Ustadz Yuana Ryan Tresna: Ramadhan: Momentum Membangun Kesadaran Islam
Pengantar:
Ramadhan setahun sekali adalah kesempatan emas. Tak boleh diabaikan oleh setiap Muslim. Selain ibadah puasa, banyak hal bisa dilakukan oleh kaum Muslim selama bulan Ramadhan. Di antaranya adalah bagaimana membangun kesadaran Islam. Teruatma terkait dengan kesadaran akan perjuangan penegakan syariah Islam dan upaya mewujudkan persatuan umat Islam sedunia. Bagaimana agar hal ini terwujud?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kali ini Redaksi mewawancarai Ustadz Yuana Ryan Tresna, Direktur Pusat Pendidikan Hadits Ma’had Khadimus Sunnah Bandung. Berikut hasil wawancaranya.
Ramadhan menghampiri umat Islam. Apakah ini saat yang tepat untuk lebih meningkatkan kesadaran pada ketaatan total pada syariah dan persatuan umat dalam institusi Khilafah Islamiyah?
Tentu saja. Ramadhan adalah momen yang tepat. Kita tahu, hikmah shaum Ramadhan adalah agar menjadi Mukmin yang bertakwa. Takwa adalah ketaatan total kepada Allah SWT. Wujudnya adalah penegakan syariah Islam dalam setiap dimensi kehidupan. Tentu dalam insitusi Khilafah. Khilafah sekaligus akan menjamin perwujudan kesatuan umat yang hakiki.
Hal itu memerlukan usaha untuk melakukan perubahan. Perubahan harus diupayakan sendiri oleh umat Islam. Perubahan itu bersifat aktif. Allah SWT berfirman yang artinya, “Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS ar-Ra’d[13]: 11).
Menurut Imam al-Qurthubi dalam Jaami’ li Ahkaam al-Qur’aan (9/294), perubahan pada sebuah masyarakat itu bisa diusahakan dan datang dari tiga pihak: (1) Dari masyarakat itu sendiri secara kolektif; (2) Pihak yang mengurus (memimpin) masyarakat tersebut; (3) Orang/kelompok dari masyarakat tersebut dengan hubungan apapun.
Apa yang perlu ditingkatkan agar persatuan umat semakin kuat dan kokoh?
Meningkatkan ketaatan. Ketaatan hakiki adalah saat kita tunduk, patuh dan tidak ada keberatan sedikitpun dalam menjalankan seluruh ketetapan Allah SWT. Pada QS al-Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa hikmah kewajiban puasa tidak lain adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Apakah takwa itu? Kata “taqwa” berasal dari kata “waqa”, yang berarti melindungi. Maknanya, untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Caranya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Imam al-Raghib al-Asfahani dalam Al-Mufradaat fii Ghariib al-Qur’aan (hlm. 531) mendenifisikan: “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuat dirinya berdosa. Hal itu dengan meninggalkan apa yang dilarang dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.”
Imam al-Jurjani juga dalam At-Ta’rifaat (hlm. 68) mengatakan: “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menaati Diri-Nya, yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”
Jadi ketaatan hakiki itu adalah perwujudan dari takwa.
Apakah Khilafah Islam sebagai solusi praktis dan hakiki bagi persatuan umat seluruh dunia?
Ya, karena kalau bukan dengan Khilafah, kita akan bersatu dengan apa? Khilafah adalah institusi pemersatu umat secara global. Menurut Mahmud Abd al-Majid al-Khalidi dalam Qawaa’id Nizhaam al-Hukm fii al-Islaam (hlm. 225-230), para fuqaha mendefinisikan Khilafah sebagai, “Kepemimpinan yang bersifat umum bagi kaum Muslim secara keseluruhan di dunia untuk menegakkan hukum-syariah serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.”
Khilafah memiliki visi menyatukan kaum Muslim di atas asas akidah Islam. Islam secara tegas mengajarkan umatnya untuk menjunjung tinggi persatuan di atas asas akidah Islam, Mereka harus diikat dalam institusi kepemimpinan Islam (Al-Khilafah al-Islamiyyah). Hal itu tersurat dan tersirat dalam al-Quran, as-Sunnah dan aqwaal para ulama. Al-Hafizh al-Qurthubi, menegaskan bahwa Imam atau Khalifah itu menyatukan kalimat kaum Muslim. Di dalam Al-Jaami’ li Ahkaam al-Qur’aan (I/264), ketika menafsirkan QS aal-Baqarah ayat 30, Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa Khalifah itu ditaati dan didengar perintahnya untuk menyatukan kalimat kaum Muslim.
Apakah Khilafah bisa menjadi solusi atas seluruh problem kehidupan umat Islam dan masyarakat dunia?
Jelas sekali. Masalah yang ada hari ini adalah karena jauhnya dari kehidupan Islam. Artinya, jauh dari penerapan Islam. Khilafah adalah metode dalam melanjutkan kehidupan Islam (isti’naaf al-hayaah al-islaamiyyah). Hal ini menggambarkan visi untuk kembali hidup di bawah naungan Islam. Caranya dengan menegakkan hukum-hukum Islam dalam setiap sendi kehidupan dengan landasan akidah Islam. Visi ini meniscayakan penegakan kembali peradaban Islam, yang berdiri kokoh di atas landasan tauhid (akidah Islam), sebagaimana tegaknya kehidupan Islam pada masa Rasulullah saw. dan para Sahabatnya. Dengan ungkapan lain, Khilafah bukan tujuan/ Khilafah adalah metode syar’i untuk menegakkan syariah. Tegaknya syariah merupakan kunci meraih keridhaan-Nya. Meraih keridhaan-Nya adalah kunci kebaikan dunia dan akhirat.
Bagaimana cara agar umat Islam sadar akan tanggung jawabnya atas penegakan syariah Islam?
Dengan membangun pondasi keimanan yang kokoh dan membangun kesadaran politik umat. Iman ini akan melahirkan sikap pasrah dan berserah diri. Tidak ada keberatan sedikitpun dalam menjalankan perintah Allah SWT. Adapun kesadaran politik akan mengantarkan pada kesadaran bahwa kita dalam kondisi terjajah, lemah, jauh dari penerapan syariah Islam dan keharusan berubah untuk mewujudkan kehidupan Islam.
Lalu siapakah sejatinya musuh umat Islam?
Musuh kita adalah kekafiran dan institusinya yang hari ini mewujud dalam penerapan ideologi Kapitalisme dan Sosialisme-komunisme. Watak asli Kapitalisme adalah penjajahan. Fakta ini dapat kita indera dan rasakan.
Apa yang biasanya menjadi alasan mereka membenci Islam?
Kebencian peradaban Barat terhadap Islam memiliki akar ideologi dan keyakinan. Karena haq dan batil akan senantiasa bertolak belakang. Mereka berusaha menyerang ajaran Islam. Mereka berusaha untuk membentuk kepribadian Muslim dengan format kepribadian yang baru, yakni pribadi yang tidak akan merasa bersalah ketika meninggalkan kewajiban dan mengerjakan keharaman. Mereka juga berusaha merusak perasaan islami pada kaum Muslim dan membunuh semangat (ghirah) Islam yang ada dalam jiwa mereka. Tujuannya agar kaum Muslim tidak mampu lagi membenci kekufuran serta tidak mau memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.
Allah SWT jauh-jauh hari telah memberikan peringatan kepada kaum Muslim dalam firman-Nya yang artinya, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran) seandainya mereka mampu.” (TQS al-Baqarah[2]: 217).
Apa kebohongan-kebohongan yang sering dipabrikasi untuk menyudutkan Islam?
Banyak sekali. Di antaranya adalah menuduh syariah Islam dan sistem Khilafah berbahaya dan akan memecah-belah umat. Upaya untuk mengkriminalisasi Khilafah adalah bentuk penistaan pada ajaran Islam. Khilafah merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Kewajiban dan urgensitasnya ditetapkan berdasarkan dalil-dalil yang pasti. Di antaranya adalah Ijmak Sahabat. Melecehkan dan mempersekusi ajaran khilafah sama artinya mempersekusi dan melecehkan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang telah menetapkan dan mengajarkan Khilafah.
Bagaimana upaya musuh-musuh Islam memecah-belah umat Islam?
Selain menyudutkan sistem Khilafah yang merupakan institusi pemersatu umat, musuh-musuh Islam juga terus menerus melestarikan penjajahan atas Dunia Islam. Akibatnya, umat Islam makin lemah dalam perpecahan negara-bangsa (nation state). Mereka juga berusaha menghalang kembalinya Islam ke dalam realitas kehidupan sebagai suatu sistem kehidupan yang menyeluruh. Islam dianggap akan mengancam kelestarian ideologi dan peradaban mereka serta akan dapat memusnahkan segala kepentingan dan dominasi mereka.
Siapa saja yang sejatinya menjadi boneka Barat?
Permusuhan ideologi kufur tersebut mendapat dukungan dari para anteknya, yakni para penguasa di negeri-negeri Muslim.
Apa saja yang mereka lakukan? Mementingkan urusan rakyat atau oligarki?
Mereka turut menghalangi persatuan umat dan melestarikan penjajahan negara-negara Barat atas Dunia Islam. Tidak ada orientasi kepentingan rakyat. Yang ada adalah kepentingan oligarki. Para boneka tersebut takut kehilangan harta dan kekuasaannya yang semu.
Banyak yang mengatakan para penguasa umat Islam saat ini berkhianat kepada umat Islam. Benarkah?
Ya. Buktinya adalah pembelaan mereka kepada oligarki di negerinya masing-masing dan sikap diam mereka terhadap aksi brutal genosida Israel atas Gaza Palestina. Fakta ini lebih dari cukup.
Lalu apa yang perlu dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan agar kesadaran umat Islam akan pentingnya syariah Islam semakin meningkat?
Ramadhan harus menjadi bulan riyaadhah, yakni media untuk melatih ketaatan hakiki. Lalu umat Islam harus memiliki himmah atau cita-cinta yang tinggi. Himmah ini akan menjadi spirit perjuangan. Cita-cita yang harus ada pada setiap Muslim adalah kembalinya kejayaan umat Islam dengan tegaknya syariah Islam secara sempurna. Inilah makna kemenangan yang sebenarnya. Mengembalikan kemenangan umat Islam artinya membawa umat pada posisi terbaik, sebagai kekuatan di dunia yang diperhitungkan dalam percaturan politik global. Perjuangan mengembalikan kekuatan umat ini memang tidak mudah dan tidak ringan. Ramadhan ini harus dijadikan momentum untuk melahirkan kembali jutaan umat Islam yang memiliki kadar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang tinggi. Hal itu akan menjadi modal bagi terbitnya fajar kemenangan Islam di muka bumi ini, yaitu tegaknya kembali Khilafah Islamiyah.
Ramadhan harus jadi momen kembali berpedoman pada al-Quran. Jika kita menelaah QS an-Nisa’ ayat 65, kita bisa menyimpulkan: (1) Kewajiban berhukum pada al-Quran dalam apa yang diperselisihkan; (2) Kewajiban melenyapkan keberatan (haraj) dalam hati, artinya ada kesiapan berhukum pada al-Quran lahir dan batin; (3) Berserah diri (tasliim) secara total pada semua perkara, bukan pada perkara yang sedang diperselisihkan saja. Jadi tidak ada ruang lagi bagi manusia untuk menentang ketetapan dan hukum Allah yang ditetapkan kepada manusia. Jangankan menentang, ada keberatan saja tidak boleh. Jangankan keberatan atas putusan Allah, tidak pasrah pada semua urusan saja tidak boleh. Seorang akan ringan dalam menapaki jalan perjuangan karena tidak punya rasa cemas. Hal itu karena masalah kematian, musibah, rezeki, kemenangan dan pertolongan sudah ada yang mengatur. Dialah Allah ‘Azza wa Jalla. []