Efek Samping Vaksin Tak Boleh Digugat, Kapitalisme Sangat Jahat
Pengamat Kebijakan Publik Erwin Permana menilai pernyataan perusahaan farmasi asal Amerika Pfizer BioNTech yang meminta Indonesia untuk tidak menuntut jika vaksinnya memiliki efek samping, menunjukkan kapitalisme sangat jahat.
“Adanya pandemik ini membuka mata kita betapa kapitalisme itu sangat jahat,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Ahad (24/01/2021).
Menurut Erwin, ini memberikan gambaran betapa kapitalisme itu hanya tahunya untung saja. “Kapitalisme itu tidak berpikir tentang keselamatan manusia dan tidak berpikir bagaimana menyelamatkan manusia,” ujarnya.
Ia menilai betapa di masa pandemik ini kapitalisme tetap saja mengeruk keuntungan sebesar-besarnya meskipun korban itu sudah jutaan. “Sudah banyak orang yang mati. Maka sudah tidak relevan kapitalisme ini dijalankan,” tegasnya.
Menurut Erwin pula, kapitalisme tidak layak dijadikan ideologi yang mengatur kehidupan apalagi untuk mengatur kehidupan dunia. “Di masa pandemik yang mestinya nyawa manusia itu menjadi prioritas utama untuk diselamatkan. Ini tidak dengan kapitalisme. Justru di masa pandemik ini itu kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya,” bebernya.
“Mereka mencetak sebanyak-banyaknya obat. Mereka memproduksi vaksin sebanyak-banyaknya. Tapi mereka tidak mau dituntut ketika ada efek samping dari vaksin,” imbuhnya.
Ia mengungkap alasan jika misalnya ada tuntutan, nanti akan berisiko ganti rugi. Risiko nanti izin operasi perusahaannya dicabut dan segala macam. “Mereka tidak mau ada resiko apa pun. Mereka tahunya hanya untung saja,” pungkasnya. [Joy dan Tim]