Kilas Dunia

Momen Langka, Sisi Didemo Turun

Demonstrasi sporadis yang menyerukan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi untuk turun meletus di beberapa kota di seluruh negara itu, pada Jumat (27/9/2019) sore. “Itu merupakan Jumat kedua dalam serangkaian demonstrasi langka yang menantang pemerintahan otoriternya,” tulis Kantor Berita HT (3/10/2019).

Telah meningkat protes kelas pekerja di lingkungan Warraq, Kairo, yaitu sebuah pulau di Sungai Nil, bersamaan ketika penduduk di lingkungan itu keluar dari masjid setelah shalat zuhur. Demikian menurut video langsung yang diunggah di Facebook, sejumlah media lokal, dan para aktivis setempat yang berbicara kepada para demonstran di sana. “Terlepas bagaimana caranya, kita akan melengserkan Sisi,” teriak kerumunan massa itu.

Diduga bahwa video langsung yang diunggah di Facebook itu dimaksudkan untuk menunjukkan aksi longmarch di Kota Qena, sebuah kota di Mesir Hulu, dan ibukota dari Provinsi Qena yang terletak di tepi timur Sungai Nil.

Sisi telah memenjarakan ribuan lawan politiknya. Dia pun mengontrol politik dan sebagian besar surat kabar. Karena itu meletusnya protes—meskipun kecil—merupakan tantangan yang menggetarkan bagi otoritasnya.

Untuk itu, pemerintah bergerak cepat pekan ini guna mencegah terulangnya protes pekan lalu, dan menangkap lebih dari 2.000 rakyat Mesir. Rezim pun memobilisasi semua lingkungan Kairo dengan pasukan keamanan, memblokir atau membatasi layanan internet.

Pemerintah menyalahkan kelompok-kelompok Islam, serta yang lainnya, yang dinilai melakukan provokasi pada hari Jumat.  Sisi, yang mendarat di Kairo pada Jumat pagi setelah perjalanan selama sepekan ke PBB, tampaknya sudah tidak lagi memiliki peluang.

Pusat Kota Kairo, tempat sejumlah demonstran berkumpul pekan lalu, hampir sepi dari petugas polisi, pasukan keamanan khusus, dan informan berpakaian preman yang menjaga jalan-jalan dan alun-alun utama. Kadang-kadang mereka menghentikan mobil dan para pejalan kaki di sekitarnya.

Alun-alun Tahrir, tempat aksi berbagai protes massal tahun 2011 dan 2013 yang menjatuhkan dua leluhur Sisi, ditutup untuk lalu lintas, bersama dengan jalan dan jembatan di daerah tersebut. Kafe-kafe dan toko-toko di area perbelanjaan yang biasanya sibuk di pusat kota juga ditutup.

Wael Tawfiq, seorang jurnalis lokal yang berbicara kepada para peserta aksi di Warraq, mengatakan ia diberitahu bahwa kerumunan massa di sana jumlahnya ribuan. Dia mengatakan bahwa para demonstran mencoba bergerak menuju jembatan yang mengarah ke pusat Kairo. Namun, mereka disambut oleh petugas keamanan yang menembakkan gas air mata dan tembakan.

Sebuah halaman Facebook penduduk Warraq mengatakan, “Polisi juga menggunakan peluru karet.”

Menurut laporan media resmi pemerintah, “Sisi disambut oleh para pendukung pada hari Jumat pagi.” Dia mengatakan di bandara, dalam sebuah video yang diunggah di halaman Facebook resminya, bahwa rakyat Mesir “lebih paham tentang bagaimana membentuk gambar untuk mengarang kenyataan dan menipu orang.”

“Jangan khawatir tentang apa pun. Jangan khawatir.” Bahkan sejumlah media Mesir mengecam aksi protes pekan ini. Salah seorang reporter pada hari Jumat menyebut mereka yang mendukung demonstrasi sebagai “kekuatan jahat”.

Pemerintahan tangan besi Sisi yang dijalankan secara tirani akan segera runtuh, dan tidak akan berjalan lama sebelum runtuhnya. “Namun, pertanyaan utama yang menjadi fokus adalah apa yang akan muncul setelah Sisi? Akankah tirani yang sama namun dengan perubahan wajahnya atau tegaknya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah?” pungkas Kantor Berita HT.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 3 =

Back to top button