Generasi Pemenang Pasca Ramadhan
Alhamdulillah sebulan penuh kita berhasil mengajak anak-anak kita ikut berpuasa. Baik yang puasanya baru berlatih hanya sampai zuhur maupun yang sudah sampai maghrib. Anak-anak berhasil menahan haus-dahaga di siang hari dan menahan hal-hal yang membatalkan puasa. Anak-anak kita motivasi melaksanakan kewajiban sebaik-baiknya.
Mereka pun kita ajak memperbanyak amalan sunnah: itikaf, sedekah, tadarrus, berzikir, berdoa, shalat tarawih dan ibadah pada malam lailatul qadar. Kita sampaikan kepada mereka janji Allah SWT berupa pahala yang besar sehingga mereka makin giat beribadah.
Untuk memotivasi anak-anak, tidak jarang orangtua menjanjikan berbagai reward, hadiah dan THR. Tentu dengan tetap memperhatikan dan melatih anak-anak mengerjakan dengan ikhlas dan penuh harap agar memperoleh target puasa, yaitu bertaqwa-memperoleh kemenangan (QS al-Baqarah [2]: 183).
Orang yang bertakwa yaitu orang yang mampu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam seluruh aktivitas baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Dengan puasa Ramadhan pribadi-pribadi kita ditempah dan dilatih untuk meninggalkan yang mubah, seperti makan minum, apalagi yang haram. Karena itu pasca puasa Ramadhan akan lahir pribadi-pribadi bertakwa, yang kuat untuk mengekang nafsu syahwat/meninggalkan maksiat. Imam al-Qaththan menafsirkan frasa la’allakum tattaqûn, yakni agar kalian bertakwa dengan meninggalkan syahwat yang mubah. Puasa yang mampu menghasilkan takwa adalah puasa yang mampu meninggalkan maksiat dalam aktivitas apapun (Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, Tafsir QS al-Baqarah ayat 183).
Dengan shaum Ramadhan dan amal ibadah di di salamnya seorang Muslim akan meraih ketakwaan, sementara orang yang bertakwa akan memperoleh kemenangan. Allah SWT berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٥٢
Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan (QS an-Nur [24]: 52).
Ibn Abbas dalam Tanwîr Miqbâs menafsirkan kata al-fâ’izûn (kaum yang menang) dengan menyatakan: Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam penerapan hukum syariah (melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya) dan takut kepada Allah (terhadap dosa yang telah dikerjakan) dan takut melakukan dosa/bermaksiat kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan dengan masuk surga dan dijauhkan dari neraka.
Agar pasca Ramadan anak tetap sebagai pemenang, senantiasa dalam suasana ketakwaan yang prima, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama: Senantiasa menjadikan al-Quran sebagai pedoman Hidup. Anak-anak harus terus dibiasakan membaca dan men-tadabburi al-Quran sehingga mengetahui makna-maknanya dan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Selanjutnya al-Quran diamalkan, yaitu dijadikan pedoman hidup; yang menentukan halal dan haram, yang membedakan antara yang haq-benar dengan yang batil-salah. Anak-anak wajib dibimbing untuk nenerapkan al-Quran dalam seluruh aspek kehidupan dan seluruh aktivitas, baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Hal itu akan mampu mengantarkan anak-anak memperoleh kemenangan karena berpegang teguh pada al-Quran dan menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup. Rasulullah saw. bersabda:
إنَّ هَذَا الْقُرْآنَ هُوَ حَبْلُ الله الْمَتِينُ، وهو النور المبين وَهُوَ الشِّفَاءُ النَّافِعُ، عِصْمةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ، وَنَجَاةٌ لِمَنْ اتَّبَعَهُ
Sungguh al-Quran ini adalah tali Allah yang kokoh. Dialah cahaya yang nyata. Obat yang bermanfaat. Pencegah dosa bagi siapapun yang berpegang teguh padanya. Juga kemenangan bagi siapa saja yang mengikutinya (HR al-Hakim).
Kedua: Membiasakan anak senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya secara kâffah (menyeluruh). Diawali dengan membiasakan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharamam. Selanjutnya ditingkatkan dengan menambah melaksanakan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh. Berikutnya dengan melaksanakan yang ihsân dan mengganti yang mubah yang tidak berguna dengan menyibukkan diri pada yang wajib dan sunnah. Semua itu harus dilaksanakan dengan ikhlas dan bahagia. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan Muslim (QS Ali Imran [3]: 102).
Imam az-Zamaksari menafsirkan frasa haqqa tuqqâtih, yaitu benar-benar melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya (Az-Zamaksari, Tafsîr al-Kasysyâf, I/306).
Ketiga: Melaksanakan aturan pergaulan sesuai dengan Islam, yaitu yang menjauhkan dari kemaksiatan dan senantiasa dalam ketakwaan. Di antaranya dengan membiasakan berpakaian syar’i. Anak-anak perempuan memakai gamis/jilbab dan kerudung syar’i. Anak laki-laki pakai celana panjang atau di bawah lutut dan memakai baju yang mendukung ketakwaan seperti memakai peci dll. Jangan membiarkan anak memakai celana atau baju model sobek, rambut dicat warna-warni dan dikuncir. Pergaulan wajib syar’i. Tidak bercampur antara laki-laki-perempuan. Tidak ber-khalwat. Memilih teman yang bertakwa. Tidak mengunjugi tempat-tempat maksiat.
Abdullah Nasih Ulwan mengatakan bahwa seorang yang bertakwa akan selalu menjaga diri agar Allah tidak melihat dirinya di tempat larangan-Nya. Jangan sampai dia tidak didapatkan di tempat perintah-Nya. Dia melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Awlad fî al-Islâm (Terjemahan), Jakarta, Pustaka Amani, cetakan kedua, hlm. 339).
Keempat: Membiasakan anak untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Senantiasa mengajak temannya untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mencegah untuk berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya (Lihat: QS Ali Imran [3]: 104).
Kelima: Membiasakan anak agar senantiasa bersyukur. Imam Jalalain menafsirkan frasa haqqa tuqâtih dalam QS Ali Imran ayat 102 dengan menyatakan: hendaklah taat dan janganlah bermaksiat; hendaklah bersyukur dan janganlah kufur; hendaklah ingat (kepada Allah) dan janganlah lupa (Tafsîr Jalalayn, I/394).
Perintah bersyukur terdapat pula dalam QS Ibrahim ayat 7.
Keenam: Membiasakan anak senantiasa merasa dalam pengawasan Allah SWT (menanamkan rasa takut kepada-Nya). Ibn Abbas dalam Tanwîr Miqbâs menjelaskan salah satu ciri-ciri al-fâ’izûn (kaum yang menang) dalam QS an-Nur ayat 52 adalah: takut kepada Allah (karena dosa-dosa yang telah dikerjakan) dan takut akan melakukan dosa/bermaksiat kepada-Nya. Merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan dengan masuk surga dan dijauhkan dari neraka.
Orang-orang yang bertakwa juga selalu memperhatikan amal perbuatannnya agar mampu mengantarkan dirinya ke dalam surga dan menjauhkan dirinya dari azab neraka (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 18).
Ketujuh: Doa merupakan hal yang penting yang harus dilakukan orangtua untuk anak-anak. Ini sebagaimana yang Allah ajarkan dalam al-Quran:
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ٧٤
Orang orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi kaum yang bertakwa.” (QS al-Furqan [25]: 74).
Dengan melaksanakan tujuh poin tersebut di atas, insya Allah kita dan anak-anak kita menjadi pemenang. Senantiasa dalam ketakwaan yang prima pasca Ramadhan.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Ustadzah Rahmah]