Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi (Cepat, Tepat, Komprehensif) – Bagian 2
Sebagaimana diketahui, Khalifah Umar ra., ketika krisis ekonomi, memberi contoh terbaik dengan cara berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan lebih kekurangan dari masyarakatnya. Dengan itu beliau bisa merasakan betul bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyatnya. Beliau kemudian segera mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi krisis ekonomi secara cepat, tepat dan komprehensif. Untuk mengoptimalisasi keputusannya, Khalifah segera mengerahkan seluruh struktur, perangkat negara dan semua potensi yang ada untuk segera membantu masyarakat yang terdampak.
Dalam buku The Great leader of Umar bin Khathab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Diriwayatkan dari Aslam:
Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”
Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat ribu orang. Selang beberapa hari, jumlah orang yang datang dan yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang. Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan. Saat hujan turun, saya melihat Khalifah Umar ra. menugaskan orang-orang untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi mereka makanan dan pakaian ke perkampungan. Banyak terjadi kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur.1
Dari sini kita bisa membayangkan betapa berat kondisi waktu itu. Dengan situasi dan kondisi saat peralatan dan sarana-prasarana tidak semodern seperti sekarang, Khalifah Umar ra. harus mengurus, mengelola dan mencukupi rakyatnya yang terkena dampak krisis ini. Sungguh angka yang sangat fantastis pada saat itu. Kerja berat dilakukan dan dilalui oleh Khalifah Umar ra. sebagai bentuk tanggung jawabnya melayani urusan rakyatnya.
Dengan situasi di atas, kita pun bisa tahu, bagaimana Al-Faruq membagi tugas kepada para perangkat negara di bawah beliau hingga level pekerja, bahu-membahu dan sigap menyelesaikan persoalan yang ada. Khalifah Umar ra. tidak berpangku tangan atau sekadar perintah sana, perintah sini saja. Beliau langsung turun tangan mengkomando dan menangani krisis tersebut. Beliau langsung memerintahkan mendirikan posko untuk para pengungsi, memastikan setiap petugas memahami pekerjaan yang dilimpahkan dengan benar tanpa kekurangan secara langsung dan tidak mengerjakan pekerjaan petugas lain yang diberikan pada yang lain.2
Khalifah Umar ra. langsung menugaskan beberapa orang di berbagai penjuru Madinah untuk memantau kondisi rakyat yang berkumpul mencari rezeki di sekitar mereka karena kemarau dan kelaparan yang menimpa mereka. Mereka bertugas membagikan makanan dan lauk-pauk. Sore hari, orang-orang yang ditugaskan berkumpul bersama Umar melaporkan peristiwa yang terjadi. Beliau lalu memberikan pengarahan kepada mereka.3
Khalifah Umar ra. memberi makanan kepada orang-orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar. Lembaga ini bertugas membagi tepung, mentega, kurma dan anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam dan Irak datang. Dar ad-Daqiq kian diperbesar agar bisa membagi makanan kepada puluhan ribu orang yang datang ke Madinah selama sembilan bulan, sebelum hujan tiba dan memberi penghidupan.4
Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ra. di atas menunjukkan kecerdasan beliau dalam membuat keputusan, mengatur dan mengelola seluruh struktur pemerintahan di bawahnya sehingga bisa cepat, sigap dan tuntas dalam melayani krisis ekonomi. Lembaga-lembaga pemerintahan yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan rakyat, baik yang bergerak dalam bidang finansial atau yang lainnya, langsung diminta bergerak cepat. Khalifah sendiri yang bekerja dalam posko-posko tersebut, memastikan semua berjalan optimal.
Abu Hurairah ra. menceritakan dengan gamblang bagaimana Khalifah Umar ra. melakukan itu semua. Ia berkata:
Semoga Allah merahmati lbnu Hantamah. Saya pernah melihat dia pada tahun kelabu memanggul dua karung di atas punggungnya dan sewadah minyak berada di tangannya. Ia meronda bersama Aslam. Saat keduanya melihatku, Umar bertanya, “Dari mana engkau, wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab, “Dari dekat sini.”
Saya pun membantu dia memanggul. Kami memanggul hingga tiba di perkampungan Dhirar. Tiba-tiba ada sekelompok orang berasal dari dua puluh kepala keluarga datang. Umar bertanya, “Ada apa kalian datang?”
Mereka menjawab. “Lapar.”
Mereka pun mengeluarkan daging bangkai yang mereka makan dan tumbukan tulang yang mereka telan. Saya (Abu Hurairah) melihat Umar meletakkan selendangnya. Ia kemudian memasak dan memberi mereka makan hingga kenyang. Selanjutnya, Aslam tiba di Madinah dengan membawa kain bordiran hingga berkeringat dan memberikannya kepada mereka. Selanjutnya, ia selalu mendatangi mereka dan juga yang lain hinggaa Allah menghilangkan musibah itu dari mereka.5
Perhatian dan pengorbanan Khalifah tergambar dan terekam jelas dalam catatan emas sejarah.
Suatu ketika Khalifah Umar ra. mengimami shalat isya bersama para jamaah yang lalu pulang, sementara ia terus shalat hingga di penghujung malam. Setelah itu, Umar keluar rumah mendatangi perkampungan dan meronda. Abullah bin Umar ra. meriwayatkan, ia berkata:
Pada suatu malam di waktu sahur saya mendengar ia berdoa, “Ya Allah, janganlah Kau binasakan umat Muhammad saat saya menjadi pemimpin mereka.”
Ia pun berdoa, “Ya Allah, janganlah Kau binasakan kami dengan kemarau dan lenyapkanlah musibah dari kami.”
Ia mengulang-ulang kata-kata tersebut.6
Malik bin Aus (berasal dari Bani Nashr) juga menceritakan bagaimana sepak terjang Khalifah Umar ra. dalam menangani krisis ini. Ia berkata:
Saat terjadi tahun kelabu, Umar mendatangi kaumku. Mereka berjumlah seratus kepala keluarga dan mereka menempati padang pasir. Umar biasa memberi makan orang yang mendatangi dirinya. Yang tidak datang dikirimi tepung, kurma dan lauk-pauk ke rumahnya. la mengirim bahan makanan kepada kaumku berbulan-bulan. Umar biasa menjenguk orang sakit dan mengkafani orang mati. Saya melihat kematian menimpa mereka hingga mereka memakan kulit. Umar sendiri mendatangi mereka dan menshalati mereka. Saya melihat ia menshalati sepuluh jenazah sekaligus. Setelah salam, Umar berkata, “Keluarlah dari kampung menuju tanah yang kalian nantikan.”
Umar membopong orang lemah hingga sampai ke negeri mereka.7
Dalam riwayat lain, Hazm bin Hisyam, dari ayahnya, berkata:
Saya melihat Umar bin al-Khaththab pada saat terjadi tahun kelabu melintasi seorang wanita yang membuat bubur. Umar berkata, “Tidak seperti ini cara membuat bubur.”
Kemudian Umar mengambil pengaduk semacam sendok dan berkata. “Seperti ini.”
Umar memperlihatkan kepadanya. Ia juga berkata, “Janganlah salah satu dari kalian mencampurkan tepung hingga air mendidih, tetapi biarkanlah sedikit demi sedikit dan diaduk dengan alat pengaduknya karena hal itu lebih membuatnya matang dan tidak mengendap (menyatu dan saling menumpuk satu sama lain).”
Salah seorang wanita Arab berkata kepada Umar, “Tidaklah Umar mendekati seorang wanita pun pada masa kelabu kecuali ia melenyapkan duka orang-orang.”8
Diriwayatkan dari Anas, “Perut Umar bin al-Khathab selalu keroncongan di tahun kelabu, sebab ia hanya makan dengan minyak. Ia mengharamkan mentega untuk dirinya. Ia memukul perut dengan jari-jarinya dan berkata, ‘Berbunyilah karena kita tidak punya apa pun selain minyak hingga rakyat sejahtera.’”9
Bilakah ada kepala negara seperti Khalifah Umar ra. saat ini?
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Abu Umam]
Catatan Kaki:
1 Tarikh Adz-Dzahabi, hlm. 274,
2 Al Kafa’ah Al Idariyyah, DR. Abdullah Qadiri, hlm. 108.
3 Ibid, hlm. 155.
4 Al-Madinah An-Nabawiyyah Farj Al-Islam. 2/37- 38.
5 Akhbar Umar, hlm. 111, dinukil dari Ar-Riyadh An-Nadihirah.
6 Ibid.
7 Akhbar Umar, hlm. 112, dinukil dari Ar-Riyadh An-Nadihirah, Ibnu Jauzi, hlm. 61.
8 Ibid.
9 Al-Hulliyyah, 1/48.