Meski Dubesnya Dipanggil, Agresivitas Cina Tak Berubah
Pemanggilan Duta Besar Cina di Kuala Lumpur Ouyang Yujing oleh Malaysia setelah kapal Cina memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) Negeri Jiran di Laut Cina Selatan (LCS), dinilai Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara tidak akan mengubah agresifitas Cina di LCS. “Menurut saya upaya diplomatik tersebut tidak akan mengubah agresivitas Cina di Laut Cina Selatan,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Rabu (6/10/2021).
Fika menilai ini adalah diplomasi asimetrik, yakni diplomasi yang akan selalu dimenangkan oleh negara yang lebih kuat secara ekonomi, politik dan militer. “Posisi negara-negara di sekitar LCS jelas lebih lemah dari Cina. Tanpa dukungan Barat dan aliansinya mereka hanya bisa menggertak ringan Cina,” ujarnya.
Menurut Fika, keberanian Cina memasuki wilayah ZEE Malaysia karena sejak awal Cina menentang hukum internasional UNCLOS dengan klaim nine dash line-nya yang sejak lama menjadi kontroversi dunia. “Sikap agresif ini sekaligus juga menunjukkan posisi tawar Cina yang kian meningkat dan menambah percaya dirinya,” tegasnya.
Saat diplomasi tidak mempan dan hukum internasional diremehkan Cina, Fika Komara mengatakan, tiada lain memang harus dihadapi dengan kekuatan militer. “Itulah mengapa Amerika membentuk pakta AUKUS yang berorientasi nuklir, semata untuk mengimbangi manuver Cina di LCS,” ungkapnya.
Di sisi lain, menurut Fika, pelajaran penting yang bisa diambil oleh negeri-negeri Muslim, saat negara-negara super power saja mengabaikan hukum internasional dan melakukan apa pun demi menjaga kepentingannya, maka tidak berguna negeri-negeri Muslim menaati hukum dan tetap bertahan di jalur diplomasi yang lemah.
“Malaysia dan Indonesia harus mengambil pelajaran tentang hal ini, jangan sampai kita hanya menjadi bidak yang terjepit di antara pertarungan raksasa-raksasa di Laut Cina Selatan,” pungkasnya.