Analisis

Peluang Perubahan Besar Dunia Pasca Corona

Presiden dan gubernur datang silih berganti, namun tidak ada yang mampu mengatasi kemacetan Jakarta. Hanya ada dua saja yang terbukti mampu mengatasi kemacetan Jakarta, yaitu Idul Fitri dan Corona.”

Ini adalah lelucon yang tentu tidak perlu dianggapi serius. Meski demikian, jika kita renungkan, pernyataan tersebut ada benarnya. Itulah salah satu hikmah dari wabah Corona (Covid-19)

Setiap kejadian, selalu memiliki dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Demikian pula wabah Corona yang merupakan wabah dunia (pandemi). Sisi negatif Corona telah diketahui banyak orang dan diulas di hampir semua media. Di antaranya, wabah Corona telah membuat ketakutan bahkan kepanikan warga dunia. Banyak orang yang telah terinfeksi. Hingga tulisan ini dibuat, jumlah yang terinfeksi lebih dari 3,5 juta orang. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah. Banyak yang meninggal dunia. Hingga tulisan ini dibuat, yang meninggal sudah lebih dari seperempat juta orang. Jumlahnya juga masih terus meningkat. Saham-saham dunia rontok. Ekonomi hancur. Perusahaan banyak yang menutup usahanya. Sektor pariwisata menjerit tak ada kunjungan. Tingkat hunian hotel mencapai 0%. PHK merebak di mana-mana. Banyak yang mengatakan bahwa virus Corona ini bukan hanya membunuh ratusan ribu nyawa. Virus ini  berpotensi menyebabkan shut-down dunia.

Namun demikian, Corona juga memiliki sisi positif. Di antaranya menurunkan gas beracun akibat kendaraan dan mesin-mesin dengan sangat drastis, jalan-jalan di ibu kota tidak lagi macet, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, salah satu sisi positif yang mungkin hanya dipahami oleh orang beriman adalah bahwa virus Corona berpotensi menjadi pintu perubahan dunia secara fundamental dari Kapitalisme-Sosialisme menuju Islam. Dengan wabah ini, peluang umat untuk kembali bersatu dalam naungan Khilafah menjadi sangat besar. Semua faktor, baik internal atau eksternal, dengan sangat jelas mengarah pada kebangkitan umat dalam makna yang sebenarnya, yaitu tegaknya kehidupan di bawah naungan Islam dalam sistem Khilafah ‘ala Minhaj an-nubuwwah ats-tsaniyah.

 

Faktor Eksternal

Kebobrokan kapitalisme, kemunduran Amerika dalam kepemimpinan dunia, dan ketidakpercayaan terhadap negara negara Kapitalisme dunia semakin nyata. Dunia saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Kita sekarang hidup pada masa-masa sulit. Dunia berada pada kondisi tidak stabil. Sedang berjalan menuju ke kesetimbangan baru. Sebelum Corona datang, Kapitalisme sudah mulai limbung. Harga minyak dunia bahkan sampai menyentuh harga 20 dolar perbarel. Ini merupakan harga yang tidak rasional dilihat dari sisi mana pun. Hal ini akan membuat kolaps negara-negara kapitalis.

Kapitalisme berada di bibir jurang kehancuran. Ditambah dengan serangan Corona yang semakin meluluh-lantakkan negara-negara kapitalis, seperti Amerika, Inggris, dan lain sebagainya. Hal ini membuat kehancuran peradaban Kapitalisme akan semakin cepat. Saat ini, gunjang-ganjing harga minyak, perang dagang, dan ancaman resesi memang relatif tidak terlalu dibahas. Semuanya sedang dibuat panik dan tak berdaya menghadapi wabah corona.

Tanda-tanda berakhirnya Kapitalisme sudah sangat nyata. Siapa pun yang memiliki pengetahuan yang mendalam akan dapat melihat realitas ini dengan sangat jelas. Amerika semakin melemah. Amerika mulai penat. Amerika semakin rapuh. Hari demi hari pengaruh politik Amerika di dunia semakin melemah. Bahkan ambisi globalnya juga telah ditantang oleh negara-negara kecil, seperti Korea Utara.

Tantangan yang lebih besar dari itu sedang dihadapi oleh Amerika dan negara kapitalis lainnya, yaitu mempertahankan status quo sistem Kapitalisme global. Namun, jangankan mengendalikan dunia, saat ini Amerika dan negeri-negara Kapitalisme lainnya telah tenggelam dengan permasalahan ekonomi dan permasalahan lain di dalam negerinya. Virus Corona seakan menjadi bogem pamungkas yang menghancurkan kedigdayaan mereka. Saat ini di Amerika angka pertumbuhan kasus Corona perhari mendekati 100 ribu orang dan kematian sekitar dua ribu. Ekonomi negara kapitalisme dan seluruh bursa saham juga mengalami keruntuhan yang berdampak pada resesi bahkan depresi. Kehancuran Amerika dan sistem Kapitalisme tampaknya tinggal menunggu waktu. Justru saat ini yang ditunggu adalah new world order. Pengganti Kapitalisme global yang telah dengan jelas-jelas merendahkan nilai kemanusian pada titik teredah dan menghancurkan lingkungan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Saat ini, satu-satunya sistem yang dianggap mampu menjadi new world order adalah Khilafah Islam.

 

Faktor Internal

  1. Kondisi sosiologis umat Islam

Saat ini, umat Islam di belahan dunia manapun, sedang berada pada kesadaran yang mengagumkan tentang persaudaraan mereka. Padahal mereka berbeda bangsa, warna kulit, bahasa, mazhab, organisasi dan kultur. Mereka semua merasa sebagai saudara. Mereka mulai benar-benar menghayati firman Allah SWT:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ  ١٠

Sungguh kaum Mukmin itu bersaduara. Karena itu damaikanlah di antara kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat (QS al-Hujurat [49]: 10).

 

Umat Islam dunia saat ini juga sedang berada pada kesadaran tentang pentingnya bersatu dalam satu kepemimpinan berdasarkan Syariah Allah SWT.

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ

Berpegang teguhlahlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah. Janganlah kalian bercerai-berai (QS Ali Imran [3]: 103).

 

Ayat ini mulai dihayati dengan sedalam-dalamnya. Tanpa persatuan, umat tidak akan memiliki kekuatan. Mereka menjadi obyek kezaliman. Fakta-fakta terhampar di depan mata. Penindasan kepada umat Islam, seperti di Palestina, Rohingya, Uighur, dan lain sebagainya telah membuka mata umat, bahwa mereka sangat membutuhkan persatuan. Seandainya umat bersatu, nasib Palestina, misalnya, tidak akan seperti saat ini. Namun, tanpa ada kemimpimpinan tunggal bagi umat Islam, persatuan hanya fatamorgana.

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ  ٤٦

Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berselisih yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatan kalian hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabra (QS al-Anfal [8]: 46).

 

Umat juga mulai menyadari bahwa persatuan tidak ada artinya tanpa adanya satu kepemimpinan berdasarkan Islam. Kesatuan dalam kepemimpinan inilah yang saat ini mereka harapkan. Berbagai peristiwa semakin mengkristalkan pemahaman umat. Saat ini umat juga paham bahwa yang dibutuhkan bukan sekadar orang Islam berkuasa. Telah terbukti bahwa penguasa di dalam sistem kapitalisme-demokrasi, meski beragama Islam, tidak ada yang membela Islam dan umatnya. Mereka justru sibuk membela para kapitalis dan negara-negara Barat yang menjajah umat. Hikmah yang luar biasa adalah umat kini sudah mulai menyadari hal itu.

Saat ini umat juga mulai menyadari bahwa berbagai berbagai perbedaan adalah rahmat. Saat ini umat Islam dari berbagai organisasi menyadari bahwa organisasi hanyalah wadah untuk memperjuangkan Islam. Islam dan persatuan umat di atas kepentingan organisasi. Sehingga ‘ashabiyah itu kini mulai ditinggalkan.

Mereka menyadari bahwa yang terpenting adalah ukhuwah islamiyah. Berbagai perbedaan dalam urusan mazhab juga mulai dianggap sebagai sesuai yang normal dan justru memperkaya khazanah Islam. Hal ini berbeda dengan sebelumnya. Mereka menganggap bahwa orang yang berbeda adalah musuh. Ini luar biasa.

Inilah kesadaran mayoritas umat Islam saat ini. Memang masih ada beberapa tokoh yang mencoba meghidupkan syiar jahiliah dan menyulut fitnah karena berbagai perbedaan. Namun, eksistensi mereka di tengah-tengah umat terus memudar secara terus-menerus.

Singkatnya, perubahan ke arah Khilafah tinggal tunggu waktu. Kepanikan rezim yang semakin brutal dalam menanggapi kesadaran umat justru semakin mempercepat perubahan tersebut.

 

  1. Faktor potensi umat.

Umat Islam memiliki ideologi Islam yang berasal dari Sang Pencipta. Jumlah mereka sangat besar. Potensi ekonomi mereka mengagumkan. Potensi SDA mereka melimpah. Mereka pun berada pada posisi yang strategis. Mereka berpotensi bangkit lagi dan menjadi adidaya baru bagi dunia.

Saat ini Dunia Islam sebenarnya hanya dalam kondisi tertidur. Saat umat berhasil bangun, peradabannya akan kembali menjadi adidaya dunia.

Dunia Islam selama abad-abad lalu, saat menerapkan syariah Islam di bawah naungan Khilafah, selalu menjadi negara adikuasa memimpin peradaban. Peradaban mereka menaungi daratan Asia hingga Eropa. Peradaban tersebut benar-benar telah menebarkan keadilan dan kesejahteraan bagi dunia.

Fakta tak terbantahkan bahwa sumbe daya alam (SDA) dunia berada di Dunia Islam. Sekadar contoh, Dunia Islam menguasai 72% cadangan minyak dunia. Dilaporkan bahwa dunia memiliki deposit gas alam yang sudah terbukti sebesar 175,36 triliun meter kubik. Dari angka tersebut Dunia Islam memiliki cadangan gas sebesar 107,75 triliun meter kubik, atau setara dengan 61,45% total deposit gas dunia.

Karena itu negeri-negeri Muslim seharusnya menjadi negara yang sejahtera. Namun, faktanya tidaklah demikian. Negeri-negeri Muslim yang kaya SDA justru menjai korban penjajahan ketamakan Barat yang mengeruk kekayaan alam mereka. Irak dan Afganistan adalah contoh korban ketamakan negara kapitalis. Irak diinvasi karena di negeri tersebut terdapat cadangan minyak bumi terbukti sebesar 115 miliar barel. Afganistan pada tahun 2010 memiliki deposit mineral senilai 1 triliun dolar dan minyak 1,8 miliar barel. Belum lagi Suriah, negeri muslim di Afrika, dan masih banyak yang lainnya. Negeri-negeri Islam pun menghadapi suatu masalah yang oleh para ahli disebut “kutukan SDA” (natural resource curse).

Kini, umat mulai menyadari berbagai potensinya. Apalagi setelah wabah virus Corona ini. Saat mereka bersatu lagi, kekuatan yang dibentuk akan menjadi kekuatan dunia yang luar biasa.

 

Khatimah

Umat Islam adalah umat yang unik. Sikap mereka juga unik. Umat Islam, yang benar-benar memahami hakikat kehidupan dengan benar, selalu dapat mengambil sisi positif dalam setiap peristiwa. Apa pun itu. Karena itu sikap seorang Mukmin selalu mengagumkan. Apa pun kondisinya. Inilah yang disampaikan oleh Rasulullah saw.:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ . إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّه خَيْرٌ . وَ لَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ . إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ . وَ إِن أَصَابَتْه ضَرَّاءُ صَبَر فَكَانَ خَيْراً لَه

Alangkah mengagumkan sikap orang yang beriman. Semua keadaannya (membawa) kebaikan. Ini hanya ada pada seorang Mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia akan bersyukur. Itu adalah kebaikan bagi dirinya. Jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar. Itu pun adalah kebaikan bagi dirinya (HR Muslim).

 

Saat pandemik Corona, seperti saat ini, orang beriman selalu ridha dan bersabar dengan ujian ini. Bahkan mereka juga bersyukur. Mengapa mereka ridha? Sebab mereka tahu, bahwa wabah ini adalah qadha Allah SWT. Wabah ini terjadi karena memang Allh SWT kehendaki. Bahkan seandainya semua manusia berusaha untuk menghalangi, wabah ini akan tetap terjadi seperti Dia kehendaki. Karena itulah orang beriman ridha dengan qadha Allah SWT ini. Mengapa mereka bersabar? Sebabnya, mereka menyadari bahwa wabah ini hanyalah ujian bagi orang beriman untuk meningkatkan derajat mereka di sisi Allah SWT. Yang mungkin terkesan aneh adalah mengapa mereka bersyukur? Karena mereka menyadari bahwa mereka masih diberi kehidupan dan kenikmatan yang luar biasa dari Allah SWT. Mereka juga bersyukur bahwa dengan wabah ini, akhirnya banyak orang yang semakin mendekat kepada Allah SWT dan memahami berbagai kesalahannya selama ini. Bahkan mereka lebih disyukuri lagi karena dengan wabah ini, semakin tampak nyata jahatnya Kapitalisme-sekularisme-demokrasi. Ideologi ini menilai segala sesuatu, termasuk nyawa manusia, hanya dengan uang dan pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, semakin jelas keagungan Islam, yang datang dari Pencipta alam semesta ini. Mereka melihat bahwa peluang tegaknya Khilafah menjadi terbuka lebar saat munculnya wabah global virus Corona ini.

Banyak yang mengatakan bahwa wabah Corona ini akan mengantarkan pada resesi ekonomi. Jika virus Corona terus berlanjut, resesi akan berubah menjadi depresi. Jika Corona masih berlanjut lagi, depresi akan berubah menjadi yang lebih mengerikan yaitu depresi besar (great depression). Setelah depresi besar, akan muncul tatanan baru di dunia, new world order, yang benar-benar berbeda dengan tatanan sebelumnya.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, kita yakin bahwa new world order, yakni Khilafah akan muncul lagi dengan izin Allah. Bisa jadi, Khilafah muncul lagi akibat wabah Corona ini. Jika tidak, pasti karena hal lain. Khilafah pasti tegak. Sebab hal itu telah diucapkan oleh lisan rasul mulia, Muhammad saw.:

ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً رَاشِدَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّة

Kemudian akan ada kembali Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian (HR Ahmad).

WalLahu a’lam. [Muhammad Ulul Azmi]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 2 =

Back to top button