa merupakan Muslim perintis sehingga supaya aman dalam berislam berpindah ke negeri lain, bermukim dan membangun masyarakat baru di Sagalaherang. Riwayat ini dikuatkan Cirebon bahwa disebutkan terjadi Perang Sabilillah antara Cirebon dan Talaga. Perang bahkan dipimpin langsung Ki Cakrabuana Haji Abdullah Iman Pangeran Walangsungsang dengan membawa Panji Macan Ali. Adapun riwayat Talaga menolak peristiwa perang tersebut dan menyatakan leluhur Rd. Aria Wangsa sudah masuk Islam. Ini terlihat dari nama Sunan Wanaperih dan Sunan Ciburang. Dari sana disebutkan bahwa kepindahan ke Sagalaherang sebagai utusan dakwah Cirebon (ada yang mengatakan Sumedanglarang, namun saat itu Sumedang masih bawahan Cirebon). [Bagian 2]
Catatan kaki:
- Nicko Pandawa, Siyasah Sulthaniyah, 21
- Nicko Pandawa, Siyasah Sulthaniyah, 95
- Nicko Pandawa, Siyasah Sulthaniyah, 112 – 121
- https://www.rumah-muslimin.com/2018/06/biografi-habib-abdullah-bin-muhsin-al.html
- https://kitabkuning.id/manakib/al-habib-abdullah-bin-mukhsin-al-athas/
- Afifi dan M. Khairil, Nusantara Selepas Merdeka, bagian Syed Muhammad Naquib al-Attas Pemikir Dunia Melayu Terulung, hlm. 177 – 178
- Fitri Nurhayati, Peran Keagamaan Habib Abdullah ibn Mushin al-Attas di Empang Bogor, hlm. 3
- Abdullah ibn Nuh, Ringkasan Sejarah Wali Songo, hlm. 29