Hiwar

Ustadz Hasbi: Perubahan ke Arah Islam Makin Dekat

Pengantar Redaksi:

Perubahan adalah keniscayaan. Itu pula yang kita saksikan saat ini. Dunia saat ini memang tengah dikuasai Kapitalisme global. Barat, dengan AS sebagai pemimpinnnya, untuk beberapa tahun mendatang mungkin tidak tergoyahkan. Namun sebetulnya, Kapitalisme global sudah makin tampak kerapuhannya. Ragam krisis global, terutama krisis ekonomi, sudah sering terjadi. Yang paling nyata adalah saat menghadapi pandemik Covid-19. Di sisi lain, geliat kebangkitan Islam justru makin menguat di berbagai belahan negeri-negeri Islam.

Bagaimana membaca fenomena ini? Betulkah dalam waktu dekat dunia akan berubah ke arah Islam? Apa saja tanda-tandanya? Bagaimana pula peran umat Islam seharusnya untuk mempercepat perubahan ke arah Islam? Apa juga syarat-syaratnya?

Itulah beberapa hal yang ditanyakan kepada Ustadz Hasbi dalam wawancara dengan Redaksi kali ini.

 

Benarkah dunia saat ini mengalami pergolakan perubahan?

Setiap orang yang mengamati berbagai informasi yang ada dekade terakhir bisa merasakan hal tersebut. Peristiwa Musim Semi Arab atau Arab Spring, misalnya, yang bermula dari Tunisia kemudian menjalar sampai ke wilayah Timur Tengah yang lain seperti Aljazair, Mesir, Yaman, Suriah, Libya adalah fakta bahwa dunia sedang bergejolak. Pergolakan di Amerika latin, Afrika dan populernya gerakan sayap kanan di Amerika dan Eropa juga mengindikasikan hal yang sama mengenai keresahan masyarakat terhadap kondisi yang terjadi dan kebutuhan mereka akan suatu perubahan.

 

Sebagian masyarakat menilai bahwa perubahan yang ada menuju semakin rusaknya tatanan yang ada. Namun ada juga yang menyatakan perubahan menuju kebaikan, yakni perubahan Islam. Benarkah?

Saya kira dua pandangan di atas tidak bertentangan. Betul dunia sekarang menuju kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Dari semua aspek berada dalam kondisi yang minus. Kesenjangan ekonomi yang melebar, kerusakan lingkungan, kriminalitas yang terus meningkat, kemiskinan, perang dan sebagainya. Kita tidak bisa menyangkal bahwa dunia ini menuju kehancuran.

Kewajiban Muslim adalah berupaya sekuat tenaga untuk mengubah kondisi yang ada. Ini yang saya lihat sekarang sedang tren secara global bahwa upaya dakwah semakin massif dan dilakukan secara serempak oleh kaum Muslim. Mereka bergerak dengan kemampuan masing-masing untuk mengambil peran dalam dakwah.

Hasilnya pun kita bisa lihat saat ini, survey-survei menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap Islam dan kebutuhan terhadap syariah Islam. Data yang dirilis oleh  Pew Research Center tahun 2013, misalnya, menunjukkan data bahwa di negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, kecenderungan masyarakat untuk menerima syariah Islam sebagai hukum negara rata-rata di atas 50%.

 

Apa faktor penyebab perubahan tersebut?

Ada dua faktor menurut saya yang membuat umat Islam bergerak menuju perubahan Islam. Pertama, kekecewaan terhadap sistem yang ada. Pasca keruntuhan Khilafah Usmani  1924, umat Islam mengadopsi sistem sekular yang mereka harapkan bisa memberikan kebaikan kepada mereka. Namun, yang terjadi sebaliknya, kehidupan umat Islam malah menjadi semakin buruk. Wilayah kaum Muslim yang terpecah-belah membuat mereka tidak bisa saling membantu secara optimal atas masalah yang menimpa sesama saudaranya. Salman Sayyid, 2014, Professor Sosiologi di Universitas Leed, Inggris, misalnya, menjelaskan bahwa kondisi umat Islam ibarat kehilangan rumah tempat bernaung dari semua masalahnya. Karena itu gagasan penyatuan umat Islam melalui institusi negara Islam global adalah sesuatu hal yang rasional menurut dia. Negara-negara besar yang mengklaim berpihak pada dunia juga ternyata hanya mementingkan diri sendiri. Organisasi internasional juga hanya menjadi pelayan negara-negara itu.

Kedua, muncul gairah keislaman di tengah-tengah umat Islam yang semakin menguat. Ini saya kira akibat dakwah yang tak kenal lelah untuk menyadarkan kaum Muslim. Ini juga jadi bukti, bahwa Islam akan selalu lebih kuat daripada ideologi-ideologi lain yang coba dipaksakan terhadap kaum Muslim.

 

Akankah faktor kondisi “polisi dunia” juga ikut menjadi faktor arah perubahan?

Bagaimanapun Amerika Serikat saat ini masih menjadi kekuatan tunggal dalam politik global baik secara politik maupun ideologi. Namun, saat kondisinya semakin melemah, akan ada peluang gagasan alternatif dan kekuatan politik baru akan muncul yang akan menjadi pesaingnya.

 

Bagaimana sebenarnya kondisi AS saat ini?

Amerika Serikat saat ini masih tetap menjadi negara terkuat dengan aliansi militer terkuat di dunia yang juga dia miliki, yaitu NATO. Meskipun demikian muncul pesaing-pesaing politik baru, seperti Cina yang terlihat sangat meresahkan AS. Secara ekonomi, dan belanja militer, tampaknya Cina punya ambisi untuk bisa setara dengan AS. Di sisi lain, di internal Amerika sendiri juga punya problem akut seperti kesenjangan sosial yang sangat tinggi, pengangguran, kerusakan moral dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Hal ini sewaktu-waktu bisa menjadi bom waktu yang bisa meruntuhkan politik Amerika Serikat.

 

Bagaimana pengaruh AS secara global dan negara-negara bonekanya?

Saya lihat, para penguasa di negeri boneka masih menggantungkan nasib politik dan keamanan mereka kepada Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Di negara-negara Muslim seperti Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Pakistan, Turki, misalnya, belanja militer dan bantuan keamanan Amerika dan Eropa tetap menjadi yang utama. Di tambah lagi pengaruh AS melalui lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan internasional, IMF, WTO dan Bank Dunia. Saya kira AS masih tetap dipercaya dan menjadi tempat bergantung.

 

Apakah terjadi penolakan di dunia secara massif terhadap “jualan” ide AS seperti radikalisme, toleransi, dll? Apa kira-kira faktor penolaknya?.

Wajar saja saya kira jika propaganda ideologi AS menjadi semakin sepi peminat sebab ucapan dan perilakunya bertolak belakang. Ibarat mencoreng muka sendiri. Di satu sisi berkhotbah demokrasi, toleransi dan anti radikalisme. Di sisi lain mendukung kudeta militer di banyak negara, seperti kasus Kudeta Mursi di Mesir tahun 2013 lalu. Juga menopang negara-negara otoriter di Timur Tengah khususnya negara Israel la’natulLâh ‘alayh.

Saya kira masyarakat semakin sadar realitas pertarungan politik dan ideologi sekarang. Bagi AS nilai-nilai ideal yang sering disampaikan hanya berlaku jika sejalan dengan kepentingan politik nya saja. Dalam konteks negara kita juga sama, lagu toleransi dan radikalisme hanya efektif digunakan untuk menyerang umat Islam. Jika Muslim yang jadi korban dibiarkan saja, atau diminta berbesar hati dan berlapang dada. Ini semua kan jadi poin-poin pemicu muaknya masyarakat terhadap dagangan ideologi AS ini.

 

Amerika mundur dari Afghanistan, apakah ini bentuk kekalahan Amerika?

Jelas sekali, kekuatan militer AS tidak mampu menjadikan Afganistan negara yang baik malah brutalitasnya yang dipertontonkan. Lumrah saja, jika Taliban masih menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat di Afganistan dibanding rezim sekular yang ditopang oleh AS.

 

Amerika dengan Cina terlihat sengit dalam “pertarungan.” Apakah merupakan pertarungan ideologis atau sekadar pragmatis ekonomi?

Ini murni pragmatisme saja. Cina kan bisa bangkit seperti sekarang karena mengadopsi gaya pasar bebas ala barat di era Deng Xiaoping, tahun 1970-an. Meskipun memang negara punya kontrol besar dalam menjalankan perekonomian. Misalnya, dalam membuat kebijakan yang memungkinkan harga-harga produk Cina bisa lebih murah di pasar global. Ini yang berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan negara dan mampu mendorong Cina membuat kebijakan OBOR atau BRI seperti sekarang ini.

Secara ideologis, Komunisme di Cina cuma label saja. Kebijakannya otoriter dan kapitalis. Dalam politik luar negerinya juga tidak tampak upaya untuk menyebarkan ideologi tertentu yang dimiliki oleh Cina. Beda dengan AS yang bahasa-bahasa politiknya kental dengan nuansa ideologis.

 

Bisakah Cina menggeser Amerika, sementara China juga mengadopsi Kapitalisme?

Saya kira sulit bagi China sekarang ini untuk menggeser AS. Cina punya problem internal yang belum selesai seperti manajemen pemerintahan yang korup, otoritarianisme, kemiskinan dan  ancaman krisis penduduk. AS juga lebih unggul dari aspek soft power atau budaya dan ideologi yang terlihat “ramah dan berperadaban”. Cina tidak punya hal seperti ini. Malah sekarang ini, Cina tersandung isu-isu HAM di Xinjiang dan praktik curang dalam bisnisnya. Belum lagi Cina yang dikepung oleh militer AS di Asia-Pasifik. Sebelum Cina mampu sampai ke puncak, AS dan sekutunya akan berupaya mengaborsi itu. Ini yang terlihat saya kira beberapa tahun belakangan ini.

 

Adakah korelasi antara tumbuhnya kesadaran keislaman umat Islam di dunia terhadap AS dan ide-idenya dengan arah perubahan menuju Islam?

Pertarungan ideologi yang ada sekarang ini kan hanya Islam dan Sekularisme. AS menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan ideologinya dan berupaya menghalang-halangi Islam sebagai musuh ideologisnya. Lalu dibuatlah isu radikalisme dan sebagainya itu. Namun, Sekularisme kan sudah banyak dikritik oleh kaum Muslim. Kesadaran ke arah Islam pun dari tahun ke tahun semakin meningkat.

 

Apa saja indikasi yang menunjukkan bahwa perubahan ke arah Islam sedang berjalan?

Pertama, kita bisa melihat ghirah berislam di masyarakat Muslim semakin besar seperti kajian-kajian Islam, pakaian Muslimah, ekonomi syariah, lembaga pendidikan termasuk juga dalam aspek politik atau kepemimpinan. Fenomena hijrah juga banyak kita lihat bukan hanya di internal umat Islam. Non-Muslim yang menjadi mualaf juga peningkatannya signifikan.

Kedua, masifnya gerakan-gerakan Islam dalam berdakwah mengajak pada perubahan yang islami. Kita masih ingat laporan National Intelligence Council tahun 2004 yang berjudul Mapping Global Future. Lembaga ini menjelaskan mengapa mereka berani memprediksi Khilafah global tegak pada tahun 2020? Karena masifnya pergerakan dakwah politik Islam. Itu data yang mereka lihat pada tahun itu. Kira-kira bagaimana seandainya dibuat survey global sekarang. Saya kira tren pergerakan dan pengaruh politik Islam pasti akan jauh lebih tinggi lagi.  Itu artinya, perubahan semakin mendekat.

 

Faktor-faktor apa saja yang perlu dipersiapkan agar terjadi perubahan yang benar?

Pertama, perlu adanya sebuah ideologi yang memandu perubahan tersebut sehingga jika perubahan terjadi sehingga akan mengarah pada perubahan yang positif untuk kepentingan umat. Tentu harus lahir dari pemikiran-pemikiran Islam yang murni digali dari sumber-sumber Islam.

Kedua, perlu adanya kelompok yang berjuang secara konsisten untuk mengedukasi masyarakat sehingga masyarakat bisa menilai dan mengikuti kelompok tersebut sebagai pemimpin mereka dalam menyambut perubahan.

 

Apa kunci agar arah perubahan agar terjadi secara total dan benar-banar perubahan sejati?

Konsistensi (istiqamah) terhadap prinsip pemikiran dan metode perjuangan saya kira adalah kunci agar perubahan bisa tercapai. Konsistensi ini akan dinilai oleh masyarakat dan pemangku kekuasaan sehingga mereka bisa percaya kepada kelompok-kelompok yang memperjuangkan kepada perubahan yang benar. Saya kira itu kuncinya.

 

Apa yang harus dilakukan oleh umat agar bisa berkontribusi dalam perubahan ke arah Islam?

Tahap kontribusi ideal sebenarnya adalah terlibat aktif dalam perubahan sebab semakin banyak yang terlibat maka kesadaran umum masyarakat akan semakin cepat membesar. Kalau tidak bisa aktif, setidaknya memberikan dukungan dan tidak menghalang-halangi dakwah. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 4 =

Back to top button