Rezim Negeri Muslim Tetap Diam Meski Cina Hilangkan Identitas Muslim Uighur
Salah satu teknik keji rezim Cina untuk menghapus identitas Islam di tengah Muslim Uighur adalah dengan memaksa Muslimah Uighur tinggal bersama pria lain layaknya suami istri.
“Tidak ada batasan sampai batas yang memuakkan bahwa negara Cina yang tercela itu akan mempermalukan saudara-saudari kita di Turkestan Timur dalam upaya mereka untuk menghapus setiap jejak identitas Islam mereka,” tulis Direktur Bagian Muslimah Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir seperti diberitakan Mediaumat.news, (16/11/2019).
Direktur Muslimah CMO HT tersebut juga menyatakan tidak ada batasan atas skala pengkhianatan yang memalukan dari para penguasa dan rezim di dunia Muslim yang terus menyesuaikan diri dengan negara anti-Islam, anti-Muslim yang brutal ini, dan yang menolak untuk bahkan mengutuk perlakuan kriminalnya terhadap Muslim Uighur, demi kepentingan ekonomi dan politik yang mementingkan diri sendiri.
“Bagi setiap Muslim yang tulus, darah kita mendidih dan hati kita berdebar karena mendengar pelanggaran keji atas kehormatan saudara-saudari kita, dan gangguan keji terhadap kehidupan pribadi mereka, serta penindasan tanpa henti yang mereka alami di bawah negara tirani komunis ini. Namun, bagi para pemimpin dan pemerintah tanah Muslim, itu adalah bisnis seperti biasa dengan Beijing,” ujarnya.
Menurut Direktur Muslimah tersebut, jelas bahwa tidak ada skala penganiayaan atau penderitaan yang mengerikan dari umat ini, atau serangan terhadap Agama Islam cukup untuk menggerakkan mereka bahkan satu langkah pun untuk melindungi setiap Muslim yang tertindas.
Imran Khan misalnya, Perdana Menteri Pakistan, yang menampilkan dirinya sebagai sang juara untuk membela hak-hak Muslim Kashmir yang tertindas (sementara pada kenyataannya tidak melakukan apa pun untuk mengakhiri penderitaan mereka), tak tampak pembelaannya terhadap Muslim Uighur.
Faktanya, sikapnya adalah memperkuat hubungannya dengan kediktatoran komunis yang membenci Islam ini, tidak memiliki rasa malu dengan menawarkan pelukan hangat kepada negara yang sedang berperang melawan Agama Allah SWT.
Pada awal bulan ini, pada pertemuan Komite Kerjasama Bersama kesembilan Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC), kedua belah pihak menandatangani perjanjian lebih lanjut untuk suatu kerja sama di bidang perdagangan dan kesehatan. Pakistan juga meminta pinjaman 9 miliar dolar dari Cina untuk membiayai proyek jalan dan infrastruktur. [Joko Prasetyo dari berbagai sumber]