Analisis

Giliran Islam Kembali Memimpin Dunia

Selum seratus tahun memimpin dunia, kapitalisme yang diusung Amerika sudah terlalu banyak mengakibatkan kerusakan di berbagai bidang di seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia. Komunisme sudah gagal total dan tak bertaji pasca runtuhnya Uni Sovyet pada 1991 lalu, meskipun Cina saat ini mencoba untuk menghidupkannya lagi dengan malu-malu.

Lantas bagaimana nasib dunia di masa depan? Tetap mempertahankan kapitalisme berarti melanggengkan kerusakan. Mendukung komunisme berarti setuju dengan kegagalan total.

Sebagai umat terbaik yang dilahirkan Allah SWT di muka bumi, tentu saja kaum Muslim memiliki kewajiban menjadikan Islam sebagai ideologi yang memimpin dunia, menegakkan keadilan Islam, menghancurkan berbagai kekufuran dan kezaliman (termasuk kekufuran dan kezaliman kapitalisme dan komunisme), sehingga terwujudlah rahmat bagi semesta alam.

Muncul pertanyaan, apakah bisa Islam secara praktis memimpin dunia? Tentu bisa. Satu-satunya ideologi yang bersumber dari wahyu Allah SWT tersebut sangat memenuhi kualifikasi sebagai ideologi yang memimpin dunia. Fakta sejarah selama 1300 tahun sejak Rasulullah saw. hijrah ke Madinah hingga runtuhnya Khilafah Utsmani pada 28 Rajab 1432 H/3 Maret 1924 M telah membuktikan. Bahkan agama penutup akhir zaman yang diturunkan Allah SWT ini, selain menebar rahmat di dunia, juga mendorong manusia agar selamat pula di akhirat. Sempurna!

 

Keunggulan Islam

Ideologi kapitalisme hanya mengatur masalah muamalah saja, untuk masalah ibadah dan akhlak diserahkan kepada masing-masing individu rakyat.

Komunisme melarang adanya hubungan dengan Tuhan, karena memang tidak meyakini adanya sang Pencipta.

Adapun Islam, selain mengatur masalah muamalah, mengatur pula masalah hubungan manusia dengan Tuhannya (keimanan dan ibadah mahdah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (akhlak, makanan-minuman dan pakaian).

Dengan kata lain, Islam bukan hanya akidah ruhiah saja (akidah yang melahirkan aturan di bidang privat), tetapi juga akidah siyasah (akidah yang melahirkan aturan di bidang muamalah/publik).

Itulah salah satu letak keunggulan Islam. Agama-agama yang ada, Yahudi, Kristen, Budha, Hindu misalnya, tentu akan membutuhkan ideologi di luar agamanya untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Bila mereka menggunakan ideologi komunisme, pastilah ideologi tersebut akan memberangus eksistensi mereka dan juga umat Islam. Salah satu contohnya seperti umat Islam dan umat Kristen yang terus-menerus dipersekusi dan dikriminalisasi di negara komunis Cina; semata-mata lantaran keduanya taat dengan agamanya masing-masing.

Kalau kapitalisme yang diterapkan? Ya, seperti yang terjadi di hari ini. Pada faktanya semua aturan yang muncul dari ideologi yang berakidah sekular ini rusak dan merusak manusia dan lingkungan: Contoh terbaru, Banjir Kalsel beberapa waktu lalu. Fakta membuktikan itu semua terjadi akibat keserakahan para kapitalis akan batubara dan kelapa sawit. Mereka tak mengindahkan kerusakan lingkungan dan menzalimi penduduk setempat. Tentu secara pribadi mereka memeluk berbagai macam agama. Ada yang Islam, Kristen dan lainnya. Apakah agama mereka mengajarkan sikap serakah, egois dan tidak bertanggung jawab seperti itu? Tentu tidak. Itu semua akibat diterapkannya kapitalisme.

Lebih dari itu, dengan penerapan kapitalisme, syariah Islam di bidang muamalah jadi tidak dapat diterapkan secara kaffah. Para pendakwahnya malah dicap ekstremis, radikal bahkan teroris. Kemudian dipersekusi dan dikriminalisasi. Khusus di Indonesia, ditambahi label anti ini dan anti itu. Padahal mayoritas para pejabat yang melakukan persekusi dan kriminalisasi juga mengaku beragama Islam. Mengapa begitu? Sekali lagi, karena kapitalismelah yang mereka terapkan.

Walhasil, satu-satunya yang layak ditegakkan di muka bumi sebagai kepemimpinan dunia tentu Islam. Islam jelas mengatur semua aspek kehidupan, juga menjamin setiap non-Muslim yang menjadi warga negara Khilafah (Negara Islam) untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing serta mengharamkan setiap Muslim memaksa mereka memeluk Islam.

Dengan kata lain, hanya Islam yang cocok dengan pluralitas dunia yang secara faktual memang beraneka ragam agama. Sebaliknya, kapitalisme dan komunisme tidak. Keduanya merusak manusia dan juga alam sekitarnya.

Jadi, pendapat yang menyebutkan Islam tidak cocok diterapkan karena tidak semua rakyat beragama Islam terbantah sudah.

 

Cocok di Setiap Tempat

Namun, ada saja yang menolak penerapan Islam di masa kini dengan alasan Islam hanya cocok diterapkan di Arab. Itu pun dulu. Bila berkaca ke sejarah, Islam pernah diterapkan di hampir 2/3 dunia sebelum akhirnya Khilafah diruntuhkan oleh kafir penjajah dan antek-anteknya.

Penduduknya yang terdiri dari berbagai ras dan agama merasakan keadilan Islam. Hal itu diakui pula oleh para cendekiawan Barat. Di antaranya adalah Will Durant. Dalam bukunya, The Story of Civilization, ia menyebutkan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu pun telah menyediakan berbagai peluang bagi siapa pun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa…”

Bukti sejarah tersebut menunjukkan fakta, Islam cocok di segala tempat. Bukan hanya di Arab, melainkan di semua belahan dunia termasuk di Indonesia.

 

Cocok di Setiap Waktu

Bila dulu Islam dapat diterapkan di berbagai tempat, sekarang pun tetap layak diterapkan di berbagai tempat. Pasalnya, manusia zaman dulu maupun sekarang sama saja. Sama-sama memenuhi kebutuhan fisik dan keinginan nalurinya berdasarkan pemahamannya. Yang berubah hanyalah sarana dan prasarana yang muncul akibat kemajuan sains dan teknologi. Islam hadir untuk mengatur kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya itu sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditentukan Allah SWT.

Nabi Muhammad saw. diutus Allah SWT untuk mengubah pemahaman manusia agar sesuai dengan Islam serta mencontohkan bagaimana cara menerapkannya. Orang-orang yang terlebih dulu masuk Islam diwajibkan mendakwahkannya agar orang lain pun memiliki pemahaman yang benar tentang Islam.

Adapun soal kemajuan sains dan teknologi, Islam tidak mempermasalahkan. Islam justru sangat mendukung selama digunakan untuk kebaikan dan kebenaran.

Misalnya terkait pemenuhan keinginan hasrat seksual. Sejak zaman Nabi Adam as. hingga manusia terakhir di dunia ini kelak tentu saja memilikinya. Tidak ada yang berubah. Islam menyalurkannya melalui pernikahan dan mengharamkan perzinaan. Tidak ada yang berubah juga. Yang berubah hanyalah sarana dan prasarananya saja. Pada zaman dulu berzina di tenda, misalnya, sekarang di hotel berbintang lima. Yang dipermasalahkan Islam bukanlah tenda atau hotelnya, tetapi zinanya. Hal itu merupakan solusi yang diberikan Islam untuk menjaga kelangsungan jenis manusia agar terjaga kehormatannya, nasabnya dan lainnya.

Itu merupakan salah satu saja dari sekian banyak solusi Islam untuk berbagai masalah manusia yang timbul akibat perangsangan dan pemenuhan keinginan yang muncul dari naluri serta pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Pastinya, ini tidak akan pernah berubah di sepanjang waktu. Jadi, Islam cocok pada masa sekarang maupun yang akan datang.

 

Khilafah

Sistem pemerintahan Islam adalah khilafah. Khilafah bukanlah sistem pemerintahan dictator. Bukan pula sistem pemerintahan demokrasi. Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang menerapkan syariah Islam secara kaffah di dalam negeri serta menjadikan dakwah dan jihad sebagai asas politik luar negerinya. Kepala negaranya disebut khalifah.

Karena itu sistem Khilafah berbeda dengan demokrasi maupun sistem diktator. Dalam sistem diktator, kepala negara bertugas menerapkan aturan yang dia buat sendiri. Dalam sistem demokrasi, kepala negara/pemerintahan fungsinya untuk menerapkan aturan yang dibuat rakyat. Adapun dalam sistem Khilafah, Khalifah berkewajiban hanya menerapkan syariah Islam saja.

Meski kadang mengaku negaranya demokratis, para pengusung ideologi komunisme sebenarnya menerapkan sistem pemerintahan diktator. Negaranya tegak di atas akidah ateis.

Adapun para pengusung kapitalisme, dengan sistem pemerintahan demokrasinya, semata-mata hanyalah menerapkan aturan yang dibuat rakyat selama tidak bertentangan dengan para kapitalis. Bila kehendak rakyat bertentangan dengan para kapitalis, maunya kapitalislah yang diterapkan. Negaranya tegak di atas akidah sekular.

Berbeda dengan Khilafah. Khilafah hanya menerapkan aturan yang bersumber dari al-Quran, as-Sunnah, Ijmak Sahabat dan Qiyas Syar’i. Jadi, aturannya bukan diambil dari suara mayoritas, juga bukan dari para pemodal. Bukan pula dari hawa nafsu khalifah. Negaranya tegak di atas akidah Islam/tauhid.

Untuk mengatur berbagai keinginan naluri dan kebutuhan fisik seluruh rakyatnya, Khilafah menerapkan sistem Islam. Sistem yang ditegakkan Khilafah hanya bersumber dari akidah dan syariah Islam saja. Bukan yang lain. Asas sistem Islam adalah iman bahwa semua itu berasal dari sisi Allah, Zat Yang Mahatahu atas apa yang Dia ciptakan. Bukan berasal dari manusia yang lemah, kurang, terbatas dan membutuhkan yang lain.

Di dalamnya, ada masyarakat islami yang tegak di atas tolong-menolong dan saling mendukung. Bukan di atas persaingan dan pergolakan memperebutkan kepentingan. Selain itu, altruisme (peduli kepada sesama manusia) unggul terhadap egoisme (hanya mementingkan diri sendiri).

Itu jelas berbeda dengan semua sistem yang lahir dari akidah ateis dan sekular yang menjadikan manusia sebagai sumber hukumnya. Padahal manusia itu lemah, kurang, terbatas dan membutuhkan yang lain.

Tak aneh bila dalam negara menerapkan kapitalisme ataupun komunisme yang muncul hanyalah kesuksesan semu di bidang ekonomi. Di bidang lainnya sangat tampak nyata kerusakannya. Amerika dan Cina adalah bukti nyatanya. Masyarakat kapitalis yang egois dan kerap berkonflik dalam pergolakan memperebutkan kepentingan. Adapun masyarakat komunis, hak-hak individunya terampas habis.

 

Saatnya Ambil Keputusan

Sekarang, saatnya umat Islam mengambil keputusan. Mau tetap terkungkung dalam negara demokratis jebakan para kapitalis dan membiarkan saudara-saudaranya dipasung dalam sistem pemerintahan diktator? Ataukah bangkit berjuang untuk mengembalikan kembali tegaknya ideologi Islam sebagai pemimpin dunia melalui tegaknya Khilafah Rasyidah yang kedua?

Semua potensi untuk tegaknya Khilafah menjadi negara adidaya sudah lebih dari cukup. Kaum Muslim memiliki ideologi yang sangat kuat, yakni Islam. Memiliki SDM yang cukup banyak, 1,5 miliar lebih sedunia. Memiliki tantara yang cukup banyak yang tersebar di lebih dari lima puluh negeri Islam. Memiliki kekayaan alam yang berlimpah: minyak, emas, uranium dan lainnya. Secara historis pun kaum Muslim telah memimpin dunia tak kurang dari 1300 tahun dengan berbagai dinamikanya.

Masalahnya tinggal satu, mengubah pemahaman sebagian kaum Muslim yang saat ini masih teracuni pemikiran kufur yang ditebar para pengusung kapitalisme dan komunisme. Tugas kita semua, yang terlebih dulu tercerahkan dengan Islam ideologis, adalah menyadarkan saudara-saudara kita akan kesempurnaan dan keunggulan agama yang dipeluknya. Dalam waktu yang bersamaan, kita menyingkap berbagai makar dan kejahatan para kapitalis dan komunis terhadap kaum Muslim khususnya dan dunia ini pada umumnya.

Apakah mungkin Khilafah akan tegak lagi? Bukan hanya mungkin, tapi pasti. Allah SWT telah menjanjikannya dan Rasulullah saw. telah mengabari akan tegaknya kembali Khilafah.

Islam dulu diterapkan di tengah kehidupan selama 13 abad. Di dalamnya kaum Muslim hidup pada masa kenabian. Lalu al-Khilafah ar-Rasyidah yang berjalan menurut manhaj kenabian. Kemudian ada kekuasaan yang menggigit (mulkan âdhan) mulai dari Khilafah Umayah hingga runtuhnya Khilafah Utsmani.

Kemudian kekuasaan yang menindas yang tidak berhukum pada hokum Islam, seperti yang terjadi saat ini. Jadi saat ini, kita berada pada fase mulkan jabriyan (kekuasaan yang menindas) yang secara global terwujud dalam bentuk negara kapitalisme Amerika yang dibayang-bayangi komunisme Cina.

Tahapan-tahapan ini telah melalui umat. Hari ini umat hidup di tahapan kekuasaan yang menindas tersebut. Itu adalah tahapan-tahapan yang membenarkan Hadis Rasul saw.:

 

Kemudian akan ada lagi Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (HR Ahmad).

 

Seandainya kita hari ini datang ke realita kaum Muslim, niscaya kita melihat bahwa kekuasaan yang menindas telah berada di hampir penghujungnya dan umat bersiap untuk masuk dalam tahapan terakhir: Al-Khilafah ar-Rasyidah yang kedua sebagaimana bisyarah Rasulullah saw.  tersebut.

Apa yang dialami umat hari ini dalam bentuk kesulitan terhadap umat yang dilakukan para penindas (mulkan jabrian) tidak lain adalah untuk menghalangi hal itu terjadi.

Umat Islam yang tercerahkan teruslah menjalankan kewajiban dakwahkan Islam sebagai agama maupun ideologi yang sempurna dan paripurna sebagai salah satu amal shalih yang tak boleh ditinggalkan seraya memperkuat iman. Niscaya Allah SWT memenuhi janji-Nya (QS an-Nur [24]: 55). Tentu dengan memberikan pertolongan-Nya berupa kembalinya Khilafah ala minjah an-Nubuwwah. Allahu Akbar! [Joko Prasetyo].

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 2 =

Back to top button