Muslim Uighur Tewas atau Gila di Kamp-Kamp Pendidikan Ulang
Muslim Uighur tewas di kamp-kamp pendidikan ulang atau menjadi gila di rumah sakit jiwa. Salah satunya seperti yang dialami seorang ayah Muslim Uyghur berusia 34 tahun dengan dua anak, Abdughappar Abdujappar, wafat karena komplikasi kesehatan setelah enam bulan berada di sebuah kamp pendidikan ulang di Hili Hasake, RFA melaporkan.
Seorang wanita Uighur berusia 60-an juga baru saja wafat di sebuah kamp di kota Bayanday. Lalu eorang pria muda dari daerah itu wafat akhir tahun lalu setelah jatuh sakit dalam tahanan.
Sejak April 2017, warga Uighur yang dituduh menyembunyikan pandangan “agama Islam yang kuat” dan “secara politis tidak benar” telah dipenjara atau ditahan di kamp-kamp pendidikan ulang di wilayah Otonomi Xinjiang Uighur di barat laut Cina, seperti diberitakan www.asianews.it.
Pada tanggal 4 April, 20 warga Kazakhstan menderita gangguan mental setelah dipenjara di “pusat pelatihan politik,” kata ChinaAid, organisasi Protestan berbasis di AS.
Satu kelompok pengasingan Uighur memperkirakan bahwa hingga 1 juta warga Uighur telah ditahan sejak April tahun lalu.
Sejak tahun 2017, Beijing telah menerapkan kebijakan bumi hangus di Xinjiang. [M Bajuri-Joko Prasetyo]
Perkembangan Islam di Inggris Membuat Khawatir Politisi Eropa
Perkembangan Islam di Inggris membuat khawatir politisi Eropa. “Jumlah kaum Muslim yang pergi beribadah ke masjid di London pada tahun 2020 akan sama dengan jumlah orang yang pergi berdoa di gereja-gereja. Kita harus mencegah terjadinya hal seperti itu di negara kita!” ujar Ketua Parlemen Hungaria Laszlo Kover dalam sebuah forum di Kota Sopron, Hongaria, seperti diberitakan situs Alquds Al Arabi, Jum’at (9/3).
Kover menyatakan seperti itu sembari merujuk data yang menyebutkan 500 gereja telah menutup pintunya di Ibukota London sejak tahun 2001. Sebaliknya, 423 masjid baru telah dibangun di kota tersebut.
Kover menegaskan bahwa jumlah kaum Muslim dan Kristen yang pergi beribadah di London akan mencapai angka antara 800 ribu dan 900 ribu orang. “Namun, umur dari kalangan jamaah Kristen yang pergi berdoa, 50 persennya berumur lebih dari 65 tahun. Sebaliknya, 50 persen dari jamaah kaum Muslim, umurnya kurang dari 25 tahun.”
Kover mengatakan, “Itulah struktur demografis dan budaya Inggris yang terlihat saat ini. Pertanyaannya adalah, apakah Hungaria ingin mencegah terjadinya situasi seperti itu?”
Menanggapi sikap Kover dan ketakutan politikus Eropa lainnya, situs alraiah.net pada Kamis (21/3), menyebutkan ketakutan para penguasa dan politisi negara-negara Barat semakin telanjang dari hari ke hari. Sekarang hal itu tampak begitu cepat dan pesat kebencian dan kedengkian di mulut-mulut mereka terhadap Islam dan kaum Muslim, sementara kebencian dan kedengkian terhadap kaum Muslim dan agamanya yang mereka sembunyikan di dalam hati mereka jauh lebih besar.
“Mengapa itu semua terjadi pada mereka? Karena mereka tahu, bahkan mereka sadar sekali bahwa satu-satunya alternatif peradaban yang baik dan benar untuk menggantikan ideologi kapitalisme mereka yang zalim dan rusak adalah Islam yang agung ini,” tulis alraiah.net.
Untuk itu, lanjut situs tersebut, mereka serius memerangi Islam dan kaum Muslim dengan kebencian, serta dengan cara apa saja yang dapat menghambat dan mematikan Islam. Namun, usaha mereka akan sia-sia hingga kebenciannya membawa pada kematian. Sungguh, kehancuran mereka tinggal hitungan hari, dan akan tegak kembali negara kaum Muslim, yang dengannya Allah SWT akan memenangkan Islam atas semua agama dan ideologi.
“Sehingga tidak akan membiarkan rumah yang megah maupun yang sederhana, yang di kota maupun yang di desa, kecuali Islam akan masuk ke dalamnya. Mereka dimuliakan dengan Islam, dan dihinakan oleh kekafiran,” pungkas situs tersebut.